Adil dan Makmur dalam Al-Quran

"Keadilan Islam lebih tinggi daripada keadilan formal mana pun yang dibuat manusia. Ia menembus sampai ke lubuk perasaan yang paling dalam..."4 min


2
6 shares, 2 points

Adil dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia artinya tidak berat sebelah, jujur, tidak berpihak, sama rata. Keadilan ialah kejujuran, kelurusan, keikhlasan yang tidak berat sebelah. Masyarakat adil tercermin dalam kehidupan kelompok yang benar dan selayaknya.

Kata adil dari kosakata bahasa Arab akar katanya ‘adala-ya’dilu-‘adl, artinya berbuat adil; keadilan; kejujuran; sama, rata; sepadan; tengah-tengah;lurus; menetapkan hukum dengan benar;bertindak sama dalam memberikan balasan; jika baik maka balasannya baik, dan jika buruk maka balasannya buruk.

Allah swt mendahulukan perintah ‘adl daripada ihsan dalam firman-Nya sebagai berikut (ditulis terjemahnya).

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS 16:90).

Dalam kehidupan bermasyarakat, keadilan lebih utama daripada kedermawanan atau ihsan, yakni memperlakukan pihak lain lebih baik dari perlakuannya, atau memperlakukan yang bersalah dengan perlakuan yang baik. Keadilan adalah salah satu dari empat keutamaan, yakni al-hikmah (kearifan), syaja’ah (keberanian), ‘iffah (kesucian) dan ‘adalah (keadilan).

Dalam konteks hubungan antarmanusia, para pakar mengemukakan tiga makna keadilan dalam Al-Quran. Pertama, adil dalam arti sama. Seorang pemimpin dikatakan adil bilamana ia memperlakukan sama atau tidak membedakan seseorang di antara rakyat atau pengikutnya dengan yang lain. Persamaan yang dimaksud adalah persamaan dalam hak. Allah swt berfirman,

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila memutuskan perkara di antara manusia, maka hendaklah engkau memutuskannya dengan adil. Sungguh Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS /4:58).

Adil dalam ayat tersebut artinya sama dalam sikap dan perlakuan hakim pada saat proses mengambilan keputusan hukum.Hakim niscaya menempatkan pihak yang bersengketa di dalam posisi yang sama, misalnya mengenai tempat duduk, penyebutan nama, dengan atau tanpa embel-embel penghormatan, pandangan dan keceriaan wajah, kesungguhan mendengarkan, dan memikirkan ucapan mereka dalam proses pengambilan keputusan.

Kedua, adil dalam arti seimbang. Keseimbangan ditemukan pada suatu kelompok yang bekerja sama dengan pekerjaan dan tanggung jawab yang beragam. Masing-masing anggota kelompok itu memperoleh imbalan sesuai dan seimbang dengan beban dan tanggung jawabnya. Di sini keadilan identik dengan keproporsian. Keseimbangan tidak mengharuskan persamaan kadar bagi semua anggota. Bisa saja anggota yang satu menerima upah lebih banyak dari yang lain karena perbedaan kontribusinya dalam usaha bersama tersebut.

Ketiga, adil dalam arti perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya; menempatkan sesuatu pada tempatnya. Keadilan yang demikian melahirkan keadilan sosial.

Makmur ialah hidup berkecukupan tak ada kekurangannya. Dalam konteks negara, kemakmuran ialah keadaan berkecukupan yang meliputi kehidupan seluruh rakyatnya. Masyarakat yang makmur ialah masyarakat yang sejahtera, senang, berada, berkecukupan, berpunya, mampu, dan kaya. Kemakmuran suatu negeri tergambar dalam kerajaan Ratu Saba` pada masa Nabi Sulaiman as. (QS 34:15, 27:22-23).

Keadilan adalah sebuah istilah yang menyeluruh, termasuk segala sifat yang bersih dan jujur. Tetapi Islam menuntut yang lebih hangat dan lebih manusiawi; melakukan pekerjaan yang baik meskipun tidak diharuskan secara ketat oleh keadilan. Allah swt menegaskan perintah kepada manusia untuk menegakkan keadilan dengan firman-Nya,

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS 16:90).

Allah swt merangkai perintah berlaku adil dengan seruan untuk berbuat kebajikan dan memberi kepada kaum kerabat serta larangan melakukan perbuatan keji, munkar dan permusuhan. Dalam kehidupan bermasyarakat, keadilan lebih utama daripada kedermawanan atau ihsan yang titik tekannya pada kehidupan antarindividu.

