Sudah Sopankah Doa Anda? (Bagian 2)

maka memberi sebanyak-banyaknya tanpa mengharap imbalan apapun adalah wujud utuh dari pengabdian. 2 min


www.bairuindra.com

 Sesungguhnya hati dan jiwaku menyatu, begitu juga seperti dua masa yang beriringan, antara siang dan malam dalam melayaniMu, walaupun  kesibukanku (tanggung jawab sebagai makhluk) menyebabkanku tiada kuasa untuk menolak tanggung jawab sebagai pelayan.

Begitulah kata Barwanah dalam Fihi Ma Fihi yang ditasnif oleh Maulana Jalaluddin Rumi. Sedikit gambaran yang bisa kita tangkap adalah pengabdian, pelayanan, bolehlah kita katakan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan. Ibadahnyapun bermacam-macam. Jika harus meminjam istilah itu.

Baca juga: Sudah Sopankah Doa Anda? (Bagian 1)

Karena pengabdian bisa diartikan sebagai rasa syukur, pun bisa berarti satu kewajiban. Mengapa? Karena syukur adalah kesadaran dan kewajiban adalah pengetahuan yang direalisasikan atau dipraktikan.

Pada dasarnya pengabdian terjadi karena ada hirarki antara hamba dan tuan. Antara bawahan dan majikan. Itupun tertuang dalam alam ide, alam pikiran, karena ada proses sublimasi ilham dalam hati. Dengan kata lain hati menjadi satu kawah yang luar biasa luas dalam menampung segala pengetahuan.

Disadari atau tidak, ilham secara natural menjadi bagian dari hati makhluk, dalam hal ini manusia. Sehingga pengabdian adalah ejawantah dari hati yang terbuka lebar dan memiliki ruang yang sangat luas.

Apa buktinya? Lho… Tanya bukti. Hidup  adalah kumpulan pazel-pazel yang belum tentu karuan tahu ke depannya. Belum terkuak rahasia sedetik atau semenit di depan kehidupan yang tepat saat ini.

Pengabdian memiliki dasar cinta yang sangat kuat, pondasinya adalah semangat memberi. Bukan menerima atau meminta-minta. Kalau kepada Tuhan apa yang kita berikan? Wong kita tidak punya apa-apa dan tiada kuasa apapun. Memberikan sebagian waktu kita untuk mengabdikan diri kepadaNya.

Kenapa harus waktu? Dalam kondisi-kondisi tertentu manusia mengalami siklus keseimbangan yang menyangkut akal sehat, pola pikir, kesehatan jasmani dan kejernihan rohani. Sehingga setiap siklus itulah yang akan menjadi ruang pengabdiannya.

Pertanyaannya adalah bagaimana bentuk pengabdiannya? Apakah tidak cukup dengan shalat, sembahyang atau pergi ke gereja, kuil dan vihara? Syaih Baha’uddin al Walad pernah diingatkan oleh santrinya terkait waktu shalat, Ia tidak menghiraukan ajakan itu, sehingga santrinya berjama’ah sendiri dengan santri yang lain.

Sedangkan syaih Baha’uddin hanya ditemani oleh kedua santrinya. Kepatuhan dua santri dalam menunggu syaih Baha’uddin ini menjadi satu pengabdian kepada Tuhan pula, dan santri yang tadi mengingatkan perihal waktu shalat juga termasuk mengabdikan kepada Tuhan.

Perbedaannya terletak pada sikap patuh kepada guru atau orang tua. Mengapa? karena ridho Tuhan terletak pada ridho orang tua, sedangkan orang tua terbagi menjadi tiga, orang tua kandung, guru dan mertua.  Oleh karenanya cintanya kepada guru tidak mengurangi rasa cinta kepada Tuhan.

Pengabdian itu bermacam rupa, sehingga setiap individu memiliki ruang yang berbeda-beda, apalagi perihal waktu. Karena pondasi utama pengabdian adalah cinta, maka memberi sebanyak-banyaknya tanpa mengharap imbalan apapun adalah wujud utuh dari pengabdian. Sehingga mengabdikan diri kepada Tuhan adalah mencintai setiap apa yang memiliki pancaran cahayaNya. Tanpa batas apapun.

Berarti bukan meminta kepada Tuhan tetapi mengabdi kepada Tuhan. Karena dengan pengabdian itu membuktikan bahwa wa karramna bani adam adalah tanda bahwa manusia memiliki kecakapan yang luar biasa, melimpah ruah idenya, diprioritaskan oleh Tuhan terkait cintanya.

Semua kitab suci menjelaskan tentang itu. Dengan kata lain bedoa atau meminta kepada Tuhan seharusnya memiliki landasan pengabdian yang kuat. Apa itu? berbuat baik kepada Manusia dan alam sekitar. Sebagai wujud dari cinta kepada-Nya.

Pojok Rumah, 2019

 


Like it? Share with your friends!

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
0
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
2
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
1
Wooow
Keren Keren
0
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Ahmad Dahri

Master

Ahmad Dahri atau Lek Dah adalah santri di Pesantren Luhur Bait al hikmah kepanjen, juga nyantri di Pesantren Luhur Baitul Karim Gondanglegi, ia juga mahasiswa di STF Al Farabi Kepanjen Malang. Buku terbarunya adalah “Hitamkah Putih Itu?”

One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals