Hakikat Manusia

Kehidupan manusia selalu bergerak dinamis ke arah tujuan yang diinginkan. Mereka rela mengorbankan segalanya demi tujuannya tercapai.2 min


-2

Berbicara soal manusia dari A sampai Z mungkin tidak akan cukup bila dituliskan di halaman ini. Mulai dari mempertanyakan dirinya sendiri terkait kenapa mereka dilahirkan di dunia dan tujuan serta hakikatnya apa. Bertanya dan bertanya itulah manusia. Tapi tahu nggak, kalau manusia itu makhluk yang unik? Okay mari kita simak guys.

Menurut Jhon Locke dan David Hume, manusia merupakan robot yang mendapat pengaruh dari luar. Bagaimana Locke dan Hume bisa mengatakan demikian padahal manusia memilki jiwa dan jasad? Sebenarnya mereka ingin mengatakan bahwa pola pribadi manusia dibentuk oleh lingkungan, bukan dari dalam dirinya sendiri. (Siti Khasinah, 2013:301)

Lain dari itu Sokrates mengatakan manusia adalah zoon politicon atau manusia yang bermasyarakat sedangkan bagi Max Scheller manusia adalah das kranke tier atauhewan yang sakit yang selalu mengeluh dan bermasalah. (Siti Khasinah, 2013:297)

Aristoteles mengartikan manusia dengan definisi animal rationale atau hewan yang berpikir. Ada arti lain yang hampir senada dengan definisi Aristoteles yang disampaikan tadi, yaitu: animal symbolicum atau hewan yang menggunakan simbol dan animal educandum atau hewan yang bisa dididik. (Siti Khasinah, 2013:297)

Dari sisi psikoanalisa, manusia didefinisikan dengan makhluk yang selalu ingin menuruti nafsunya dibanding menuruti suara hati. Dalam pandangan ini, ada tiga pembagian struktur kepribadian manusia yaitu id, ego, dan super ego.

Berkat makhluk unik ini, muncullah cabang ilmu pengetahuan seperti sosiologi, antropologi, biologi, psikologi, dan sebagainya. Dalam kajian filsafat, manusia sudah di kaji sejak awal dan pada akhirnya memunculkan cabang-cabang ilmu tersebut. (Undang Ahmad Kamaluddin, 2012:5)

Kehidupan manusia selalu bergerak dinamis ke arah tujuan yang diinginkan. Mereka rela mengorbankan segalanya demi tujuannya tercapai. Sebagai makhluk Tuhan yang memilki kecenderungan sosial yang bebas dan juga berjiwa otonom, manusia bebas memilih dan menentukan apa yang ia kehendaki. (Undang Ahmad Kamaluddin, 2012:14)

Pada mulanya mereka mencoba memenuhi kebutuhan raga maupun jiwa. Manusia akan memenuhi kebutuhan raga dengan kebutuhan premier (Kebutuhan pokok) terlebih dahulu kemudian barulah kebutuhan sekunder (Kebutuhan tambahan) dan seterusnya.

Manusia juga akan memenuhi kebutuhan jiwa dengan mendekat kepada sang pencipta. Dengan inilah manusia dapat dikatakan sebagai makhluk yang unik dibanding makhluk yang lain.

Manusia sebagai makhluk yang berpikir akan selalu meningkatkan kualitas pemikiranya dari mistis-religius (Menerima kodrat dari Tuhan yang tidak bisa dirubah)ke ontologiskefilsafatan menuju konkret-fungsional. Konkret-fungsional mengandung maksud setiap pemikiran memiliki terobosan yang baru berupa kreativitas pembuatan teknologi.

Konkret-fungsional ini sangatlah pragmatis, di mana ukuran kemanfaatan sosial diukur dari nilai kegunaan pribadi. Masyarakat tidak lagi dilihat sebagai tujuan namun lebih kepada hanya sebatas kepentingan pribadi/individu. Yang lebih parah lagi, ibadah tidak lagi sebagai panggilan hati tetapi sebagai perhitungan rasional. Agama yang mulanya tumbuh dan berkembang dari nurani, berubah menjadi hiasan dekorasi tubuh supaya orang lain menghormatinya.

Ibnu Maskawaih berpendapat, manusia merupakan microcosmos yang dalam dirinya memilki kemiripan dengan macrocosmos. Alat indra yang dimilki manusia adalah alat pemersatu atau pengikat indra lain. Maka dari itulah ada yang menyebutnya dengan indra bersama (Hissi musytarakah). Dengan adanya indra bersama inilah memberikan citra secara bersama tanpa sezaman, dan juga tanpa pembagian. (Rahmat Arofah, 2015:30)

Kemudian citra-citra tersebut saling bercampur dan berjejal. Sehingga atas dasar itulah, Al-Ghazali, Ibn Rusyd, dan Al-Farabi memilki pandangan bahwa hakikat manusia terdiri dari dua komponen. Pertama ada komponen jasad dan yang kedua ada komponen jiwa.

Pertama komponen jasad, menurut Al-Farabi komponen ini berasal dari alam ciptaan, yang memilki bentuk, rupa, kualitas, kadar, gerak dan diam, serta terdiri atas organ. (Ismail Raji Al-Faruqi, 1984:37). Kedua komponen jiwa, menurut Al-Farabi komponen jiwa berasal alam perintah yang jauh berbeda dengan jasad manusia. Ini karena jiwa merupakan roh perintah Tuhan yang meskipun berbeda dengan zat-Nya.

Dari sini dapat dipahami, manusia merupakan makhluk yang terdiri atas dua komponen, yaitu: komponen jasad yang berasal dari tanah (Q.S. 32:7) dan komponen jiwa yang Tuhan tiupkan pada jasad saat berada dalam alam kandungan (Q.S. 15:29).

Dari uraian di atas, maka ditempatkanlah manusia dalam beberapa kategori. Kategori inilah yang akan menjadi konsep bahwa manusia sebagai makhluk biologis, manusia sebagai makhluk psikis, manusia sebagai makhluk sosial, manusia sebagai makhluk yang menghamba, dan manusia sebagai makhluk pemimpin di muka bumi. (Rahmat Arofah, 2015:31)

Dengan demikian, hakikat manusia merupakan sesuatu yang melekat secara mutlak yang telah diciptakan serta dianugerahkan Tuhan kepada manusia sebagai makhluk yang unik. Unik di sini bukan berarti aneh, akan tetapi lebih kepada memilki ciri khas yang menarik yang tidak dimilki oleh makhluk lain yang sama-sama diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa.

 

Referensi

Al-Faruqi, Ismail Raji. 1984. Islam dan Kebudayaan. Bandung: Mizan.

Arofat, Rahmat. 2015. “Telaah Hakikat Manusia Dan Relasinya Terhadap Pendidikan Islam”.      Adabiyah, Vol. 1, No. 1, hlm. 29—39.

Kamaluddin, Undang Ahmad. 2012. Filsafat manusia. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.

Khasinah, Siti. 2013. “Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam Dan Barat”. Didaktika, Vol. XIII, No. 2, hlm. 296—317.

 

 

 


Like it? Share with your friends!

-2
Andika Setiawan
Tim Redaksi Artikula.id

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals