Meraih kebahagiaan adalah keinginan setiap manusia. Memiliki kehidupan yang layak pun menjadi impian setiap orang. Tidak ada yang salah dengan semua keinginan itu, yang mejadi persoalan adalah bagaimana kita bisa meraih impian tersebut.
Di zaman yang semakin hedonis dan segala ukuran kebahagiaan diukur dengan materi, banyak orang yang menjadikan dirinya layak dihormati karena uang. Tetapi sedikit pula yang memenuhi hal tersebut dengan utang.
Banyak orang yang berutang hanya karena ingin dianggap kaya, ingin dihormati dan ingin disanjung. Apabila ia mendapatkannya dengan cara halal dan bekerja keras, maka ia layak mendapatkan itu semua karena perjuangan yang telah dilakukan. Tetapi apabila semua didapatkan karena faktor utang, maka utang inilah yang akan membuatnya tidak bahagia di dunia dan tidak mendapatkan kebahagiaan pula di akhirat.
أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو فِي الصَّلَاةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ مِنْ الْمَغْرَمِ فَقَالَ إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ
Aisyah Radhiallahu ‘anha mengabarkan bahwa Rasulullah Shalallah ‘Alaihi Wa Sallam dalam shalatnya memanjatkan doa: “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari adzab kubur dan fitnah Dajjal serta fitnah kehidupan dan kematian. Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari dosa dan utang.” Lalu seseorang bertanya kepada beliau; “Alangkah seringnya engkau berlindung dari utang!” Lalu beliau Shallallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seseorang berutang, maka ia bicara dan berdusta, juga berjanjilalu mengingkarinya.” (HR. Nasa’i, 1292)
Di dalam hadis tadi disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam berlindung dari dosa dan utang. Ada alasan mengapa Rasulullah menggandengkan dosa dan utang dalam doanya yakni utang dapat mengantarkan seseorang kepada dosa, yakni dosa berdusta bila berbicara dan ingkar terhadap janji.
Di dalam hadis yang lain Rasulullah menyebutkan tanda baiknya seseorang adalah seseorang yang paling baik dalam membayar utang;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا تَقَاضَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعِيرًا فَقَالُوا مَا نَجِدُ إِلَّا أَفْضَلَ مِنْ سِنِّهِ فَقَالَ أَعْطُوهُ فَقَالَ أَوْفَيْتَنِي أَوْفَى اللَّهُ لَكَ قَالَ خِيَارُ النَّاسِ أَحْسَنُهُمْ قَضَاءً
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu; Bahwasanya seorang laki-laki meminta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengganti unta yang dipinjamnya, tetapi para sahabat berkata; “Kami tidak mendapatkan kecuali unta yang umurnya lebih tua dari yang ia punya,” maka beliau bersabda: “Berikanlah kepadanya,” laki-laki itu berkata; “Engkau telah menepatiku semoga Allah menepati untukmu,” kemudian beliau bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik dalam membayar utangnya.” (HR. Ahmad, 9203)
Di hadis lain disebutkan;
عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَرَأَيْتَ إِنْ جَاهَدْتُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِنَفْسِي وَمَالِي حَتَّى أُقْتَلَ صَابِرًا مُحْتَسِبًا مُقْبِلًا غَيْرَ مُدْبِرٍ أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَالَ نَعَمْ إِلَّا أَنْ تَدَعَ دَيْنًا لَيْسَ عِنْدَكَ وَفَاءٌ لَهُ
Dari Jabir Radhiallahu ‘anhu; bahwasanya ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata; “Bagaimana pendapat anda, jika saya berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartaku hingga terbunuh dalam keadaan sabar dan mencari pahala dari Allah, maju dan tidak mundur apakah saya masuk surga?” (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) bersabda: “Ya, kecuali jika kamu memiliki hutang dan tak ada yang melunasinya.”
Banyak orang yang menganggap utang menjadi hal yang biasa, padahal sesungguhnya utang yang akan menjadikan diri kita terganjal ketika menjalani perhitungan dengan Allah Subhanahu wata’ala. Itulah mengapa Rasulullah selalu mengajarkan kita tentang kehidupan yang sederhana. Setidaknya dengan mengikuti cara hidup beliau, kita terhindar dari fitnah dunia dalam bentuk harta dan kita terhindar dari kemurkaan Allah Subhawahu wata’ala.
0 Comments