Ragam Keilmuan Hadis dalam Islamic Studies

Ragam kitab ulama kekinian semakin hari semakin meningkat dalam kreativitasnya. Setidaknya dengan metode tertentu ragam bentuk kitab hadis pun menjadi beragam.2 min


1
1 point
Gambar: inilahfikih

Hadis sebagai ajaran Islam tidak saja menjadi bahan dalam kehidupan keseharian umat Islam melainkan juga sebagai bahan kajian yang berkembang. Hal tersebut dapat dilihat perkembangan kajian hadis sejak masa awal diturunkannya sampai sekarang.

Baca juga: Sanad Hadis Dulu dan Kini

Hadis memiliki kontribusi besar dalam tatanan fikih, misalnya shalat. Setidaknya Al-Qur’an hanya menjelaskan tentang perintah shalatnya, sementara jumlah rakaat dan bacaan shalat serta waktunya dijelaskan dengan hadis. Dengan demikian, hadis menjadi anasir penting dalam menjalankan ajaran Islam.

Interaksi umat Islam dengan hadis terus berlangsung dan menjadi bagian terpenting lahirnya keilmuan hadis yang pertama yaitu ilmu hadis. Fenomena tersebut dimulai dengan kepentingan awal di mana hadis telah berkembang luas ke beragam wilayah Islam. Tidak hanya di Hijaz, transmisi hadis berkembang ke berbagai daerah lain. Selain itu, lahir pula tradisi telaah hadis, baik dari sisi sanad maupun matan.

Dengan demikian, berkembangluasnya wilayah Islam juga berimplikasi pada perkembangan keilmuan hadis.

Baca artikel lainnya: Upaya Pemeliharaan Hadis: Sejarah dan Perkembangannya di Era Sekarang

Sejarah perkembangan di atas merupakan bagian terpenting dalam kajian hadis. Pergeseran waktu dan tempat telah menghasilkan rupa-rupa bentuk penelitian hadis untuk menguji validitas dan memperluas pemahaman hadis. Atas dasar itulah lahir kitab-kitab ulum al-hadis dan kitab pemahaman hadis seperti garib al-hadis dan syarah hadis. Dengan demikian, studi hadis mengalami progresivitas yang signifikan.

Dua kegiatan di atas membutuhkan keilmuan yang dikenal dengan ulum al-hadis. Hal tersebut sudah dilakukan oleh ulama ahli hadis yang menghasilkan beragam kitab tentangnya. Fenomena tersebut terus berkembang seiring perjalanan waktu sehingga mencapai masa keemasannya. Hadirnya kitab Muqaddimah Ibn Shalah adalah contoh masa keemasan dengan ditandai penjelasan masing-masing dengan istilah spesifik. Selanjutnya, ilmu hadis terus berkembang menjadi keilmuan tersendiri dalam Islam.

Baca juga: Fiqh al-Hadis: Pola Pemahaman Hadis Generasi Awal Islam

Seiring dengan perkembangan kitab-kitab hadis, tentu terdapat perubahan dan perkembangan. Setidaknya di awal masih ditemukan hadis yang masih tercampur dengan qaul (perkataan) dari sahabat dan tabi’in, maka masa berikutnya sudah dilakukan seleksi yang melahirkan kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Selain itu, dalam perkembangannya juga menghasilkan beragam kitab kumpulan teks hadis dengan beragam model dan bentuknya baik yang dilakukan oleh ulama mutaqaddimin maupun mutaakhkhirin. 

Kedua kelompok ulama di atas mewarnai perkembangan hadis. Hal tersebut terlihat dari kegigihan mereka dalam mencari hadis dalam waktu yang lama dari satu daerah ke daerah lainnya. Kegiatan ini dikenal dengan rihlah ilmiah ahli hadis. Sementara ulama kekinian cukup menggunakan hasil ijtihad para ahli hadis tersebut. Kitab seperti Bulugh al-Maram bisa dijadikan contoh, yang di dalamnya banyak mengambil dan menukil dari kitab ulama seperti Imam Bukhari, Imam Muslim dan Imam kutub al-sittah (enam kitab induk) lainnya.

Ragam kitab ulama kekinian semakin hari semakin meningkat dalam kreativitasnya. Setidaknya dengan metode tertentu ragam bentuk kitab hadis pun menjadi beragam. Metode arbain misalnya, kitab ini ditemukan dengan tema yang aktual dan bermanfaat bagi kehidupan kontemporer.

Baca juga: Era Digital Mengubah Budaya dalam Kajian Hadis

Sajian kitabnya pun beragam tidak hanya lewat cetak melainkan dibuat digital dan dapat dibaca oleh kebanyakan orang.

Kegiatan ulama dalam menuangkan hadis sangat beragam. Setidaknya problem otentisitas telah usai, kini merambah pada persoalan pemahaman hadis. Hal tersebut dicontohkan ulama dalam kitab garib al-hadis dan syarah hadis. Kedua karya akan pemahaman tersebut menginspirasi lahirnya banyak literatur. Contoh tersebut sangat berguna dalam memahami hadis dalam konteks kekinian.

Hal tersebut dilakukan dalam bingkai ma’ani al-hadis dengan melibatkan keilmuan lain yaitu sosial humaniora dan sains sehingga mampu menghasilkan pemahaman yang kontekstual. Upaya ini menjadikan hadis sebagai ajaran Islam yang salih likulli zaman wa makan. []

 _ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂

Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!

Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

1
1 point

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
2
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
5
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
2
Wooow
Keren Keren
1
Keren
Terkejut Terkejut
1
Terkejut
Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, S.Ag. M.Ag. (alm.)
Almarhum Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, S.Ag. M.Ag. adalah Wakil Dekan Bidang Akademik Fak. Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga (2020-2024). Beliau juga menjabat sebagai Ketua Asosasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA) dan Ketua Yayasan Pondok Pesantren al-Amin Lamongan Jawa Timur. Karya tulisan bisa dilihat https://scholar.google.co.id/citations?user=JZMT7NkAAAAJ&hl=id.

One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals