Tentang Revina: “Your Insecurity is Your Problem”

Revina menunjukkan standar cantik yang dianutnya adalah perempuan berkulit putih, body goals, wajah mulus, dan lainnya. Pandangan ini bahaya gak sih?3 min


1
1 point
Sumber foto: pop.grid.id

Saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial menjadi “realitas kedua” yang menggambarkan kehidupan nyata penggunanya. Dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan, media sosial semakin digemari oleh lintas generasi. Bahkan seluruh kalangan generasi (X, Milenial, Y, Z dan Alpha) pun aktif mengunggah cerita mereka.

Kisah bahagia, sedih, marah, kesal dan berbagai ekspresi lainnya dituangkan ke dalam teks, foto atau video. Cerita itu pun menjadi konsumsi publik yang tidak terbatas pada satu wilayah tertentu, melainkan terintegrasi secara global, dapat dilihat oleh pengguna media sosial di seluruh dunia.

Syahdan, seorang selebgram sekaligus influencer menjadi perbincangan hangat di jagat maya akhir-akhir ini. Berawal dari sebuah cuitannya di Twitter, ia kemudian dikritik habis-habisan oleh netizen. Sebut saja Revina, melalui cuitan itu ia mengisahkan bahwa dirinya merasa kesal beberapa hari lalu karena melihat pemandangan yang tidak mengenakkan matanya.

Baca Juga: Apa Kabar Media Sosial Kita?

Ceritanya, ketika ia sedang berolahraga di sebuah gym, Revina melihat seorang perempuan memakai sportbra dan celana pendek. Saking pendeknya, Revina melihat stretchmark di sekitar panggul perempuan itu. Revina pun kesal. Ia menyebut pemandangan itu sebagai polusi visual untuk matanya.

Netizen berang dan ramai-ramai menyebut Revina melakukan body shaming. Sebagai sesama perempuan, seharusnya Revina tidak melakukan hal demikian, kata netizen. Mereka semakin kecewa, karena selama ini Revina dikenal tegas membela perempuan, khususnya korban kekerasan seksual, cyberbullying dan lain-lain.

Banyak warganet yang mempertanyakan sikap Revina: Revina pun kerap menjadi korban body shaming di sosial media, namun mengapa ia tidak belajar dari pengalamannya?

Revina tentu saja tidak mau kalah, ia membela diri dengan alasan tidak pernah melarang “para polusi visual” itu datang ke gym atau mengatur pakaian mereka. Ia hanya menuangkan perasaannya di media sosial, ia tidak ingin menjadi toxic positivity dan berpura-pura menyukai pemandangan itu. Tidak ada maksud lain. Begitulah katanya.

Bahkan dalam instagram story-nya, Revina dengan mudah mengatakan bahwa perempuan yang tidak cantik dan ber-body goals adalah orang yang malas merawat diri, jarang memakai produk skin care dan lain-lain. Intinya, tidak terlihat cantik adalah kesalahan perempuan. Jika insecure, itu adalah konsekuensinya dan tidak tepat menjadikan hal itu menjadi pengecualian oleh orang-orang di sekitarnya.

Mari analisis sejenak. Pernah gak ya, Mbak Revina membuat pertimbangan ketika mengunggah sesuatu? Apa dampak positif terhadap dirinya sendiri atau manfaat yang akan diterima orang lain?

Benar memang, media sosialnya adalah hak pribadinya. Tidak ada yang dapat menggugat itu. Bahkan mungkin menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Mbak Revina ketika sudah mencurahkan isi hatinya soal “polusi visual” itu.

Namun, ketika ia memilih untuk menulis pengalamannya di media sosial, tentunya konten tersebut akan dibaca bahkan di kalangan yang lebih luas, sehingga dampaknya pun akan semakin luas pula. Jangkauan unggahannya tidak hanya orang yang disebut sebagai “polusi visual” itu saja, juga orang-orang yang merasa memiliki fisik sama seperti deskripsi yang diutarakan oleh Revina.

Baca Juga: Negeri Itu Bernama “Media Sosial”

Banyak orang yang merasa tersinggung dan merasa tidak berharga karena kalimat “polusi visual” ini, terutama perempuan. Banyak komentar di salah satu unggahan Revina menceritakan perjuangan mereka melawan insecure mereka, banyak yang menceritakan proses penerimaan diri, namun seolah tidak ada harganya di hadapan Revina ini.

Dari rangkaian unggahannya, Revina menunjukkan standar cantik yang dianutnya adalah perempuan berkulit putih, body goals, wajah mulus, dan lainnya. Standar cantik yang hanya menyoroti soal keelokan wajah dan fisik. Seolah ia merasa sudah sempurna dan berhak menghakimi perempuan di sekitarnya.

Standar cantik yang ditetapkan Revina tidak menjadi masalah ketika masih dalam bentuk ide, atau subjektivitas yang ada di kepalanya. Masalahnya, ide-ide itu dituangkan dalam unggahan yang cenderung merendahkan martabat orang lain dan menjadi konsumsi publik pula.

Padahal, Revina ini adalah seorang public figure dengan 600 ribu lebih pengikut. Ternyata jumlah pengikut tidak menjamin kedewasaan seseorang untuk mempertimbangkan isi media sosialnya. Sangat disayangkan juga, sebagai orang yang sudah mengenyam pendidikan tinggi, melek isu-isu terkini, malah menggunakan pengetahuannya untuk menyudutkan atau meminggirkan orang lain.

Seorang Revina tidak mungkin buta soal isu mental health akhir-akhir ini. Tidak mungkin dirinya buta mengenai orang-orang yang berusaha memahami keadaan serta mengatasi stress, depresi dan gangguan lainnya yang dialami selama di rumah saja. Pertanyaan besarnya, mengapa tidak ada empati terhadap sesama?

Pembelaan diri yang dilakukan Revina berkisar pada soal tidak melanggar hukum apapun. Benar juga, tidak ada yang salah dengan aktivitas unggah-mengunggah itu. Ditambah adanya jaminan kebebasan berpendapat yang diatur oleh negara. Semua orang berhak menyampaikan pendapatnya.

Namun, kebebasan ini seharusnya tidak dimanfaatkan untuk mencela perbedaan. Malah seharusnya ia digunakan sebaik-baiknya untuk merayakan perbedaan. Eh, tunggu. Apa jangan-jangan Mbak Revina hanya ingin menaikkan engangement di Instagram, ya? Hanya mencari sensasi agar diperbincangkan lalu bekerja sama dengan brand ternama? Gak lucu, sih mbak, Sumpah!

Editor: Ahmad Mufarrih
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Catatan: Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected]

Jadi, bagaimana pendapat Anda tentang artikel ini? Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! 

Anda juga bisa mengirimkan naskah Anda tentang topik ini dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

1
1 point

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
0
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
2
Suka
Ngakak Ngakak
1
Ngakak
Wooow Wooow
0
Wooow
Keren Keren
0
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Sukma Wahyuni

Master

Tim Redaksi Artikula.id

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals