Lelaki itu Tidak Sama dengan Perempuan

Bahwa al-Quran sejak awal telah mengajarkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, jauh sebelum viral kampanye kesetaraan gender ataupun gerakan feminisme3 min


3
nu.or.id

Wa lâisa dzakaru ka al-untsâ (laki-laki itu tidak sama dengan perempuan). Itulah penggalan ayat Al-Qur’an dalam surat Ali Imran ayat 36.

Meskipun kalimat tersebut berasal dari Al-Qur’an, tetapi sebenarnya kalimat tersebut bukan ungkapan Allah secara langsung. Kalimat tersebut sejatinya merupakan ungkapan dari ibundanya Maryam yang bernama Hanna, ketika ia baru saja melahirkan seorang anak perempuan.

Di dalam Al-Qur’an ibundanya Maryam sering disebut dengan imra’atuImran atau isteri dari seorang yang bernama Imran. Imran sendiri merupakan kerabat dekat Nabi Zakariya a.s. Keluarga Imran dikenal sebagai keluarga orang-orang salih dan ahli ibadah. Kesalihan keluarga Imran bahkan diabadikan oleh Allah Swt., sebagai sebuah nama dari salah satu surat Al-Qur’an yang ketiga yaitu surat Ali Imran.

Suatu waktu, semasa ibundanya Maryam masih mengandung janin,  ia berjanji bahwa kelak kalau anaknya lahir, anak tersebut akan dipersembahkan kepada Tuhan,  sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 35. Istri Imran berkata “Ya Tuhanku aku bernazar kepada-Mu yaitu janin yang ada di dalam kandungaku kelak akan menjadi hamba yang mengabdi pada-Mu” (Ali Imran : 35).

Akan tetapi ketika ia melahirkan, ia terkaget dan kecewa karena telah melahirkan seorang perempuan yang  kemudian diberi nama Maryam, yang kelak Maryam akan menjadi ibu dari  Nabi Isa a.s.

Bagi Hanna atau ibundanya Maryam, laki-laki dan perempuan itu tidak sama, laki-laki itu lebih baik dari pada perempuan. Hal itu diperkuat dengan pandangan tradisi saat itu yang menyatakan bahwa perempuan tugasnya hanya membantu laki-laki  seperti di dapur, memasak atau merawat anak, sedangkan laki-laki tugasnya sangat vital, ia bisa diajak berburu, berperang atau sebagai pemimpin keluarga. Karena itu ibundanya Maryam berkata wa lâisa dzakaru ka al-untsâ (Laki-laki itu tidak sama dengan perempuan).

Lalu apa balasan Allah atas kekecewan ibundanya Maryam?

Ternyata Allah membalas sebaliknya reaksi kecewa ibundanya Maryam tersebut, Allah menerima sepenuh hati sosok perempuan tersebut dengan sama sekali tidak membedakannya dengan seorang laki-laki. Lalu Allah menjaga pertumbuhannya dengan baik sehingga menjadi sosok perempuan yang salihah dan bisa dipercaya.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman, “Maka Allah menerimanya dengan baik, menumbuhkannya dengan baik pula dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria” (Ali Imran : 37).

Dari penggalan ayat di atas, kita bisa melihat dengan sangat jelas bahwa Al-Qur’an sejak awal telah mengajarkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Yang menarik adalah ajaran tentang kesetaraan dari Al-Qur’an tersebut telah diajarkan jauh sebelum viral kampanye-kampanye kesetaraan gender ataupun gerakan feminisme yang digaungkan oleh Barat.

Tentu ada perbedaan antara bentuk feminisme dan kesetaraan gender yang dikampanyekan Barat dengan feminisme dan kesetaraan gender yang diperjuangkan Islam. Feminisme dan kesetaraan gender yang dikampanyekan Islam berasaskan pada nilai-nilai keadilan, sedangkan feminisme dan kesetaraan gender yang kampanyekan Barat cenderung memperjuangkan kesamaan mutlak antara laki-laki dan perempuan dalam hal hak dan kewajiban.

Meskipun begitu, penulis mengakui bahwa di antara keduanya memiliki cita-cita dan niat yang sama yaitu ingin memuliakan perempuan dan memperjuangkan hak-hak kaum hawa.

Perbedaan feminisme yang berasas keadilan dengan feminisme yang berasas pada kesetaraan mutlak adalah jika feminisme yang berasas pada keadilan maka pemberian hak perempuan bergantung kepada kewajiban yang dibebankan kepada perempuan tersebut, hal itu menjadikan hak perempuan tidak selalu sama dengan laki-laki dikarenakan ada perbedaan kewajiban yang harus dilakukan antara keduanya.

Sebaliknya feminisme yang berasas pada kesetaraan mutlak, ia berusaha memaksakan diri agar perempuan diberi hak yang sama dengan laki-laki, tanpa melihat adanya kewajiban yang berbeda yang dibebankan kepada keduanya.

Al-Qur’an sendiri mengamini bahwa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, terutama dari sisi fisiknya, karena itu Allah melebihkan satu dengan yang lain. Laki-laki memiliki kelebihan dalam suatu hal dibanding perempuan, tetapi di sisi lain perempuan juga memiliki kelebihan di atas laki-laki dalam aspek yang lain. Karena itu keduanya adalah kombinasi yang sempurna dan saling menyempurnakan, bukan hubungan yang saling mengalahkan atau mendominasi antara satu dengan yang lain.

Meski secara fisik laki-laki dan perempuan itu berbeda, namun baik laki-laki dan perempuan mempunyai derajat yang sama dihadapan Allah, yang membedakan keduanya adalah tingkat ketakwaan saja.

Karena itu Allah berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa”. (Al-Hujarat: 13)

Bagi penulis, menyetarakan secara mutlak antara laki-laki dan perempuan tidak selalu bermakna positif bagi perempuan itu sendiri. Hal itu karena ada perbedaan yang mendasar antara laki-laki dan perempuan baik secara fisik maupun sifat-sifatnya. Penulis belum bisa membayangkan jika perempuan yang sudah dibebani untuk melahirkan dan merawat anak, ia juga harus dibebani pekerjaan seberat pekerjaan laki-laki seperti mencari nafkah, mencangkul di sawah, menjadi tukang bangunan dan lain sebagainya.

Di sisi lain, kita juga harus antisipatif terhadap segala upaya yang mencoba mengebiri hak-hak perempuan dan meremehkan kekuatannya. Karena itu apa yang dikampanyekan Barat tentang feminisme dan kesetaraan gender sangat positif bagi nasib perempuan, meskipun secara konsep masih memiliki banyak kekurangan. Karena itu, bagi seorang muslim, sangat penting untuk meramu gagasan feminisme dan kesetaraan gender ini agar sesuai dengan nilai ajaran Al-Qur’an.

Maka apa yang ditekankan Al-Qur’an dalam hubungannya antara laki-laki dan perempuan sangat menarik. Al-Qur’an lebih menekankan konsep keadilan dibanding dengan kesamaan atau kesetaraan. Meskipun begitu, Al-Qur’an juga menegaskan bahwa antara laki-laki dan perempuan itu sama, terutama dalam hal derajat di hadapan Allah Swt. (lih. Al-Hujarat: 13).


Like it? Share with your friends!

3
Subhan Ashari

Dosen IIQ An-Nur Yogyakarta

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals