Fazlur Rahman dan Delapan Tema Pokok Al-Qur’an

Fazlur Rahman merupakan salah satu tokoh pembaharu dalam dunia pemikiran islam. Salah satu karya Fazlur Rahman yang terkenal adalah Delapan Tema Pokok Al-Qur'an.4 min


2
2 points

Fazlur Rahman merupakan salah satu sosok yang tidak asing bagi para sarjana muslim kontemporer. Namanya juga banyak dikenal oleh para sarjana Barat yang aktif dalam mempelajari kajian keislaman.

Sosok yang lahir pada 21 September 1919 di kota Hazara, Pakistan ini merupakan sosok pembaharu dalam khazanah peradaban dunia pemikiran islam, khususnya pada era modern. Meskipun Rahman telah wafat pada tahun 1988, namun karya-karyanya masih banyak dijadikan rujukan dan dikaji oleh banyak orang hingga saat ini.

Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa pemikiran-pemikiran dan karya-karya yang dihasilkan oleh Rahman memiliki kualitas yang sangat bagus.

Rahman merupakan salah satu cendekiawan pada masanya yang memiliki sikap kritis analitis. Hal ini ditandai dengan munculnya karya Fazlur Rahman yang berjudul Prophecy in Islam yang terbit pada tahun 1958.

Selain karya tersebut, karya Fazlur Rahman yang bernuansa kritis adalah a History of Muslim Philosophy, Health and Medicine in the Islamic Tradition : Change and Identity. Pada tahun 1966 Fazlur Rahman menerbitkan sebuah buku yang berjudul Islam. Buku ini menyajikan perkembangan islam secara umum selama 14 abad.

Semenjak kepindahan Rahman dari kota kelahirannya di Hazara, Pakistan menuju ke Chicago, karya-karya yang ditulis oleh Rahman meliputi hampir semua kajian islam normatif maupun historis. Diantara karya-karya Rahman adalah The Philosophy of Mulla Sadra (1975), Major Themes of the Qur’an (1980), Islam and Modernity (1982).

Sejumlah karya yang telah disebutkan diatas, penulis memiliki ketertarikan kepada buku yang berjudul Major Themes of the Qur’an. Buku Major Themes of the Qur’an merupakan salah satu buku yang banyak dikenal oleh kalangan sarjana dan banyak dijadikan rujukan dalam penulisan sebuah karya ilmiah. Sejak tahun 1980, ketika buku ini terbit, buku ini memberikan pembaharuan dalam kajian al-Qur’an.

Melalui buku ini Fazlur Rahman menawarkan sebuah pendekatan yang belum pernah dipakai sebelumnya dalam mengkaji al-Qur’an. Jika kita menengok kembali kitab-kitab tafsir klasik, kebanyakan memahami dan membaca al-Qur’an secara ayat demi ayat sesuai urutan mushaf Utsmani kemudian memberikan penjelasan setelahnya.

Dengan penuh rasa hormat dan apresiasi terhadap metode seperti itu, Fazlur Rahman melahirkan cara pandang al-Qur’an yang terpadu dan holistik.

Bagi pembaca al-Qur’an, khususnya yang masih awam terhadap keilmuan yang berkaitan dengan al-Qur’an, isi dari al-Qur’an terkesan tidak sistematis. Pergantian pokok pembahasan dari satu bagian ke bagian yang lainnya terlihat tidak mengikuti suatu aturan pengurutan tertentu.

Redaksi, isi, tempat serta masa penurunan al-Qur’an terlihat tidak tersusun secara sistematis. Hal tersebut direspon oleh Fazlur Rahman melalui bukunya Major Themes of the Qur’an yang dengan cermat memetakan kandungan al-Qur’an yang terdiri dari ribuan ayat tersebut menjadi delapan tema pokok.

Baca juga: Modernitas dan Pengaruhnya terhadap Diskursus Teks Keagamaan

Delapan tema pokok dalam buku Rahman tersebut adalah (1) Tuhan, (2) Manusia sebagai Individu, (3) Manusia dalam masyarakat, (4) Alam semesta, (5) Kenabian dan Wahyu, (6) Eskatologi, (7) Setan dan Kejahatan, (8) Kelahiran Masyarakat.

Pengelompokan yang dilakukan oleh Fazlur Rahman ini berdasar pada prinsip dasar; bahwa al-Qur’an diturunkan bagi umat manusia. Sehingga pemahaman terhadap al-Qur’an dapat dilakukan oleh umat manusia.

Tuhan
Rahman mengatakan bahwa kata Allah merupakan nama sejati untuk menyebut Tuhan. Kata Allah sendiri disebutkan sebanyak 2500 kali dalam al-Qur’an. Tema pokok al-Qur’an yang digagas Rahman ini belum termasuk kata Rabb dan al-Rahman. Ketika membaca al-Qur’an, pembaca akan merasakan kesan adanya keagungan dan kepengasihan Tuhan yang tak terbatas.

Tuhan memiliki dzat yang penuh kasih sayang yang ditunjukkan dalam hal pengampunan-Nya atas dosa manusia dan karunia-Nya kepada seluruh makhluk hidup, berupa bumi dan segala isisnya.

Manusia sebagai individu
Manusia merupakan salah satu makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dengan beberapa kelebihan. Rahman mengatakan bahwa kelebihan manusia jika dibandingkan makhluk yang lain adalah Tuhan meniupkan ruh ciptaan-Nya kepadanya, hal ini dapat kita lihat dalam beberapa ayat al-Qur’an, diantaranya QS. Al-Sajdah : 9

ثُمَّ سَوّٰىهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِهٖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ٩

“Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur”.

