Dari mana asal-usul konsep kepemimpinan di bumi?
Konsep kepemimpinan di bumi bersumber dari istilah khalifah dalam Al-Quran.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi sosok yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan memahsucikan Engkau?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS 2:30).
Melalui ayat tersebut Allah swt memberitahukan bahwa Dia hendak menjadikan makhluk yang memakmurkan bumi dari generasi ke generasi. Mereka akan menghuni bumi secara bergantian, sehingga kemakmuran, pertumbuhan, dan kehidupan ini terpelihara.
Manusia niscaya melaksanakan hukum dan berlaku adil, menghindarkan diri dari memperturutkan hawa nafsu, karena akan menyesatkan dari jalan Allah dan melalaikan dari hari kiamat. Rasulullah saw bersabda, “Kamu sekalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”
Derajat manusia di bumi berbeda-beda sesuai dengan potensi dan usaha masing-masing. Ada yang menjadi kepala negara, gubernur, bupati, walikota, camat, lurah/kepala desa, dan sebagainya. Siapa yang menyalahgunakan jabatannya akan menanggung akibatnya.
Dialah yang menjadikan kamu para khalifah di muka bumi. Karena itu siapa yang kafir, akibat kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Kekufuran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekufuran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah menambah kerugian.(QS 35:39).
Bagaimana karakter pemimpin dalam khazanah Islam?
Para ulama merumuskan empat kualitas mutlak bagi Rasul, yakni: shidiq (benar, jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan pesan Ilahi), dan fathanah (cerdas dan kuat ingatan). Gambaran suasana batin Rasulullah saw sebagai pemimpin umat adalah sebagai berikut.
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari golonganmu sendiri; terasa pedih hatinya bahwa kamu dalam penderitaan, sangat prihatin ia terhadap kamu, sangat kasih sayang terhadap orang beriman.(QS 9:128).
Hati pemimpin niscaya begitu lembut seperti hati Nabi, merasa sedih sekali melihat masyarakatnya dalam kesulitan dan terjerumus ke dalam kehancuran. Dia begitu bergairah menjaga mereka, lemah lembut, dan penuh kasih sayang. Dengan sentuhan akhlak dan kepribadian agung Rasul umat selalu siap melaksanakan segala pesannya.
Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia keras terhadap orang-orang kafir, namun berkasih sayang antar mereka. Engkau lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan ridha-Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka berupa cahaya dari bekas sujud. Itulah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, lalu tunas itu menjadikan tanaman itu kuat kemudian menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya; menyenangkan hati para penanamnya. Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir dengannya. Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS 48:29).
Bagaimana kontekstualisasi khalifah dalam kehidupan bangsa kekinian?
Bangsa Indonesia tengah menghadapi problem kepemimpinan dari hulu sampai hilir. Ada kesenjangan dan kekurangharmonisan hubungan antara para pemimpin dan rakyat. Setiap warga Negara Indonesia niscaya mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap kelestarian negeri ini.
Pemimpin bangsa yang ideal mampu menghayati dan mengamalkan sistem among yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara: Ing ngarsa asung tuladha; ing madya mangun karsa; tut wuri handayani – Di depan memberikan teladan, di tengah ikut bekerja, dan di belakang memberikan motivasi dan sugesti.
Bagaimana cara memilih pemimpin bangsa Indonesia?
Amanat Pancasila dalam memilih pemimpin ialah melalui permusyawaratan/perwakilan. Pemilihan Presiden secara langsung dengan hak setiap warga Negara memberikan pilih itu tidak selaras dengan semangat Pancasila. Adapun yang berhak mengikuti permusyawaratan tersebut ialah para wakil rakyat yang memiliki hati nurani.
Apa kekurangan pemilihan pemimpin secara langsung oleh semua rakyat?
Kelemahan utama pemilihan pemimpin secara langsung oleh semua rakyat ialah bahwa setiap orang diperhitung suaranya per kepala tanpa memperhitungkan isi kepalanya. Cara pemilihan demikian mengandung kerawanan politik uang. Orang-orang awam digiring memilih tokoh tertentu dengan iming-iming sembako, amplop, beasiswa sekolah, lapangan pekerjaan, dan lain-lain.
Mana yang lebih baik, masa jabatan kepemimpinan dibatasi satu periode ataukah dua periode?
Seorang Calon Gubernur salah satu Propinsi di Indonesia menyatakan bahwa jika terpilih menjadi gubernur, ia akan menjabat satu periode saja, untuk menghindari tiga jebakan. Pertama, mengejar popularitas menempuh segala cara; melanggar kepatutan, mengganggu ketertiban umum, menghamburkan waktu, dan uang negara.
Kedua, mencuri uang Negara demi menghimpun ongkos politik, bahkan mencari marginnya. Saking nafsunya terpilih kembali, mereka sering tergiring dalam urusan korupsi yang memalukan seluruh keluarga.
Ketiga, menyalahgunakan kekuasaan untuk menekan, bahkan mematikan lawan-lawan politiknya. Tak sedikit pemimpin politik menggunakan institusi pemerintahan untuk kepentingan dirinya. Sebagian malahan memainkan instrumen keamanan, intelijen, dan penegakan hukum untuk kepentingan dirinya.
Apa yang harus dilakukan agar setiap manusia Indonesia layak menjadi pemimpin?
Semua orang dewasa niscaya membangkitkan rasa harga diri, kepercayaan diri, dan tanggung jawab anak bangsa melalui pendidikan terpadu pada tripusat pendidikan, yakni rumah, sekolah, dan masyarakat.
Menjadikan rumah sebagai persemaian pertama dan utama nilai-nilai luhur agama dan bangsa serta menjadikannya surga bagi setiap penghuninya. Meningkatkan fungsi sekolah sebagai tempat belajar hidup dan rumah kedua bagi setiap siswa. Menciptakan masyarakat ramah anak dan menjauhkan segala anasir yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani mereka.
Baca tulisan-tulisan Muhammad Chirzin lainnya: Kumpulan Tulisan Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag.
0 Comments