Penafsiran Al-Quran Parsial-Radikal

Di antara ayat-ayat Al-Quran dapat dipahami secara mandiri sebagai satuan pesan dan sejumlah ayat berkaitan satu dengan yang lain sedemikian rupa.5 min


3
Sumber gambar: mim.or.id

Allah swt menurunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang haq dan batil (QS 2:185). Lebih khusus, bahwa Al-Quran adalah petunjuk bagi orang-orang yang mengikuti perintah Allah swt dan menjauhi larangannya; beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat secara berkesinambungan, menafkahkan sebagian rezeki yang dianugerahkan Allah swt, beriman kepada Al-Quran dan kitab-kitab suci terdahulu, serta yakin tentang kehidupan akhirat. (QS 2:2-4).

Di antara karakteristik Al-Quran yang niscaya dihayati bahwa Al-Quran diturunkan pada ruang dan waktu tertentu, yakni di jazirah Arab dalam 23 tahun dan berbahasa Arab. Sungguh pun demikian, Al-Quran bukan khusus untuk bangsa Arab pada zamannya saja, melainkan untuk bangsa-bangsa di seluruh penjuru dunia sepanjang masa dengan seribu satu bahasa mereka. Oleh sebab itu, pemahaman terhadap pesan-pesan Al-Quran tidak dapat dipisahkan dari latar belakang turun ayat dan situasi serta kondisi yang meliputinya.

Baca juga: Memahami Makna Tafsir dan Terjemah Al-Quran dengan Benar

Pembaca Al-Quran juga harus memahami gaya bahasa Al-Quran dengan khazanah kesusastraan Arab pada masanya. Sebagian ayat Al-Quran mengandung makna hakiki dan sebagian yang lain mengandung makna simbolis-majazi, misalnya penggunaan bilangan atau angka tujuh, sembilan belas, seratus, dan seribu.

Karakter yang juga harus dicermati bahwa ayat-ayat Al-Quran terhimpun dalam 114 surat. Sebagian surat-surat Al-Quran panjang, sebagian sedang, dan yang lainnya pendek, seperti surat-surat pada bagian akhir Al-Quran. Di antara ayat-ayat Al-Quran dapat dipahami secara mandiri sebagai satuan pesan dan sejumlah ayat berkaitan satu dengan yang lain sedemikian rupa. Pembacaan ayat secara sepotong atau parsial dan terlepas dari ayat yang lain dapat menimbulkan kesalahan penafsiran.

Baca juga: Mendadak Ahli Tafsir

Di antara ayat-ayat Al-Quran yang tak jarang dibaca secara parsial dan ditafsirkan secara radikal serta ekstrem antara lain sebagai berikut (ditulis terjemahnya).

Bunuhlah mereka di mana saja kamu temukan mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya daripada pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu di tempat itu, maka, bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.(QS 2:191).

Pembukaan ayat tersebut (dicetak tebal) secara harfiyah memerintahkan orang Islam untuk membunuh orang kafir di mana saja mereka temukan. Atas dasar itu ada orang yang berpandangan bahwa orang Islam harus membunuh orang kafir. Konon ayat tersebut mendasari tindak pemboman di Bali dan tempat-tempat lain. Penggalan ayat tersebut juga menjadi dasar tuduhan bahwa Islam mengajarkan kekerasan. Pemahaman ayat tersebut niscaya dihubungkan dengan ayat sebelumnya sebagai berikut.

Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.(QS 2:190).

Berdasar atas ayat tersebut para ulama berpendapat bahwa perang dalam Islam adalah defensif (untuk melindungi), bukan ofensif (menyerang). Orang-orang beriman niscaya siap-siaga menghadapi datangnya serangan musuh setiap saat.

Ayat Al-Quran yang lain yang tak jarang dipahami secara parsial adalah berikut.

Mereka ingin sekali seandainya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kamu menjadi sama dengan mereka. Maka, janganlah kamu jadikan siapa pun di antara mereka orang-orang dekat dan penolong, hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka, jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu dapati mereka, dan janganlah kamu jadikan seorang pun di antara mereka sebagai teman dekat dan jangan (pula) menjadikannya sebagai penolong.(QS 4:89).

Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana saja kamu jumpai mereka dan tangkaplah mereka; kepunglah dan intailah mereka di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 9:5).

