Jauh sebelum kedatangan Rasulullah saw, bangsa Yahudi sebagai umat yang beriman (Ahlul kitab) konon senantiasa menggunakan nama Muhammad sang Nabi terakhir yang akan diutus untuk berdoa kepada Allah swt agar dapat mengalahkan kaum kuffar (dalam riwayat, mereka adalah kaum Gathafan, ada juga yang mengatakan Aus san Khazraj) dalam peperangan.
Karena mereka diberi kitab suci, yang di dalamnya terdapat nama Muhammad, mereka angkat tangan di atas kitab tersebut seraya berkata “Ya Allah tolonglah kami dengan kemuliaan Nabi yang diutus pada akhir zaman”.
Ada yang mengatakan bahwa kaum Yahudi tersebut bukan menggunakan nama Muhammad untuk memenangkan peperangan atas kaum kuffar, tetapi mengatakan kepada orang-orang kafir tersebut bahwa nanti kalian akan dikalahkan oleh Nabi terakhir, dialah Muhammad. Jadi konteksnya, kepemimpinan Muhammad kelaklah yang akan membawa kemenangan bagi orang yang beriman termasuk Yahudi kala itu. Berbeda dengan riwayat sebelumnya yang menggunakan nama Muhammad yang belum lahir sebagai perantara (wasilah) untuk mendapat kemenangan.
Baca juga: Al-Qur’an Harus Direvisi Karena Diskriminasikan Yahudi? |
Uniknya, setelah Muhammad yang dimaksud datang sebagai Rasul, kaum Yahudi tersebut justru kecewa, karena Rasul mulia tersebut bukanlah dari golongan mereka. Mereka mengatakan “Seandainya kitab ini (Al-Qur’an diturunkan kepada salah satu dari dua desa [Mekkah dan Thoif])”.
Kekecewaan tersebut membawa mereka justru pada hal yang mereka musuhi selama ini, yaitu kekufuran. Muhammad yang dulu namanya dijadikan sebagai wasilah kepada Allah, atau Muhammad yang dulu dicatut namanya sebagai pemimpin yang akan mengalahkan kaum kuffar, kini mereka campakkan, dan mereka sendirilah yang menjadi kafir.
Sekarang, mari kita lihat umat Islam di Indonesia. Kita bermimpi setelah berjihad melawan Belanda, Inggris dan Jepang umat muslim Indonesia akan bisa merdeka dan meninggikan Islam. Tapi saat pemilu pertama tahun 1955, kekuatan politik Islam justru terbagi tiga (Masyumi, NU, dan Syarikat Islam) disaingi secara ketat dan bahkan dikalahkan oleh partai nasionalis dan komunis.Apa alasannya?Mudah saja, “walaupun Islam, mereka bukan dari golongan kita”.
Umat dan bangsa inipun pernah punya harapan menjadi umat yang menguasai teknologi di bawah kepemimpinan BJ. Habibie, seorang cendikiawan, Insinyur jenius, dan muslim yang taat. Tapi apa yang terjadi? Ia dipermalukan dan diteriaki di MPR, ditolak LPJ-nya oleh tokoh reformasi Amien Rais yang saat itu menjadi ketua MPR. Ya, sebenarnya alasannya sederhana, “walau muslim, dia bukan dari golongan kita”. Ya, mungkin itu bukan kali pertama dan terakhir suasana di parlemen layaknya “suasana” stadion GBK.
Setelahnya, yang menjadi impian besar umat pun tercapai, tahun 1999 negara dipimpin oleh seorang Kyai yang berwawasan luas, cucu dan anak pejuang revolusi, pendiri partai berasaskan Islam, bersih dari polusi orba. Tapi apa yang terjadi? Dua tahun setelahnya (2001) Ia digulingkan, bahkan “ditendang” oleh kader partai yang ia rawat sendiri, alasannya ya tidak jauh beda, “walau dia muslim, tapi bukan dari golongan kita, minimal orientasinya berbeda dengan kita”.
Baca juga: Ketika Tuhan Diajak Pemilu |
Kenyataannya, Indonesia memang tidak pernah memiliki presiden kecuali dia muslim. Terakhir, presiden Indonesia adalah orang biasa (wong cilik), bukan keturunan bangsawan, atau dari kalangan elit bangsa, tak heran jika kalangan elit bangsa ini cemburu, karena mereka lebih tinggi status sosialnya, luas jaringannya, dan pasti lebih banyak hartanya. Tapi yang lebih mengherankan, walaupun muslim, ia dihina habis-habisan oleh sekelompok muslim lain dengan tuduhan yang sangat berat, bahkan beberapa kali diserukan agar dimakzulkan. Alasannya ya mudah, “dia bukan golongan kita, harusnya kita”.
Maka pertanyaannya, siapa yang paling ideal untuk memimpin bangsa dan umat ini? Jawabnya, tidak akan pernah ada, selama jiwa-jiwa “Yahudi” itu berselimut dalam baju ke-Islam-an (Yahudiyyûn tadatssarû bi ditsâril Islam).
Kita ber-wasilah dengan tokoh Islam, begitu ia hadir, karena beda golongan lalu kita campakkan. Kita menunggu kepemimpinan Kyai, begitu ia hadir kita ingkari.
Tidakkah kita penasaran dengan nasib kaum Yahudi (ahlul kitab yang beriman di zamannya) yang kemudian menjadi kufur?
Allah nyatakan kepada mereka bahwa laknat Allah atas orang-orang kafir. Mereka dikutuk dalam kehidupan dunia ini, kekufuran yang mereka perbuat tidak akan memberikan kemenangan bagi bagi mereka.
Tetapi uniknya, di antara kaum kuffar yang dulu mereka musuhi, ternyata ada yang menjadi orang terdekat Nabi Muhammad dan berjuang untuk Islam, begitulah rahasia Allah swt. Maka, dapatkan kita melihat isyarat dan rahasia itu bagi umat dan bangsa ini? []
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Catatan: Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected]
Jadi, bagaimana pendapat Anda tentang artikel ini? Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya!
Anda juga bisa mengirimkan naskah Anda tentang topik ini dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
0 Comments