Guru menempati posisi yang strategis dalam institusi pendidikan. Guru memiliki tugas untuk mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik. Tidak hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) saja, lebih dari itu, guru di era kekinian memiliki tanggung jawab untuk membentuk kepribadian dan karakter anak. Hal ini tidak bisa ditawar dikarenakan era globalisasi berimplikasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyasar semua kalangan, termasuk peserta didik di institusi pendidikan.
Selain tugas di atas, guru juga dituntut untuk mampu berandil dalam pengembangan institusi pendidikan tempat ia mengabdi. Pengembangan tersebut tentu bersifat holistik dari berbagai aspek, mulai aspek implementasi kurikulum, kualitas dan kuantitas peserta didik, sarana dan prasarana pembelajaran, pengembangan minat dan bakat, sumber dan media pembelajaran, dan lainnya. Perlu kerja keras dan cerdas agar suatu institusi pendidikan mampu dilirik dan menjadi rujukan masyarakat.
Apalagi di institusi madrasah (baca: sekolah dalam naungan Kementerian Agama) yang terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA), banyak masyarakat yang masih memandang sebelah mata. Banyak masyarakat beralasan bahwa sekolah di madrasah akan terlalu banyak ilmu agama yang akan memberatkan peserta didik, juga sekolah di madrasah dianggap tidak menjanjikan masa depan cerah selayaknya di sekolah umum, dan berbagai stigma negatif lainnya.
Perlahan tapi pasti, madrasah mulai berbenah dan mengubah stigma tersebut. Madrasah merupakan institusi yang mencoba mengakomodir sistem pendidikan umum/formal dengan pendidikan pesantren. Maka di sini peran guru menjadi penting untuk mensosialisasikan seperti apa madrasah itu yang sebenarnya, sebagai andil dalam pengembangan madrasah itu sendiri. Oleh karena itu, hadir dalam kegiatan pembinaan dewan guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Pati, Dr. H. A. Umar, M.A., selaku Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kementerian Agama untuk memberikan penguatan kepada segenap dewan guru MAN 1 Pati (27/07).
Pertama, beliau memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh pendidik dan tenaga kependidikan MAN 1 Pati yang telah berhasil memenuhi target dan berhasil memperoleh antusiasme masyarakat. Hal tersebut dibuktikan membludaknya peminat program reguler maupun boarding school.
Kedua, mengutip teori kebutuhan Abraham Maslow, bahwa pada hakikatnya manusia memiliki 5 (lima) hirarki kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan fisik/fisiologis, keamanan, kasih sayang/sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Pak Umar, sapaan akrab Direktur KSKK, menyampaikan selamat bahwa MAN 1 Pati telah mencapai aktualisasi tertingginya, mulai dilirik dan diminati masyarakat sebagai salah satu madrasah pilihan.
Ketiga, Pak Umar menyampaikan agar jangan sampai menyia-nyiakan kepercayaan yang telah diberikan masyarakat. Terus pelajari dan observasi apa saja yang menjadikan peserta didik tertarik masuk ke madrasah. Guru harus mampu menjadikan peserta didik sesuai dirinya yang sesungguhnya, yaitu dewasa dan sesuai perkembangannya. Guru jangan sampai seperti buih di lautan, tapi harus senantiasa menebar kebaikan dan kebermanfaatan kepada para peserta didiknya. Allah Swt berfirman:
Artinya: “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” [Q.S. Al-Rad (13):17].
Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk menjadikan peserta didik dari belum dewasa menjadi dewasa. Oleh karena itu, guru sering dipahami sebagai seorang manusia dewasa yang mengantarkan peserta didik menjadi dewasa. Konsekuensinya guru harus sudah selesai dengan dirinya dibuktikan dan dicerminkan dengan keluasan pikiran, kecakapan komunikasi, dan kebijaksanaan tindakan.
Guru sebagai garda terdepan pengembangan madrasah perlu mampu memberikan contoh dan keteladanan yang paripurna. Pak Umar mengungkapkan seorang guru yang telah dewasa setidaknya bercirikan bijaksana, mandiri, dan tanggung jawab. Bijaksana dimaknai mampu menjaga amarah dan tidak mudah tersinggung, mampu beradaptasi dengan berbagai jenis masalah dan mampu menyelesaikannya dengan tuntas.
Mandiri diartikan sudah selesai dengan urusan dirinya sendiri. Mampu menempatkan kepentingan institusi di atas kepentingan pribadi. Senantiasa menunjukkan dedikasi dan kedisiplinan saat diawasi ataupun tidak. Selanjutnya, tidak mudah protes terhadap segala bentuk kebijakan mengenai dirinya, protes dapat dilakukan sesuai prosedur dan langkah yang beradab.
Terakhir, tanggung jawab bisa dimaknai kesadaran diri untuk melaksanakan segala sesuatu dan menanggung segala sebab akibat yang ditimbulkannya. Seorang guru bertanggung jawab untuk memastikan bahwa peserta didik mampu tumbuh dan berkembang menjadi dewasa setelah diberikan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan.
Ketiga ciri tersebut menjadi bekal utama untuk mampu mengoptimalkan peran guru sebagai garda terdepan dalam pengembangan madrasah. Keteladanan menjadi hal yang penting di madrasah dikarenakan teori atau ucapan saja tidak akan membekas dan dianggap hanya tong kosong nyaring bunyinya. Sehingga pada akhirnya diharapkan slogan “Madrasah Hebat Bermartabat” tidak hanya menjadi slogan yang melangit, namun mampu membumi dan terwujud di tengah-tengah masyarakat. Semoga.
0 Comments