Diriwayatkan bahwa beberapa orang Arab datang kepada Rasulullah saw di Madinah lalu masuk Islam. Kemudian mereka ditimpa demam. Karena itu mereka kembali kafir dan keluar dari Madinah. Sahabat Nabi bertanya apa sebabnya mereka meninggalkan Madinah. Jawabnya, karena mereka ditimpa demam Madinah. Sahabat-sahabat pun berkata, “Mengapa kamu tidak mengambil teladan yang baik dari Rasulullah?” Sahabat-sahabat Nabi terbagi menjadi dua golongan dalam hal ini. Sebagian berpendapat mereka telah menjadi munafik, sedangkan yang lain berpendapat mereka masih Islam. Lalu turunlah ayat ini yang mencela kaum muslimin dan memerintahkan mereka menawan dan membunuh orang-orang Arab itu.

Perang adalah sesuatu pekerjaan berat yang menuntut pengorbanan harta dan jiwa raga untuk membela kebenaran dan melindungi orang-orang yang lemah tak berdaya, sebagaimana difirmankan Allah swt dalam ayat-ayat berikut.

Hendaklah orang-orang yang menjual kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat, berperang di jalan Allah. Siapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau menang, kelak Kami berikan kepadanya pahala yang besar. Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang lemah, baik laki-laki, wanita-wanita, maupun anak-anak yang berdoa, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!” Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, maka perangilah kawan-kawan setan, karena sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.(QS 4:74-76).

yat-ayat berikut menjelaskan tentang peristiwa pemisahan hubungan muslim dengan kaum musyrik Mekah.

Inilah pernyataan pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya yang ditujukan kepada musyrikin yang kamu sekalian telah mengadakan perjanjian dengan mereka. Maka, berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir. Inilah permakluman dari Allah dan rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik. Kemudian, jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, itu lebih baik bagimu, dan jika kamu berpaling, ketahuilah sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Beritakanlah kepada orang-orang kafir dengan siksa yang pedih.  Kecuali musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian dengan mereka dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun dari isi perjanjianmu serta tidak membantu orang yang memusuhi kamu, penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (QS 9:1-4).

Sebelum ayat ini turun ada perjanjian damai antara Nabi Muhammad saw dengan orang-orang musyrik. Di antara isinya ialah tidak ada peperangan antara Nabi Muhammad saw dengan orang musyrik dan kaum muslimin dibolehkan berhaji ke Mekah serta tawaf di Ka’bah, namun kaum musyrikin menghingkari perjanjian tersebut. Allah swt pun membatalkan perjanjian itu dan mengizinkan kaum muslimin memerangi kembali. Kaum musyrikin pun diberikan kesempatan empat bulan di tanah Arab. Sesudah berakhir masa itu, tiada lagi perdamaian dengan orang-orang musyrik.

Bilamana keadaan menghendaki, orang-orang beriman niscaya bergegas menyambut seruan perang di jalan Allah. Allah swt mengilustrasikan perjuangan pada jalan-Nya itu jual beli yang menguntungkan.

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. Janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Siapakah yang lebih menepati janjinya selain dari Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan. Itulah kemenangan yang besar. (QS 9:111).

Dalam ayat-ayat yang lain Allah swt berpesan,

Hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Siapa yang berperang di jalan Allah lalu gugur atau memperoleh kemenangan, kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang lemah, laki-laki, perempuan, maupun anak-anak yang semuanya berdoa, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu!” Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut. Oleh sebab itu, perangilah kawan-kawan setan, karena sesungguhnya tipu daya setan itu lemah. (QS 4:74-76).

Pada dasarnya semua manusia yang berakal sehat mendambakan kedamaian dan persaudaraan serta membenci konflik dan peperangan. Akan tetapi, dalam keadaan dan situasi yang memaksa, mau atau tidak mau, orang beriman harus bergegas untuk melakukannya. Hal itu tergambar dalam ayat Al-Quran berikut.

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.(QS 2:216).

Di sisi lain Allah swt berpesan,

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS 49:10).

Persaudaraan dan perdamaian antar sesama orang beriman niscaya dinomorsatukan dan tidak boleh ditawar-tawar. Hindarilah radikalisme, ekstremisme, dan kekerasan kepada sesama.


Like it? Share with your friends!

3
Muhammad Chirzin
Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag. adalah guru besar Tafsir Al-Qur'an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Anggota Tim Revisi Terjemah al-Qur'an (Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur'an) Badan Litbang Kementrian Agama RI.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals