Agama Islam adalah agama yang muncul sebagai penyempurna dari agama-agama yang telah ada sebelumnya, jika dipahami secara khusus yakni konteks pada saat Nabi Muhammad Saw masih hidup, Islam adalah agama yang mampu meluluhlantahkan sikap jahiliyah yang mengalami dekadensi moral pada saat itu. Tentu ini berkorelasi dengan tujuan Allah mengutus Nabi Muhammad tersebut yaitu “li utammima makarima al-Akhlaq” sebagai penyempurna atau penyebar akhlak yang terpuji (baik).
Nabi Muhammad adalah orang yang mampu meletakkan ajaran Islam ke tengah-tengah permukaan masyarakat jahiliyah yang terkenal memiliki karakteristik keras dan jumud. Realitasnya, mereka tidak memberikan sedikit peluang bagi Nabi untuk menyebarkan ajaran Islam. Namun dengan ijtihad dan tentunya atas izin Allah secercah harapan itu seakan muncul ke tengah peradaban yang teredusir dengan kebudayaan nenek moyangnya.
Lantas, di benak kita tentu bertanya-tanya bagaimanakah Islam itu mampu beradaptasi dengan tekanan dan persekusi yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah pada masa Nabi hidup? Melalui beberapa sumber periwayatan diceritakan bahwa Islam pada mulanya tidak berkembang pesat sebagaimana yang kita rasakan pada saat ini, berbagai tantangan dan rintangan dialami oleh Nabi Muhammad Saw dalam menyebarkan ajaran Islam tersebut. Namun feedback Nabi sama sekali tidak terjebak pada perasaan tertekan dan rasa pesimis, dengan segala kemungkinan dan cara Nabi terus berusaha agar agama Islam ini mampu dikenal secara luas.
Salah satunya berdakwah dengan memadukan unsur budaya. Beliau tidak serta merta memberantas kebiasaan atau budaya jahiliyah pra-Islam begitu saja, tetapi manakala ada budaya yang masih dapat dilestarikan dan tidak bersinggungan dengan syariat maka Rasul akan tetap melestarikannya. Hal ini sesuai dengan statement yang diungkapkan oleh Imam al-Dahlawi “kedatangan Nabi Muhammad Saw. adalah dengan misi meluruskan norma-norma yang tidak lagi sesuai dengan agama hanif sambil tetap melestarikan budaya masyarakat Rab yang masih sejalan dengan nilai-nilai Islam”.
Nilai yang bisa kita ambil dari dakwah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw adalah agar tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu, karena semua yang kita lakukan tidak diperoleh secara instan, Begitulah Nabi Muhammad Saw mengajarkan umatnya untuk selalu bersikap sabar dan optimis dalam melakukan segala sesuatu, termasuk berdakwah. Terlepas dari itu Nabi Muhammad Saw juga mengajarkan bagaimana pergulatan budaya sangatlah berpengaruh bagi transmisi dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Hal itu rupanya menular kepada para pewaris di generasi selanjutnya. Para ulama yang tersebar di Indonesia atau yang dikenal dengan istilah Wali Songo, masing-masing dari mereka memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang rahmah kepada masyarakat, sebagian dari mereka ada yang menyebarkan ajaran agama Islam (baca: berdakwah) dengan memadukan unsur budaya, salah satunya melalui syair tembang, pewayangan dan sebagainya.
Melalui penyesuaian budaya inilah ajaran Islam sangatlah inheren dengan budaya masyarakat, juga sangat mudah diterima. Penyesuaian budaya ini maksudnya adalah menyampaikan ajaran Islam melalui budaya tetapi tidak menghilangkan estetika. Oleh karena itu, perlu kita lestarikan kembali manhaj dakwah yang diterapkan Nabi Muhammad dan diteruskan oleh para ulama khususnya di Indonesia ini.
Tugas kita sebagai akademisi atau aktivis keagamaan yang kelak akan memberikan kontribusi kepada masyarakat, perlu melakukan sebuah inovasi dalam mendukung hal tersebut, sekiranya mampu menarik perhatian masyarakat untuk lebih mengetahui lagi terkait ajaran Islam. Kita dapat memberikan andil semisal memunculkan pesan-pesan ajaran Islam melalui sebuah cerita dalam bentuk buku, artikel, aplikasi, meme-meme, atau melalui pentas seni dan lain sebagainya.
One Comment