Manusia dalam Masyarakat
Salah satu tujuan utama diturunkan al-Qur’an adalah melestarikan sebuah konstruksi sosial yang bisa berlangsung terus-menerus di bumi dengan berlandaskan pada prinsip etika dan keadilan. Sejarah telah memberikan kita pelajaran bahwa individu tidak dapat berdiri sendiri, individu selalu terikat dengan masyarakat.

Berkenaan dengan hal ini konsep-konsep yang menyangkut ketaqwaan hanya akan berguna jika memiliki pengaruh pada konteks sosial. Al-Qur’an sendiri menyatakan penolakan terhadap ketimpangan ekonomi di masyarakat dan keidak adilan sosial yang dulu pernahterjadi pada masa jahiliyah di Makkah.

Alam semesta
Al-Qur’an tidak banyak membahas mengenai alam semesta. Hal ini berbeda manusia yang memiliki kebebasan dalam memilih, mau tunduk kepada Tuhan atau tidak. Alam semsta hanya memiliki satu pilihan, yaitu tunduk sepenuhnya kepada Tuhan melalui hukum-hukum yang ditetapkan.

Kenabian dan wahyu
Rasul telah diutus oleh Tuhan keseluruh penjuru dunia untuk menyampaikan risalahnya, baik yang disebutkan dalam al-Qur’an ataupun tidak. Sebagian Rasul menyampaikan risalah untuk kalangan kaumnya saja dan sebagian yang lain menyampaikan risalah kepada seluruh umat manusia.

Salah satu Rasul yang mendapatkan tugas menyampaikan risalah kepada seluruh umat manusia adalah nabi Muhammad. Beliau juga merupakan rasul dan nabi terakhir yang membawa al-Qur’an sebagai kitab suci terakhir dan tidak ada nabi ataupun rasul setelah Muhammad.

Eskatologi
Al-Qur’an beberapa kali membahas mengenai “hidup setelah mati”. Al-Qur’an berbicara mengenai hari pengadilan di akhirat. Hari pengadilan ini disebutkan merupakan momen ketika manusia mempertanggungjawabkan segala hal yang telah dilakukan selama hidupnya.

Segala hal yang menjadi rahasia di dunia, kelak akan diperlihatkan di akhirat. Peristiwa ini dapat kita lihat dalam QS. Qaaf : 22

لَقَدْ كُنْتَ فِيْ غَفْلَةٍ مِّنْ هٰذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاۤءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيْدٌ – ٢٢

“Sungguh, kamu dahulu lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam”.

Setan dan kejahatan
Topik mengenai kejahatan dalam al-Qur’an beberapa kali disinggung. Kejahatan sendiri dalam al-Qur’an disebut dengan istilah syarr dan memiliki kebalikan yaitu kebaikan (khair). Kejahatan dan kebaikan masuk dalam topik perbuatan manusia secara individu dan kelompok.

Al-Qur’an, khususnya dalam surah makkiyah, beberapa kali menyebutkan setan dalam bentuk jama’ (syayathin). Kata tersebut kadang juga disebutkan secara metaforis yang merujuk kepada manusia.

Bangkitnya komunitas muslim
Al-Qur’an telah menjelaskan dalam beberapa ayat mengenai sejarah serta pembentukan bangunan umat muslim. Sejarah ini mencakup penerimaan seluruh utusan terdahulu yg memberikan pesan yg sama, namun mengakui Islam menjadi agama terakhir yg sempurna.

Umat Yahudi serta Kristen dianggap menjadi Ahl al-kitab, namun dilihat menjadi umat yang tidak tepat dalam doktrin monoteismenya. Walau demikian, Al-Quran mengakui keberadaan orang-orang baik di kalangan komunitas Yahudi, Kristen, dan Shabi’in, sebagaimana mengakui orang-orang yang beriman pada Islam.

Baca juga: Ideal Moral Fazlur Rahman di Balik Ayat Iddah

Prof. Nasaruddin Umar pernah mengatakan bahwasannya siapapun bisa memetakan ayat-ayat al-Qur’an kedalam tema-tema tertentu dengan menggunakan berbagai pendekatan dan hasilnya tentu akan berlainan antar satu dengan yang lainnya, baik itu dari segi penamaan dan kuantitas tema, maupun paradigma yang digunakan.

Dalam hal ini Fazlur Rahman memetakan al-Quran kedalam delapan tema yang telah disebutkan diatas.

Delapan poin diatas merupakan ulasan singkat mengenai delapan tema pokok yang disampaikan oleh Fazlur Rahman. Selain ulasan diatas tentunya ada beberapa hal yang bisa kita pelajari lebih dalam ketika kita membaca buku beliau.

Ulasan yang penulis lakukan ini hanyalah sebagai sebuah pengantar bagi pembaca untuk mengenal sosok Fazlur Rahman dan ide pemikirannya mengenai delapan tema pokok al-Qur’an. Untuk mempelajari tema ini lebih dalam, hendaknya pembaca mengkaji lebih dalam mengenai buku beliau yang membahas delapan tema pokok al-Qur’an. Wallahu a’lam. 

Editor: Sukma Wahyuni

_ _ _ _ _ _ _ _ _
Catatan: Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected]

Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂

Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!

Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!

            


Like it? Share with your friends!

2
2 points

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
0
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
7
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
3
Wooow
Keren Keren
0
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Iqbal Fajri

Master

Saya adalah mahasiswa di salah satu perguruan islam negri di Yogyakarta. Selain menulis saya juga hobi fotografi. Sebab menurut saya antara fotografi dan menulis tidak dapat dipisahkan. Keduanya juga memiliki kesamaan yaitu tentang bercerita. Jika dengan menulis kita akan bercerita lewat teks maka dalam fotografi, kita akan bercerita melalui gambar.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals