Apa sih yang disebut dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantara malaikat Jibril secara berangsur-angsur selama kurang lebih 22 tahun lamanya. Orang Islam menganggap Al-Qur’an sebagai kitab suci yang paling murni keasliannya, pedoman hidup bagi manusia yang memeluk agama Islam.
Sebelum membahas mengenai pandangan Theodor Noldeke mengenai Al-Qur’an, alangkah lebih baiknya jika di sini sedikit mengenal siapa itu Theodor Noldeke. Ia adalah seorang Orientalis besar berkebangsaan Jerman yang lahir pada tanggal 2 Maret 1836 dan meninggal pada tanggal 25 Desember 1930. Ia juga seorang penulis besar dengan bukti telah banyak mengeluarkan buku-buku monumental, seperti buku yang berjudul Geschite des Qorans yang dibantu oleh muridnya, Schwally. Noldeke adalah seorang Orientalis yang beragama Yahudi dan sekaligus seorang tokoh berpengaruh dalam agama Yahudi. Noldeke juga merupakan peletak dasar kajian Al-Qur’an di Barat. Bukan hanya di kalangan Barat, Noldeke juga banyak menginspirasi pemikir Islam setelahnya, seperti Abu Abdullah al-Zanjani untuk menulis karya tentang sejarah Al-Qur’an.
Menurut Noldeke, Al-Qur’an hanyalah sebuah kitab yang ajaran-ajarannya merupakan duplikasi dari dua agama sebelumnya, yaitu Yahudi dan Kristen. Umat Islam yakin bahwa Nabi Muhammad saw. adalah Nabi yang diutus untuk menyampaikan kebenaran akan mukjizat besarnya, yaitu Al-Qur’an. Akan tetapi, hal tersebut ditentang keras oleh para penentang Nabi yang menganggap wahyu tersebut hanyalah transmisi manusia belaka. Sementara yang lain menganggap Al-Qur’an itu sebagai asatir al-awwalin (dongeng-dongeng masa silam) yang telah diplagiasi oleh Muhammad.
Noldeke beranggapan bahwa sebagai sebuah teks tertulis, sudah pasti jika Al-Qur’an memiliki rujukan atau sumber-sumber asal yang membangun konsep di dalamnya. Dari pertanyaan ini muncullah nama Taurat (Yahudi) dan Injil (Kristen) yang diasumsikan sebagai sumber rujukan Al-Qur’an. Hal ini dikarenakan antara cabang yang menjadi tema pokok Al-Qur’an memiliki kemiripan bahkan sama persis dengan istilah-istilah yang sebelumnya telah dipakai dalam kitab Yahudi. Kemudian, muncul pernyataan bahwa Nabi Muhammad dianggap sebagai orang yang telah merekrontuksi ulang ajaran agama terdahulu kemudian disebarkan atas nama Tuhan.
Noldeke menolak pernyataan tersebut, ia berasumsi bahwa kala itu ada pergeseran konsep yang diperjelas dengan banyaknya data Al-Qur’an yang berbeda dengan kitab terdahulu adalah berkaitan dengan keterbatasan transmisi yang mengakibatkan banyak kesalahpahaman dari Nabi Muhammad dalam menangkap data dari informan. Kecurigaan bahwa Muhammad mengangkat ajaran Yahudi dari konsep teologis hingga tata cara liturgi, dapat dilihat dari kondisi lingkungan kehidupan Muhammad. Noldeke memberikan satu contoh berupa lafaz syahadat yang diangkat dari Kitab Samoel II: 32: 222, Mazmur 18: 32. Kemudian kebiasaan membaca basmalah ketika akan melakukan suatu hal juga dianggap mengambil dari kebiasaan orang Yahudi.
0 Comments