Benarkah Al-Qur’an Kalam Tuhan?

beberapa sarjana Barat menilai Al-Qur’an bukanlah wahyu Tuhan tapi hasil karangan dan imajinasi Muhammad. Tulisan ini memaparkan beberapa argumentasi bantahannya!3 min


tirto

Berbicara mengenai Al-Qur’an di kalangan umat Muslim tentunya semua sepakat bahwa Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah. Tetapi di kalangan non-Muslim khususnya beberapa sarjana Barat berkebalikan dalam menilai Al-Qur’an yang meyakini bahwa Al-Qur’an bukanlah wahyu dari Tuhan melainkan hasil karangan dan imajinasi dari Muhammad sendiri bahkan ada yang mengatakan bahwa Al-Qur’an mengadopsi dari ajaran Yahudi.

Sejalan dengan itu H.A.R. Gibb pernah mengungkapkan bahwa Al-Qur’an adalah hanyalah “perkataan Muhammad”,terkait status dari Al-Qur’an mereka berupaya menemukan pengaruh-pengaruh Yudeo-Kristiani di dalamnya (Setiawan, 2007:2). Jika mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah perkataan nabi Muhammad maka setiap orang akan menagatakan demikian sebab sejatinya Al-Qur’an memang disampaikan secara oral (baca:lisan) oleh Nabi.

Akan tetapi jika mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah karangan atau hasil imajinasi dari nabi maka perlu dikaji lebih dalam lagi dengan melihat dari fakta sejarah. Terkait pernyataan para Orienatalis yang menganggap Al-Qur’an bukan wahyu murni dari Tuhan, ada beberapa fakta  yang sangat argumentatif sekaligus menjadi respon atas pernyataan orientalis tersebut,  beberapa fakta yang menjelaskan sekaligus bantahan bahwa al-Qur’an bukan hasil karangan nabi;

Pertama, Al-Qur’an mendeklarasikan sendiri bahwa sumbernya dari Allah bisa dilihat dari beberapa ayat di dalam Al-Qur’an salah satunya, dalam surat az-zumar ayat 1-2 Allah berfirman:

Kitab (Al-Qur’an) ini diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kepadamu kitab (Al-Qur’an) dengan (membawa)kebenaran. Karena itu, sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan yang murni kepada-Nya.        

Ayat tersebut adalah salah satu dari beberapa ayat lainnya yang menjelaskan secara langsung bahwa Al-Qur’an merupakan pedoman bagi manusia yang berasal dari Allah bukan hasil karangan nabi Muhammad dan Allah sendiri yang akan menjaganya “sesunggunya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti kami pula yang menjaganya”. (QS:al-Hijr:9).

Kedua, dalam menghafalkan Al-Qur’an nabi Muhammad selalu terburu-buru, beliau baru berhenti dari sikap terburu-buru setelah memperoleh jaminan dari Allah bahwa Al-Qur’an yang telah dihafalkannya akan tetap melekat didalam ingatan beliau, dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa jika memang nabi mengarang Al-Qur’an lantas mengapa nabi terburu-buru dalam menghafalkannya.

Padahal sikap terburu-buru bukan kebiasaan beliau dan bukan kebiasaan orang Arab pada saat itu, jika di tarik secara logika semisal seseorang menyusun sebuah karangan, pasti ia tidak perlu terburu-buru untuk menghafalnya, sebab sudah pasti ia sudah menghafal karangannya karena telah dikuasai, begitupun orang lain tidak akan terburu-buru dalam menghafalkan karangannya karena telah karangan tersebut sudah dikuasainya(Athaillah, 2007: 43-44).

Ketiga, di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan ayat-ayat yang memberikan informasi historis tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di zaman terdahulu maupun pada zaman yang akan datang serta dapat dibuktikan kebenarannya, salah satunya pada “QS:Yunus:90-92”, berbicara mengenai jasad fir’aun, di situ Al-Qur’an telah lebih dulu menjelaskan bahwa jasad fir’aun masih utuh sedangkan dalam kitab-kitab suci lain seperti perjanjian lama dan perjanjian baru ataupun sejarah orang-orang Yahudi itu tidak pernah memberitahukan sebelumnya (Athaillah, 2007: 53-54).

Dengan kata lain sangat tidak mungkin jika nabi mengarang sesuatu yang sebenarnya belum ia ketahui secara pasti, bahkan belum dikenalinya sama sekali kecuali beliau mengetahuinya melalui wahyu dari Allah. Nabi sebelumnya tidak mengenal fir’aun sebab masa hidup antara keduanya sangatlah jauh jaraknya. Baru setelah Al-Qur’an berbicara hal tersebut seiring berjalannya waktu seorang sejarawan menemukan fakta tersebut yang telah dijelaskan jauh sebelumnya oleh Al-Qur’an.

Keempat, di dalam Al-Qur’an terdapat informasi-informasi yang sejalan dengan hasil penemuan-penemuan ilmiah, dengan kata lain tidak bertentangan dengan perkembangan keilmuan di zaman modern, misalnya pada saat Al-Qur’an berbicara mengenai rahim di dalam kandungan yang dibungkus oleh tiga kegelapan yang menyelimutinya. Firman Allah dalam surat az-zumar : 6

Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”

Dalam hal ini mayoritas mufassir dari yang klasik sampai kontemporer setuju bahwa yang dimaksud tiga kegelapan dalam hal ini yaitu; kegelapan perut,kegelapan rahim, dan kegelapan kantong plasenta. Ketiganya terletak di dalam rahim dan sekaligus membungkus dan melindungi janin (Athaillah, 2007: 64).

Dan firman Allah terkait hal tersebut, jika diteliti secara ilmiah (ilmu kedokteran) maka tidak ada pertentangan, apa yang telah ditafsirkan oleh para mufasir juga diterima dalam dunia kedokteran melalui penelitiannya. Lagi-lagi ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an mampu membaca perkembangan zaman dan sama sekali tak ada pertentangan didalamnya. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an murni dari Allah dan bukan hasil karangan nabi Muhammad.

Nabi hanya menyampaikan apa yang telah diwahyukan padanya, jika memang nabi yang mengarang Al-Qur’an maka pasti ada yang keliru dan prediksinya tidak mungkin bisa benar semua apalagi yang terkait sesuatu yang belum ia ketahui secara pasti. Dan tidak mungkin beliau yang hidup di lingkungan yang terkebelakang mampu memberikan informasi yang jauh mendahului zamannya.

Dengan demikian, apakah mungkin nabi mengarang Al-Qur’an sebegitu komperehensifnya, yang membahas segala aspek kehidupan dunia dan akhirat, surga dan neraka padahal nabi sebelumnya belum pernah tahu apa itu akhirat dan seperti apa surga dan neraka kecuali diberi tahu oleh Allah melalui wahyu.

Melihat dari argumentasi diatas maka sangatlah mustahil jika nabi mengarang Al-Qur’an, bahkan Allah begitu tegasnya memberikan ancaman jika sekiranya nabi mengarang Al-Qur’an: “seandainya Dia (Muhammad) Mengadakan sebagian Perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang Dia pada tangan kanannya, kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya”.(QS: al-Ma’arij :44-46).


Like it? Share with your friends!

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
0
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
1
Tidak Suka
Suka Suka
2
Suka
Ngakak Ngakak
1
Ngakak
Wooow Wooow
0
Wooow
Keren Keren
0
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Saipul Hamzah

Warrior

Saipul Hamzah saat ini sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Lahir di Makassar Sulawesi Selatan, alumni Pondok Pesantren Annahdlah Makassar. Email aktif [email protected]

One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals