Menebar Doa Menuai Bahagia

Hendaklah senantiasa berdoa karena doa itu menimbulkan ketenteraman jiwa, sedangkan ketenteraman jiwa itu merupakan pengobatan yang sangat mujarab, tulis Alexis Carr5 min


6
8 shares, 6 points
Sumber gambar: Pinterest.com

Doa adalah permohonan hamba kepada Tuhan. Doa memperkuat jiwa muslim dan menghubungkan hatinya dengan Allah swt. Tak satu pun pekerjaan yang dilakukan para nabi kecuali diawali dengan doa, memohon bimbingan, kebaikan, dan perlindungan. Doa adalah intisari ibadah. Allah swt berfirman dalam Al-Quran,

Bila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, jawablah Aku dekat sekali kepada mereka. Aku mengabulkan permohonan setiap orang yang berdoa bila berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka menjalankan perintah-Ku dan beriman kepada-Ku, supaya mereka berada dalam jalan yang benar. (QS 2:186).

Muslim berdoa dan berdzikir menurut contoh Nabi saw dan doa para nabi yang diabadikan dalam Al-Quran. Dengan cara ini, hati selalu berhubungan dengan Allah dan jiwa menjadi suci dan bersih. Melalui amalan rohani ini Nabi saw melatih jiwa sahabat generasi awal yang mengukir prestasi menakjubkan.

Berdoa menunjukkan bahwa kita membutuhkan pertolongan Allah swt dan membutuhkan pertolongan Allah berarti mengakui kekuasaan-Nya. Nabi saw bersabda, “Doa adalah senjata orang beriman, tiang agama dan penerang langit dan bumi.” (HR Tirmidzi).

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara perlahan. Ia tidak menyukai orang yang melanggar peraturan. Janganlah membuat kerusakan di bumi sesudah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan rindu. Rahmat Allah selalu dekat kepada orang yang berbuat baik. (QS 7:55-56).

Setiap doa yang dipanjatkan kepada Allah swt niscaya didengarkan-Nya. Doa adalah bentuk komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Tuhannya. Setiap kita berdoa, hendaknya hati dan pikiran tertuju kepada-Nya. Kita pun harus yakin bahwa doa itu akan terkabul. Rasulullah saw bersabda,

“Berdoalah kepada Allah dengan penuh keyakinan bahwa doa itu akan dikabulkan. Ketahuilah, bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa yang dipanjatkan dengan hati yang lalai dan lengah.” (HR Tirmidzi).

Diriwayatkan dari Abu Abdurrahman bin Umar bin Khaththab ra bahwa Rasulullah saw pernah berkisah. Pada zaman dahulu ada tiga orang musafir menempuh perjalanan jauh. Mereka berteduh dalam sebuah gua. Tiba-tiba sebongkah batu besar menggelinding dari atas bukit dan menutupi pintu gua, sehingga mereka terkurung. Salah seorang berkata, “Sesungguhnya tak ada yang dapat menyelamatkan kita dari bencana ini, kecuali kita berdoa kepada Allah dengan menyebut amal-amal saleh yang pernah kita perbuat.”

Salah seorang di antara mereka pun bermunajat, “Ya Allah, hamba memiliki ayah dan ibu yang telah lanjut usia. Hamba senantiasa mendahulukan memberi minum susu kepada keduanya. Pada suatu hari, hamba pulang terlambat dari mencari kayu dan hamba dapatkan mereka telah tidur lelap. Hamba pun segera memerah susu untuk persediaan minum mereka. Hamba segan membangunkannya. Hamba menunggu hingga terbit fajar saat mereka terbangun dari tidurnya. Lalu kuberikan susu itu kepada keduanya, padahal, semenjak sore hari, anak-anak hamba menangis sambil bergelayut memegangi kaki hamba. Ya Allah, sekiranya yang hamba perbuat itu termasuk amal saleh yang Engkau ridhai, hamba memohon, geserkanlah batu yang menutupi mulut gua ini.” Maka, batu itu pun bergeser sedikit.

Orang kedua pun bermunajat, “Ya Allah, hamba memiliki saudara sepupu yang cantik menawan, hingga hamba pun jatuh hati kepadanya. Hamba ingin sekali berzina dengannya, tetapi dia selalu menolaknya. Beberapa waktu kemudian, dia tertimpa kesulitan dan hamba memberinya uang sebesar 120 dinar, dan ia sanggup menyerahkan dirinya untuk hamba perlakukan sekehendak hamba, kapan pun hamba menginginkannya. Ketika hamba berada dalam pelukannya, dia berkata, ‘Takutlah kepada Allah dan jangan kau sentuh keperawananku, kecuali dengan jalan yang benar!’ Hamba pun takut kepada-Mu. Hamba tinggalkan dia sekali pun hamba mencintainya. Ya Allah, sekiranya perbuatan hamba ini termasuk amal saleh demi memperoleh ridha-Mu, geserkanlah batu yang menutupi mulut gua ini.” Batu besar itu pun bergeser sedikit lagi, tetapi mereka belum bisa keluar dari gua.

Akhirnya, orang ketiga pun bermunajat, “Ya Allah, hamba mempekerjakan beberapa karyawan dan semuanya hamba gaji secara tepat, kecuali seorang yang pergi sebelum mengambil uang gajinya lebih dahulu. Maka, gaji orang itu hamba berdayakan menjadi sangat banyak. Beberapa waktu kemudian ia datang seraya berkata, ‘Wahai hamba Allah yang baik, berikanlah gajiku yang dulu!’ Kukatakan kepadanya, ‘Hai karyawanku, apa yang kaulihat, baik unta, lembu, kambing maupun budak yang menggembalakannya, semuanya adalah gajumu!’ Ia berkata, ‘Wahai hamba Allah yang bijak, kumohon tuan jangan permainkan aku!’ Aku berkata, ‘Sungguh, aku tak mempermainkanmu. Itu semua adalah hakmu!’ Ia pun mengambil semuanya tanpa meninggalkan sedikit pun. Ya Allah, sekiranya apa yang hamba lakukan ini termasuk amal saleh demi mengharap ridha-Mu, geserkanlah batu yang menutupi mulut gua ini.” Akhirnya, batu itu pun bergeser, sehingga mereka dapat keluar dengan selamat. (HR Bukhari dan Muslim).

Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, pasti akan Kuperkenankan bagimu! Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri, enggan berdoa dan menghindar dari beribadah kepada-Ku akan masuk neraka dalam keadaan hina.” (Al-Mukmin/40:60).

Ketika Mansur bin Amar sedang memberikan pengajian kepada para muridnya, tiba-tiba datanglah seseorang meminta uang sebanyak 4 dirham. Beliau pun berkata kepada para muridnya, “Siapa yang bersedia meluluskan permintaannya, aku akan mendoakan baginya empat permintaan.” Di antara murid-murid yang hadir adalah seorang budak berkulit hitam milik seorang Yahudi.

Dari ujung masjid dia berdiri seraya berkata, “Guru, kebetulan saya membawa uang empat dirham. Saya akan memberikannya kepada peminta-minta itu, dengan syarat Guru berkenan mendoakan untukku empat permintaan.” Kata sang guru, “Tentu!” Budak itu pun memberikan uangnya kepada peminta-minta tersebut lalu berkata, “Guru, empat permintaanku: (1) aku adalah seorang budak; doakanlah agar aku segera dimerdekakan; (2) majikanku adalah seorang Yahudi; doakanlah agar dia masuk Islam; (3) aku adalah seorang miskin; doakanlah agar menjadi kaya atas ridha Allah yang menciptakan; (4) doakanlah agar dosa-dosaku diampuni!”

Guru pun berdoa sesuai dengan permintaannya. Sepulang dari pengajian, budak ini menghadap majikannya dan menceritakan peristiwa yang baru saja dialami di pengajian. Rupanya sang majikan benar-benar terkesan pada cerita budaknya. Dengan gembira dia berkata, “Wahai hamba Allah, sekarang juga kau kumerdekakan! Selama ini aku adalah majikanmu. Sejak saat ini kau menjadi majikanku.

Maka, dengarkanlah kesaksianku, wahai majikanku, “Aku bersaksi bahwa tiada yang pantas dipertuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Mulai sekarang, seluruh hartaku menjadi milik kita berdua. Tetapi, permintaanmu yang keempat, yakni tentang pengampunan dosa-dosamu, itu bukan urusanku. Seandainya hal itu termasuk urusanku, niscaya sekarang juga kuampuni.” Begitu majikan selesai berbicara, tiba-tiba terdengar suara dari arah langit, “Wahai hamba-hamba-Ku, sekarang kalian berdua telah kuampuni, sehingga kalian terbebas dari siksa neraka. Demikian juga dengan gurumu Mansur bin Amar.”

Ibrahim bin Adham berkata, “Wahai saudaraku penduduk Bashrah, barangkali hati kalian telah tertutup sepuluh perkara, sehingga doa kalian tak terkabulkan: (1) kalian mengaku beriman kepada Allah, tetapi enggan memenuhi hak-Nya; (2) kalian suka membaca Al-Quran, tetapi enggan mengamalkan isinya; (3) kalian tahu setan itu musuh yang nyata, tetapi kalian tetap menaati ajakannya; (4) kalian mengaku umat Nabi Muhammad saw, tetapi enggan melaksanakan sunnahnya; (5) kalian mendambakan surga, tetapi enggan mengerjakan amal yang dapat memasukkan ke surga; (6) kalian menginginkan selamat dari siksa neraka, tetapi kalian melakukan perbuatan yang menyebabkan masuk neraka; (7) kalian mengetahui bahwa maut itu pasti, tetapi kalian enggan mempersiapkan bekalnya; (8) kalian gemar meneliti aib orang lain, tetapi enggan meneliti aib sendiri; (9) kalian makan dan menikmati pemberian Tuhan, tetapi enggan mensyukurinya; (10) kalian biasa memakamkan jenazah, tetapi tak mau mengambil pelajaran dari pemakaman itu.”

Katakanlah, “Serulah Allah atau serulah ar-Rahman; dengan nama apa pun kamu seru Dia, pada-Nya nama-nama yang indah. Janganlah menyaringkan suara dalam shalat dan juga jangan berbisik-bisik; ambillah jalan tengah di antaranya. (QS Al-Isra`/17:110).

Rasulullah saw mengajarkan doa untuk diberikan pilihan melalui shalat istikharah.

”Ya Allah Tuhanku, sungguh aku memohon petunjuk kepada-Mu tentang mana yang baik buat aku menurut ilmu-Mu dan aku memohon kesanggupan kepada-Mu dengan kodrat-Mu. Aku memohon kepada-Mu dari keutamaan-Mu yang besar, karena Engkaulah yang berkuasa, sedangkan aku tidak kuasa; Engkaulah Tuhan yang sangat mengetahui dan aku tidak mengetahui; Engkaulah Tuhan yang Maha Mengetahui segala yang gaib. Ya Tuhanku, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini [disebut apa yang dikehendaki] baik untukku mengenai agamaku, penghidupanku, dan akibat pekerjaanku dalam masa yang cepat atau masa yang lambat, takdirkanlah ia untukku dan mudahkanlah untukku, kemudian berikanlah berkah untukku padanya. Jika Engkau mengetahui bahwa pekerjaan ini buruk untukku terhadap agamaku, penghidupan, dan akibat pekerjaanku [dalam waktu cepat maupun lambat], palingkanlah ia dariku dan palingkanlah aku darinya dan takdirkanlah kebajikan untukku di mana saja ia berada kemudian berikanlah hatiku meridhainya.” (HR Bukhari dan Abu Dawud).

Berbahagialah atas apa yang kaudapat hari ini dan berusahalah serta mohonlah kepada Tuhan untuk kebaikan hari esok. Tiada kemudahan kecuali yang Allah mudahkan, dan Dia menjadikan segala kesulitan, dengan kehendak-Nya, menjadi mudah.

Orang tidak mungkin merasa jenuh dengan doa, kata Mahatma Gandhi. Berdoa kepada Tuhan adalah laksana samudera yang dapat mencapai setiap sudut pantai kebutuhan manusia. Demikian, keyakinan Fosdick. Doa adalah nyanyian hati yang selalu dapat membuka jalan terbang ke singgasana Tuhan meskipun terhimpit di dalam tangisan seribu jiwa, tutur Kahlil Gibran.

Hendaklah senantiasa berdoa karena doa itu menimbulkan ketenteraman jiwa, sedangkan ketenteraman jiwa itu merupakan pengobatan yang sangat mujarab, tulis Alexis Carrel. Doa menggerakkan tangan yang menggerakkan dunia, kata John Aikman Wallace. Napoleon Bonaparte berpesan, ”Jika engkau ingin memperoleh kekuatan sejati, berdoalah berulang kali kepada Tuhan.”

Doa yang paling indah dan sempurna, ” Tuhan, anugerahilah kami segala yang baik di dunia dan segala yang baik di akhirat serta peliharalah kami dari azab neraka.”


Like it? Share with your friends!

6
8 shares, 6 points

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
4
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
9
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
4
Wooow
Keren Keren
5
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Muhammad Chirzin
Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag. adalah guru besar Tafsir Al-Qur'an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Anggota Tim Revisi Terjemah al-Qur'an (Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur'an) Badan Litbang Kementrian Agama RI.

One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals