Keajaiban itu Bernama “Perasaan”
Keajaiban di dunia kita mulai dari perasaan, waktu yang diputar oleh Yang Kuasa terasa cepat, rindu yang disayat oleh tahbis tak dapat salah alamat, perkawinan bertahan di atas rasa yang mereka sebut cinta yang mungkin minggat,
Perkataan dituding berduri dan berbisa jika di hati terasa mengoyak, maka pengandaian mereka sebut kepalsuan karena rasa puitik telah buyar di akal-akal materi,
Di batas ini perasaan adalah keajaiban yang tidak bertuan yang tuahnya luruh oleh yang menutupi kemurniannya
Terpaksa Menampakkan Duka
Menepi bukan hal mudah bagi seorang nelayan, berpikir berkali jika hasil meruah belum terujud sesuai harapan,
Maka hadirkanlah duka jika diri berlabuh hanya garam tergerus dayung dan perahu
Menampakkan bahagia hal sulit bagi manusia, karena cemburu dan curiga menyeringai dari kedengkian segala arah,
Maka hadirilah pesta duka cita agar gembira diri dapat kau sapa mesra
Menyentuh, meraba, mestinya, tidaklah hal gampangan bagi pecinta, karena kesucian adalah kesejatian tak tertawar cinta itu sendiri, Ikatan suci bukan bagi yang ingin menyucikan, namun bagi yang mampu menjaga kesucian,
Maka paksalah diri menampakkan duka jika kesucian terlucuti
Penawar tidak Tertawar
Setiap racun mengundang bahaya, yang puncak adalah kematian, tetapi kematian adalah penawar tak tertawar, penawar serakah manusia pada dunia,
Maka setiap hasrat akan terpancung oleh sadar akan kematian, setiap kesombongan akan menentang rasa takut terhadap kematian,
Ia penawar tak tertawar sekalipun, meskipun ia pasti tetapi, hal pasti yang tidak untuk ditagih atau dikorupsi, dan bukan hal yang dapat diobral walau dalam raya diskon seratus persen.
Lamongan, 7 Februari 2019
0 Comments