Neal Robinson Mengafirmasi Keindahan Bahasa Al-Quran

1 min


1
1 point

Apa itu seni keindahan dalam pembacaan Al-Qur’an? Menurut Neal Robinson di dalam Al-Qur’an terdapat banyak rima dan ritme layaknya prosa atau puisi. Hal ini dapat dilihat dari bukunya Discovering the Qur’an A contemporary Approach to A Veiled Text. Ada dua hal yang menarik perhatian Robinson yakni dalam Q.S. al-‘Alaq: 1-5:

Pertama, It is immediately obvious that the original is characterized by rhymed, in fact the whole of the Quran is in rhymed or assonance prose, and rhyme and assonance are the basis for subdivision of the surahs and ayahs. 

Kedua, Although these five ayahs are unequal length, there is a market rhythm. Short of listening to a recitation, the easiest way to appreciate this is by counting the number of isochronic units.

Dari kutipan di atas jelas bahwa Q.S. Al-‘Alaq: 1-5 tersebut, memenuhi syarat untuk dikatakan sebuah puisi karena memiliki karakteristik rima yang jelas pada setiap akhir ayat. Menurut Robinson, tidak hanya ayat tersebut, bahkan seluruh redaksi Al-Qur’an berirama yang memiliki asonansi.

Mungkin sebelum menelaah lebih jauh, kita akan membahas asonansi. Apa itu asonansi? Asonansi adalah pengulangan suara huruf vokal untuk membuat rima internal dalam frasa kalimat, dan bersama-sama dengan aliterasi dan konsonansi yang berfungsi sebagai salah satu blok bangunan sajak. Dengan demikian, menurutnya rima dan asonansi keduanya menjadi dasar dalam pembagian surat ke dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Hal kedua, meskipun lima ayat tersebut tidak panjang tetapi ada penanda ritmenya. Selain itu, menurut Robinson ada yang menarik dari aspek bahasa Al-Qur’an, yakni huruf konsonan. Huruf konsonan bahasa Al-Qur’an (bahasa Arab) yang dihasilkan terdengar sangat parau.

Ia mengambil contoh misalnya pada bunyi kata khalaq dan alaq. Selain itu kasus kesamaan bunyi kata qalam dan ya’lam yang memiliki hubungan yang kuat antara keduanya.

Menurut kesimpulannya, pergeseran dari sebuah dominan suara yang berasal dari bibir adalah sangat tepat bagi Al-Qur’an dalam merangkum wahyu verbal yang timbul. Neal Robinson juga membagi menjadi tiga bentuk pembacaan Al-Qur’an (tilawah), yakni hadr yang berarti model pembacaan secara cepat layaknya kecepatan orang berbicara normal. Tartil, yang berarti model pembacaan Al-Qur’an secara lambat, terakhir tadwir yang berarti model pembacaan Al-Qur’an dengan kecepatan sedang. Meskipun ketiga bentuk pembacaan Al-Qur’an tersebut ada sebagian yang melarang, tetapi para qari/qariah sering menggunakannya dengan tujuan untuk mendapatkan kualitas musikal Al-Qur’an.

 

 


Like it? Share with your friends!

1
1 point

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
0
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
4
Suka
Ngakak Ngakak
1
Ngakak
Wooow Wooow
0
Wooow
Keren Keren
1
Keren
Terkejut Terkejut
1
Terkejut
Eka Rahmawati

Warrior

Penulis merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran (STAISPA)

One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals