Masyarakat awam menganggap bahwa Ramdhan adalah bulan musimnya ibadah, karena di bulan ini semua amal kebaikan begitu bernilai dan dilipatgandakan. Siapapun tidak mau ketinggalan momen untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqu al-khoirot). Selain menjalankan ibadah puasa, mereka juga senang pergi ke Masjid, senang bersedekah, senang membaca al-Quran, senang shalat berjamaah dan lain sebagainya. Sehingga bulan Ramadhan memberi kesan religius yang tinggi bagi setiap insan.
Sebenarnya ibadah tidak mengenal musim, karena ibadah itu tidak terikat waktu dan tempat, dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Wacana ibadah musiman sepertinya menjadi wacana yang mengakar di lapisan masyarakat, sehingga selepas dari Ramadhan orang akan kembali ke habitat awalnya. Makna spiritualitas hanya dimaknai secara tabu tidak mampu memberikan perubahan pada prilaku manusia.
Bulan Ramadhan disebut juga syahru al-tarbiyah (bulan pendidikan) dan syahru al-da’wah. (bulan dakwah/mengajak). Kewajiban berdakwah bukan hanya tugas para ustad/ustazdah, da’i/da’iah dan para kiyai, tetapi berdakwah merupakan kewajiban setiap manusia.Kita adalah manusia terbaik yang dilahirkan kemuka bumi untuk menyeru pada kebaikan “ma’ruf” dan mencegah dari keburukan “mungkar” (ali-Imron: 110). Berdakwah tidak harus lewat kultum sebelum atau setelah shalat tarawih, kulsub (kuliah subuh), saat menjelang berbuka puasa atau majelis-majelis taklim lainnya.
Berdakwah dapat dilakukan di mana saja dan kapanpun seperti di rumah, kantor, pabrik, sekolah dan lain sebagainya. Di rumah, orang tua bisa mengajak anak-anaknya untuk berpuasa walaupun usia mereka masih relatif kecil (belum baligh), seperti anak playgroup, TK atau SD dengan mengajarkan berpuasa setengah hari, atau anak boleh makan dan minum atau berbuka hanya pada waktu Zuhur atau Ashar. Selain memberikan pendidikan untuk berpuasa, orang tua juga dapat memberikan pendidikan bagaimana cara menghormati/menghargai orang lain.
Guru di sekolah dapat mengajak murid-muridnya untuk menjalankan ibadah puasa. Sekolah untuk sementara waktu dapat menutup kantin selama bulan Ramadhan untuk menghormati mereka yang berpuasa. Murid yang berhalangan berpuasa diberitahukan jangan makan dan minum di sekolah. Murid yang beragama non Islam diajak supaya tidak makan dan minum di sekolah sebagai bentuk pendidikan toleransi. Dakwah seperti ini bisa dilakukan dengan cara menyisipkan pendidikan agama pada jam pelajaran berlangsung atau dengan membuat program atau tata tertib sekolah selama bulan Ramadhan.
Para pejabat negara dan politikus selain menahan makan dan minum, juga dapat menahan hawa nafsu politiknya. Bulan ini dapat digunakan untuk (berdzikir) mengingat-ingat janji kepada rakyatnya yang sudah lama terabaikan. Proses ini merupakan ajakan bagi diri sendiri dan orang lain untuk sejenak memaknai Ramadhan.
Cara berdakwah dalam Islam sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. beliau berdakwah dengan santun, bijak dan penuh kesabaran. Kita bisa mengajak mereka ke jalan yang baik dengan cara santun dan bijak. Jangan sampai niat baik kita ternodai dengan cara-cara yang dapat merugikan agama Islam itu sendiri.
Banyak cara untuk berdakwah, salah satunya sebagaimana terdapat dalam al-Quran Q.S Annhl:125 yaitu dengan cara bil hikmah (memberikan nasihat-nasihat yang baik dan bijak), mauidul hasanah (dengan cara memberikan pengajaran yang baik) dan billati hiya ahsan (membatah atau mencegah kemungkaran dengan cara yang halus tanpa ada kekerasan).
Memulai dakwah dari diri kita sendiri kemudian mengajak orang lain, ini merupakan dakwah yang efektif yang dapat dilakukan oleh siapapun. Momen puasa dapat dijadikan sebagai dakwah education bagi para guru, dosen, murid dan mahasiswa. Melalui dakwah education dapat menciptakan pendidikan karakter (carakter building) yaitu menjadikan manusia yang mempunya budi pekerti luhur. Wallahu ‘alam.
0 Comments