Membandingkan Umur Secara Setara

"..Age to Achievements equivalentratio ini mengajarkan kita utk selalu rendah hati, dan menjadikan orang yang lahir lebih dahulu sebagai acuan penyemangat kita.."2 min


5
5 points

Tulisan ini merupakan refleksi dari Billy Mambrasar, yang sering disangka tua banget, dan dipanggil “Kak” atau “Bang” sama anak-anak yang ternyata lebih tua karena mukanya Billy boros hahahaha…

Di Indonesia, apalagi di kumpulan program atau event-event yang berbau mahasiwa atau kepemudaan, sering sekali kita langsung ditanya: “Hello, angkatan berapa, lahir tahun berapa? Ohhh berarti saya panggil Kak yah.. atau abang”, Tidak sampai di situ, setelah itu mulai dibombardir dengan becandaan-becandaan: “Duh kak Ingat usia..”, “Kakak kan sudah tua… kalau saya masih muda, ga papa kan… wajar”.

Padahal setelah dicek, dia cuma lebih muda 2-3 tahun, tapi tingkahnya kebocah-bocahan atau dia lupa kalau usia semua orang itu bertambah setiap saat.

Mungkin saya terbiasa juga berteman dengan orang luar kali yah, dimana age difference doesn’t matter ketika kita berada di sebuah komunitas yang sedang bekerja bersama. Treatment berlebihan di Indonesia terhadap perbedaan umur ini mengganggu dan menggelitik saya, dan akhirnya saya menemukan sebuah istilah berikut ini yang saya namakan: “Equivalent age-achievements ratio“. Sederhananya: bukan membandingkan usia, tetapi membandingkan pencapaian seseorang pada saat dia seusia kita, ini lebih rational.

Baca juga: Setara

Maksudnya adalah begini, kita tidak bisa memilih kita lahir dimana, dari orang tua siapa, sebagai suku dan agama apa, dan dalam topik ini: TAHUN BERAPA KITA LAHIR. Artinya bahwa itu di luar kuasa kita ketika ada orang-orang yang lebih muda (atau lebih tua) dari kita, karena simply kita tidak bisa milih tahun lahir kita.

Nah Ratio Equivalent age-achievements ini berperan sebagai tool untuk membandingkan secara fair (untuk juga menjadi alat dorong motivasi diri kita sendiri) kita ketika kita melihat seseorang yang mau kita jadikan panutan telah melakukan apa saja saat berusia seperti kita saat ini. Ratio ini membandingkan pencapaian seseorang yang lebih tua/senior dari kita pada saat dia berada di usia kita saat ini.

Misalnya, panutan saya itu Pak Habibie. Akan menjadi sangat lucu kalau saya bilang: “Ah pak Habibie sudah tua! Dasar tua Bangka! Saya dong, masih 31 tahun! masih muda”. Padahal memang benar sekarang saya 31 tahun, akan tetapi faktanya usia kita semua tetap bertmbah, tahun depan 32, dst, dan suatu saat nanti sayapun akan seusia beliau.

Why it doesnt make sense to conduct direct comparisson seperti itu dan mengatakan seseorang yang lahir lebih dulu TUA dan kita lebih OK karena kita MUDA? Dalam contoh ini, karena Pak Habibie tidak memilih lahir lebih dahulu dari saya, dia ditentukan Tuhan untuk lahir lebih awal dari saya.

Nah, Age to Achievement Equivalent Ratio itu membuat saya meng-assess saya dan pak Habibie secara tepat. Saat ini pada Usia 31 tahun saya masih berkutat dengan gelar Master saya yang kedua, dan belum banyak kontribusi untuk orang lain dan pembangunan bangsa, sementara Pak Habibie sudah memperoleh Gelar Doktor pada usia 28 tahun, meneliti, mengajar, dan berkontribusi.

Menggunakan ratio ini, dapat disimpulkan bahwa pada usia 31 tahun ini, dibandingkan dengan Pak Habibie, SAYA TIDAK ADA APA-APAnya. Berarti saya harus mengejar ketertinggalan pencapaian saya selama 3 tahun tersebut, dan bekerja lebih keras untuk mengejarnya.

Dengan mencoba mengimplementasikan Age to Achievement equivalentratio ini dalam kasus saya dan seseorang misalnya, pada usia 28 tahun, seseorang tersebut baru mengejar S2 dia yang pertama dengan beasiswa dan belum ada kontribusi bagi orang lain dan pelayanan untuk Tuhan, sementara pada usia 28 tahun, saya sudah memiliki 2 gelar S2 dan 2 gelar S1 dan juga sudah bekerja dan travel ke lebih dari 20 negara, serta telah memulai pergerakan Pendidikan gratis untuk anak-anak miskin Indonesia.

Jadi age-equivalent ratio ini menjadi dorongan untuk seseorang yang lebih muda tersebut menjadi semangat lagi juga menjadikan pencapaian saya sebagai acuannya dia secara tepat (in case, dia menjadikan saya sebagai acuannya). We are not gonna be 28 forever anyway, right? setiap hari kita lebih tua, dan kita hidup itu setiap hari berlari. Ada yang berlari sprint, ada yang berlari marathon, semua dengan waktu dan kecepatan yang ditetapkan Tuhan.

Age to Achievements equivalentratio ini mengajarkan kita utk selalu rendah hati, dan menjadikan orang  yang lahir lebih dahulu sebagai acuan penyemangat kita, dan bukan untuk dihina. So, Don’t say someone is OLD and we are better than him/her simply because He/she was born first. Assess, what they did / achieved when they were in our age!

Ayo semua.. kita semangat berlari!!! Mengejar cita-cita dan impian kita. Jadikan lebih dari seseorang panutan dan motivasi kita untuk lebih baik lagi. God Bless our Journey!


Like it? Share with your friends!

5
5 points

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
3
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
7
Suka
Ngakak Ngakak
1
Ngakak
Wooow Wooow
4
Wooow
Keren Keren
4
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Gracia Josaphat Jobel Mambrasar
Gracia Josaphat Jobel Mambrasar, MBA adalah Founder dan CEO Kitongbisa Social Enterprise (website: www.kitongbisa.com). Pria yang akrab dipanggil Billy ini merupakan alumni Institut Teknologi Bandung (S1) dan magister (S2) di The Australian National University (ANU), Australia dan mendapatkan penghargaan sebagai Vice chancellor special commendation as the student of the year. Sekarang ia tengah menyelesaikan magisternya yang kedua di Oxford University, United Kingdom. Ia juga telah resmi dinyatakan sebagai awardee LPDP (PK-128, Panrita Arundaya) untuk program doktoral di Harvard University, USA.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals