Tak bernyali besar mampunya berkeroyokan
Tamu tak terundang dengan penuh kelancangan
Membuyarkan tanda-tanda waras sibuk sebangsa kemanusiaan
Mengimbuh khawatir dalam gejolak perasaan
Hadirnya sedikit mengantar ricuh seiring rangkai penilaian
Membungkam habis, bahasa agenda terjadwalkan
Meluluhlantah transaksi penawaran
Menggubris isyarat penundaan
Tak sampai membuat waktu berpangku tangan dalam kejemuan
Lidah kaku itu pun menyambut wujud penganugerahan
Pun gumam syukur dalam bingkai do’a terpanjatkan
Suka cita menyeruak ampuh menjadi warna kebahagiaan
Hampir tak ada sekat dalam topeng penuh kepura-puraan
Riangnya bukan kepalang pun atau keterlaluan,
Jikalau langit terus menyeduh tangisnya dalam sedu-sedan
Serentet pintanya pada Tuhan, pertanda terkabulkan
Siang-malamnya memang luput dari perjuangan
Akutnya keyakinan berbuah manis pengakuan
Sebab, pertetes air baginya menyambung nyawa kehidupan
Nafas-nafas janji penuh harapan
Dahaga panjang, kan segera usai tercukupkan
Dan sepenggal cerita di kemarau itu kan genap tersempurnakan
Sayang, sisi cermin itu pun terlalu cekung
Sumbu kompor mengambil bentuk kurang mendukung
Hingga sampai hati mengutuknya sebagai kabung
Menghadriknya dalam gerutu tak berujung
Mengumpatnya sebagai kesialan yang menggunung
Mengumbar nista dalam rongga-rongga tempurung
Ah, sialnya manusia tetap tertegun dalam wujudnya mahalul qotha wannisyan
Terburu-buru dalam balutan keragu-raguan
Dibuat kalut dalam manzila baina manzila tain
Didekap takut dalam mencucat keputusan
Lantas, dilekatkan akibat teruntuk dia
Jikalau selalu saja tampil bermuka dua
Berparas malaikat berona surga
Berjubah iblis pandai memainkan percik api neraka
0 Comments