Adil adalah sifat Allah. Untuk menegakkan keadilan orang harus menjadi saksi demi Allah, sekalipun itu akan mengganggu kepentingan diri sendiri atau orang-orang yang dekat dengannya, sesuai dengan peribahasa Latin, “Keadilan harus berjalan sekalipun langit akan runtuh.”

Keadilan Islam lebih tinggi daripada keadilan formal mana pun yang dibuat manusia. Ia menembus sampai ke lubuk perasaan yang paling dalam, karena Muslim melakukannya sedang ia berada di hadapan Allah, Yang Maha Mengetahui segala benda, segala kerja dan gerak hati. Mukmin niscaya besikap adil, tanpa harus merasa takut atau terbawa oleh perasaaan.

Keadilan harus ditegakkan di mana pun, kapan pun, dan terhadap siapa pun. Bahkan, jika perlu dengan tindakan tegas, seperti diisyaratkan oleh ayat berikut yang menggandengkan timbangan (alat ukur yang adil) dengan besi (digunakan sebagai senjata).

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 5:8).

Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata, dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca keadilan supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, supaya mereka mempergunakan besi itu, dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong agama-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS 57:25).

Sepanjang mengenai kebutuhan jasmani, manusia dan makhluk lain, dicukupi pebutuhannya oleh Allah. oleh karena itu manusia harus tunduk kepada hokum alam seperti yang dilakukan oleh binatang. Tetapi kodrat manusia mempunyai cita-cita untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi, yaitu kepuasan rohani, dan untuk tercapainya cita-cita rohani inilah Allah mengutus para nabi.

Manusia niscaya bekerja sama dan saling menopang demi kebahagiaan, kemakmuran dan kesejahteraan bersama. Untuk itu setiap anggota masyarakat harus rela berkorban untuk kemaslahatan bersama dan berjuang demi mewujudkan cita-cita bersama. (QS 4:75).

Manusia niscaya berjuang untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan umat manusia. Kezaliman, apa pun bentuknya, harus disingkirkan. Pengalaman demikian pernah dihadapi umat Islam generasi awal, ketika orang-orang kafir Mekah melakukan penyiksaan-penyiksaan terhadap orang-orang yang memeluk agama Islam seperti tergambar dalam ayat tersebut.

Tanda-tanda keberkahan dan kesejahteraan sosial kehidupan manusia tecermin dari surga yang dihuni oleh Adam dan istrinya, Hawa, sebelum mereka turun ke bumi. Di dalam surga orang terhindar dari kesusahan dan kepayahan, kelaparan, kehausan, dan kekurangan sandang. Terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, dan papan merupakan unsur pertama dan utama kesejahteraan sosial.

Maka Kami berkata, “Hai Adam, sesungguhnya Iblis adalah musuhmu dan isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak pula akan ditimpa panas matahari di dalamnya.” (QS 20:117-119).

Prasyarat kesejahteraan sosial menurut Al-Quran ialah kehidupan yang penuh iman dan takwa kepada Allah swt. Allah swt niscaya melimpahkan segala berkah dari langit dan bumi bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS 7:96).

Allah swt memerintahkan orang beriman untuk memohon ampun kepada-Nya, dan Dia menjanjikan ampunan, limpahan hujan dari langit, menambahkan harta kekayaan, anak-anak dan memberikan taman-taman dengan sungai-sungai yang melimpah airnya.

Aku katakan kepada mereka, “Mohon ampunlah kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia Maha Pengampun-, Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya sungai-sungai. (QS 71:10-12).

Kesejahteraan dan kemakmuran harus diusahakan bersama-sama. Yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, yang pandai membantu yang kurang pengetahuan.

Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang salat, yaitu orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat ria, dan enggan memberikan bantuan. (QS 107:1-7).

Masyarakat niscaya bekerja sama bahu-membahu untuk mewujudkan kehidupan yang berkadilan dan berkemakmuran.


Like it? Share with your friends!

2
6 shares, 2 points

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
3
Sedih
Cakep Cakep
5
Cakep
Kesal Kesal
4
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
2
Tidak Suka
Suka Suka
10
Suka
Ngakak Ngakak
1
Ngakak
Wooow Wooow
3
Wooow
Keren Keren
5
Keren
Terkejut Terkejut
1
Terkejut
Muhammad Chirzin
Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag. adalah guru besar Tafsir Al-Qur'an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Anggota Tim Revisi Terjemah al-Qur'an (Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur'an) Badan Litbang Kementrian Agama RI.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals