Kemarin; Lusa
/1/
Aku merasa jika di hari itu
Pembelian sua berbonus rasa
Melibatkan meja dengan senyum di atasnya
Suara cangkir terus terukir dalam hamparan kopi, coklat, susu
Dan beberapa potong roti bakar
Kusimpan engkau rapat-rapat di dalam dompetku
Agar tak lekas cepat pulang
Namun, apa daya
Waktu habis ditelan cerita
Engkau pulang ke rumah
Membawa sisa-sisa pertemuan kita
/2/
Hanya malam itu, Manisku
Kita dekat
Meminang nyaman dengan begitu erat
/3/
Setelah hari itu
Kita tutup sua dengan saling pulang, saling sayang
Selang waktu yang singkat itu
Kita akan saling, sebab waktu yang selang seling
Kita tanam sabar untuk temu yang akan lama itu bukan?
/4/
Izinkan aku mengabadikan senyummu
Dalam penjara ponselku
Agar nanti, jika tetiba saja aku rindu
Sua kita dihadirkan dengan manis
Di alam halu
Baca Juga: Apa yang Disimpan oleh Sebagian dari Kita |
Musim
Telah kudaftarkan perasaanmu itu
Menjadi musim
Entah kapan adanya
Yang jelas, kutunggu kehadirannya
Tak Bisa
Dik, puisiku sudah berapi-api
Untuk melelehkan sikapmu yang dingin itu
Tapi aku tak kunjung bisa
Kau padamkan ujung sajakku dengan senyumu
Aku ikut meleleh, dan hanyut
Di lautan diam yang penuh penolakan
Lewat Rembulan
(1)
Wahai rembulan yang perkasa
Selepas kau khidmat terbenam di matanya
Kutunggu kau terbit membawa bahagia
Di balik senyum manisnya
(2)
Wahai rembulan yang baik
Katakan padanya
Kaulah nasib yang melekat pada sukmaku
Yang membuatku yakin
Bahwa nama yang ada di tangan Tuhan ialah kamu
(3)
Wahai rembulan temanku
Nyatanya dia tak kangen ketika aku kangen
Dan dia tak akan kangen sebelum aku mengucap kangen
Dan aku tak akan berhenti kangen sebelum dia kangen
Tapi, setelah aku mengucap kangen
Katanya “untukmu kangenmu, untukku kau bukan kangenku”
Baca Juga: Assalamualaikum Rindu |
Nyaris
Sejatinya aku hanya menjadi mata
Yang menuntunnya menepi dari kesedihan,
Yang menjadi puisi,
Yang membersihkannya dari hadas sepi
Dan sejatinya baginya aku bukan segalanya
Tapi nyaris
Ketika Cinta Ditolak
Ada yang berkiblat pada retorika
Sedangkan hatinya sedang mobat-mabit
Tertusuk lara, sebab tertolak cintanya
Tanpamu
Tanpamu, semua puisiku
Hanyalah omong kosong,
Semua rinduku hanyalah halu,
Dan seluruh bahagia ialah
Kehidupan yang membosankan.[MJ]
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Bagaimana pendapat Anda tentang puisi di atas? Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya!
Anda juga membaca kumpulan puisi menarik lainnyadi sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.iddi sini!
0 Comments