Tulisan adalah simbol kebudayaan. Menulis ialah menebar pengetahuan dan mendialogkan kebenaran. Menjadi penulis adalah tanggung jawab, bukan pilihan. Penulis itu co-worker Tuhan dalam membangun peradaban. Penulis tahu betapa banyak kehidupan berubah karena buku. Sehari selembar tulisan, setahun sebuah buku.
Baca juga: 40 Inspirasi dan Jurus Menulis
Penulis buku membantu pembaca menemukan rencana Tuhan untuk maju. Sebuah langkah sederhana yang semua orang bisa melakukannya, yakni menulis apa saja yang ia pikirkan, alami, lakukan, dan rasakan. Andaikata seluruh pikiran, pengetahuan, perasaan, dan perbuatan, serta pengalaman kita ditulis, niscaya membuahkan ratusan buku.
Buku adalah guru dan sumber ilmu. Buku adalah kepanjangan tangan guru. Buku yang bervisi tak akan pernah mati. Buku adalah teman setia di setiap ruang dan waktu. Buku adalah jendela dunia, barometer zaman, dan penggerak perubahan. Buku adalah surat lebih tebal kepada kawan-kawan, kata Jean Paul.
Kemauan seseorang untuk menulis meningkatkan kemampuannya menyusun buku. Tugas penulis adalah mendeskripsi, mengategorisasi, menginterpretasi, dan mengobjektivikasi, serta mengontekstualisasi fakta dan data. Tumbuh menjadi penulis yang lebih baik, handal, dan berbuah lebat.
Baca juga: Menulis Untuk Keabadian
Menulis buku tanda terima kasih kepada guru. Menulis buku adalah sebuah perjuangan yang menantang dan petualangan yang menyenangkan. Menulis buku untuk keabadian, kedamaian, kebahagiaan, dan persaudaraan. Untuk menulis buku butuh membaca setiap waktu guna menambah bekal ilmu. Menulis buku tak perlu bakat, sebab, bakat tak lain adalah kesabaran dan ketekunan yang lama.
Orang bijak berkata bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Hal itu mengandung pesan agar kita pandai mengambil pelajaran dari pengalaman. Pepatah Indonesia menuturkan, “Seorang kakek tidak boleh kehilangan tongkat dua kali.” Dalam khazanah Islam Nabi Muhammad saw bersabda, “Tidak seyogianya seorang muslim disengat serangga dua kali pada lubang yang sama.” Dalam ungkapan pepatah lain, “Janganlah engkau terperosok dua kali pada lubang yang sama.” Perihal lubang lahirlah pepatah, “Siapa yang menggali lubang niscaya terperosok ke dalamnya.”
Artikel terkait: Mencintai, Memburu, dan Menulis Buku
Nilai sebuah pengalaman bukan terdapat pada pengalaman itu sendiri, melainkan pada respons seseorang terhadap pengalaman itu. Sebuah pepatah, sebagaimana kata-kata mutiara, adalah kalimat pendek dari pengalaman hidup yang panjang. Tidaklah seseorang serta-merta mengungkapkan kalimat, “Pengalaman adalah guru yang terbaik” kecuali setelah ia mendapat pelajaran dari pengalaman manis maupun pahit, pengalaman pribadi maupun orang lain. Jika menyaksikan orang gagal dalam sebuah usaha, kita niscaya tidak mengambil langkah yang berujung pada kegagalan.
Sahabat Gunawan dan kawan-kawan telah mengemas beragam kisah dan pengalaman hidup mereka yang inspirasitif dan menggugah jiwa dalam sebuah buku yang berada di tangan pembaca, Tentang Mereka. Anak petani menjadi penulis buku; tanpa bakat pun kita bisa menjadi apa yang kita inginkan; mengejar impian sampai ke ujung; berlayar bersama Pinisi; menyusun target, menggapai mimpi; mengejar mimpi di kota Daeng; menggapai impian di tengah keterbatasan; liku-liku perjalanan kuliah; meringankan benan orang tua; kuliah dan bekerja; berusaha, berdoa, bersabar, dan optimis, serta berbaik sangka kepada Tuhan.
Menulislah bagaikan Beethoven menggubah lagu.
Menulislah bagaikan Michelangelo memahat batu.
Menulislah bagaikan Afandi melukis wajah sang Ibu.
Menulislah bagaikan Ronaldo menendang bola tanpa ragu.
Menulislah bagaikan desainer merancang dan membuat baju.
Lihat juga: Cuma 50rb!! Pelatihan Kepenulisan Karya Ilmiah
One Comment