Hari Rabu, 05 Februari 2020 menjadi hari pelantikan Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi MA., Ph.D sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia (BPIPRI). Rektor UIN Sunan Kalijaga tersebut dilantik langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara. Pelantikan Yudian Wahyudi ini berkait erat dengan pembuktiannya atas pemahaman QS. Adh-Dhuha ayat empat, yakni wa lal-akhiratu khairun laka minal-ula.
Surah Adh-Dhuha, terutama pada ayat wa lal-akhiratu khairun laka minal-ula selalu disebut, disuarakan dan ditafsiri dengan khas oleh Yudian Wahyudi dalam banyak forum, baik sebagai seorang Kiai maupaun sebagai Professor. Surah Adh-Dhuha ayat empat tersebut umumnya dipahami dengan makna “Akhirat lebih baik daripada Dunia”, Namun Rektor UIN Sunan Kalijaga tidak hanya memiliki pandangan yang berbeda, tetapi juga mengkritik pemahaman yang seperti itu.
Terakhir penulis mendengar langsung pemahaman Yudian Wahyudi atas ayat keempat surah Adh-Dhuha tersebut yaitu dalam forum Promosi Doktor Khoriun Niat dengan judul disertasinya “Struktur Surat-surat Alif-Lam-Mim dalam Al-Qur’an” pada Senin, 03 Ferbruari 2020. Dalam forum tersebut, Yudian Wahyudi menegaskan bahwa pemahaman ayat keempat dari surah Adh-Dhuha dengan “Akhirat lebih baik daripada Dunia” merupakan salah satu faktor utama atas ketertinggalan umat Islam di dunia ini.
Ketua Assosiation Islamic University of Asia (AIUA) ini mengatakan bahwa ayat empat dari surah adh-Dhuha adalah mengandung pemahaman kemajuan umat Islam dalam kehidupannya di dunia. Karena itu, lanjut Yudian Wahyudi, ayat ini berbeda makna dengan ayat wa lal-akhiratu khairun wa abqa (QS. Al-A’la:17)yang inilah ayat untuk kebaikan di akhirat, sebagaimana ungkapan abqa yang ciri khas akhirat.
Lebih jauh, pimpinan Pondok Pesantren Nawesea tersebut memahami ayat empat surah Adh-Dhuha sebagai ayat yang mendorong umat Islam untuk mencapai kesuksesan terus bergerak maju. Karena itu, wa lal-akhiratul khairun laka minal ula dipahaminya sebagai, misalnya, S2 lebih baik daripada S1, S3 lebih baik daripada S2, Professor lebih baik daripada S3, Professor yang menjabat Rektor lebih baik daripada hanya Professor, jurnal Internasional lebih baik daripada jurnal nasional, dan sebagainya.
Pemahaman ayat tersebut terlihat merupakan upaya pencapaian manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah fi al-Ardh (QS. Al-Baqarah: 30), di mana syarat utama mencapai tingkat khalifah tersebut adalah nama-nama (al-Asma’). Yudian Wahyudi menegaskan bahwa makna khalifah fi al-Ardh tidak sedang membahas tentang sistem kekhalifahan, akan tetapi sebagai tugas utama manusia dalam menjalankan amanah dari Allah di bumi ini.
Adapun makna dari nama-nama (al-Asma’) adalah ‘gelar-gelar’ (kualitas) yang menjadikan seseorang mendapatkan kekuatan menjalankan amanah tersebut. Karena itu, yang disebut khalifah di Indonesia itu sendiri adalah seorang Presiden sebagai orang yang memiliki kualitas dalam memimpin Negara, Rektor sebagai orang yang memiliki kualitas dalam memimpin kampus, dan seterusnya.
Terpilihnya Professor Harvard dan Kiai tersebut sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia sebagai bukti nyata atas pemahamannya terhadap QS. Adh-Dhuha ayat empat. Tepat di akhir masa jabatannya sebagai rektor UIN Sunan Kalijaga, Yudian Wahyudi langsung terpilih menjadi kepala BPIP Republik Indonesia.
Yudian Wahyudi sendiri telah banyak mencapai sepak terjang selama hidupnya, seperti menjadi Dosen pertama dari PTAIN yang berhasil masuk ke Harvard Law School di Amerika Serikat, setelah ia memperoleh gelar doktor (Ph.D) di McGill University, Kanada. Di Amerika, ia menjadi professor dan tergabung dalam American Asosiation of University Professor, serta mengajar di Tufts University Amerika Serikat.
Berkenaan dengan Pancasila, Yudian Wahyudi sendiri selalu menegaskan bahwa Pancasila adalah anugerah luar biasa yang diberikan dari Allah SWT. Karena itu, seluruh umat manusia –termasuk umat Islam- mestinya bersyukur atas adanya Pancasila di Indonesia ini, yang bisa mempersatukan bangsa Indonesia dari berbagai etnis, agama, dan sebagainya.
Rasa syukur tersebut dibuktikan oleh Yudian Wahyudi dengan mendirikan Lembaga Studi Pancasila dan Bela Negara di kampus yang dipimpinnya. Selain itu, tahun 2018 Rektor UIN Sunan Kalijaga inipun telah berhasil mengadakan Pekan Pancasila dan Bela Negara yang dihadiri oleh berbagai kalangan akademisi, dari mahasiswa hingga rektor, dari perguruan tinggi se-Indonesia.
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Catatan: Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected]
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂
Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!
Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
2 Comments