Upaya Pemeliharaan Hadis: Sejarah dan Perkembangannya di Era Sekarang

hadis sejak diwahyukan telah mengalami beragam pemeliharaan, secara hafalan dan tulisan. Pola pemeliharaan tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat3 min


1
1 point
bincangsyariah.com

Hadis telah mengalami masa panjang dari masa kelahirannya sampai sekarang. Hal tersebut setidaknya dimulai dari masa pewahyuannya, yakni pada sepanjang kehidupan Muhammad saw sebagai seorang utusan Allah swt. dan Nabi-Nya. Setidaknya masa tersebut selama kurang lebih dalam kurun waktu 23 tahun lamanya. Bersamaan dengan itu pula wahyu al-Qur’an diturunkan. Dengan demikian, apa yang terjadi dalam masa tersebut adalah bagian dari kewahyuan itu sendiri di mana hal yang terkait atas gambaran penjelasan wahyu merupakan bagian dari Hadis.

Penjelasan Rasulullah saw. sebagaimana dalam Hadis menunjukkan aspek spesifikasi hadis dibanding al-Qur’an. Hal ini setidaknya banyaknya ayat Al-Qur’an yang bersifat umum dari pada yang pasti atau qat’i. Di sinilah peran hadis sangat penting dalam memberikan penjelasan secara resmi sehingga hadis dikenal sebagai bayan tafsir.

Oleh karenanya Muhammad saw. merupakan mufassir awal dalam hal ini. Dengan demikian, sosok Muhammad saw. melalui perkataan, perbuatan dan ketetapannya merupakan bagian dari implementasi wahyu yang diturunlan oleh Malaikat Jibril a.s. Dengan demikian, hadis dan Al-Qur’an adalah dua bagian yang tidak dapat dipisahkan di antara keduanya satu sama lainnya.

Hadis pada masa awalnya yakni ketika masa pewahyuan di masa kehidupan Muhammad saw. mengalami beragam  peristiwa penting yang tercatat dalam sejarah. Rekaman tersebut antara lain hadis yang berasal dari Nabi dipelihara secara hafalan bukan dengan penulisan sebagaimana dengan Al-Qur’an.

Walaupun demikian beberapa kasus yang ada di antara sahabat ada yang memiliki catatan atas hadis tersebut yang kemudian dikenal dengan sahifah. Dengan demikian,  hadis pada masa ini masih dalam proses pewahyuan  karena keberadaan Rasulullah saw. masih menjadi bagian dari pembentukan sumber ajaran Islam.

Waktu pun berjalan terus sampai akhirnya posisi Rasulullah saw. digantikan oleh para sahabatnya. Masa ini dikenal dengan masa khulafa’ al-rasyidin yang jumlahnya sebanyak empat orang. Mereka ini antara lain Abu Bakar, Umar ibm al-Khattab, Usman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib. Keberlanjutan hadis pada masa ini dikenal dengan masa pematerian hadis dan penyedikitan riwayat. Kenyataan ini didukung oleh data bahwa hadis-hadis yang diriwayatkan oleh mereka tidak banyak.

Persoalan ini diakibatkan dari kesibukan para khalifah dalam hal reservasi al-Qur’an dan keimanan masyarakat seiring dengan wafatnya Muhammad saw. Dengan demikian, melalui peristiwa-peristiwa tertentu saja hadis dimaterikan dan diriwayatkan oleh kalangan sahabat tersebut.

Peristiwa terpenting dalam sejarah hadis adalah tersebarnya hadis secara luas di masyarakat Islam selain Hijaz yakni Mallah dan Madinah.  Pada masa tersebut terjadi di masa tabi’in yaitu generasi sssudah sahabat. Hal ini merupakan konsekwensi logis dari perkembangan kekuasaan Islam iti sendiri sehingga banyak di kalangan sahabat dan tabi’in yang hijrah dan membuka sekolah hadis di Kuffah, Basrah, Ray, Mesir, Yaman, Khurasan dan lain sebagainya.

Pusat kota tersebut pada akhirnya dijadikan refernsi ulama sesudahnya untuk mencari hadis selain tempat asalnya Makkah dan Madinah.Dengan demikian, pada masa tabi’in ini materi hadis sudah mulai banyak dan sekaligus dimenjadi bagian yang tak terpisahkan dengan perkembangan Islam itu sendiri.

Dalam rentang waktu tersebut selama yakni sebelum abad ke 2 H. hadis dijaga dengan baik melalui hafalan. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan hal ini adalah hifdz al-sunnah fi al-sudur menurut Abd al-Aziz al-Hulli. Pola penjagaan hadis tersebut adalah hadis dengan sesusai ketentuan dan kebiaaaan keseharian sebelumnya.

Dengan semikian, pola demikian ini secara kebiasaan adalah bagian dari masa sebelumnya yang mengembangkan kajian hadis seacara tardisional yang mengandalkan keuatan dalam fisik pribadi genneasi yang ada.

Kebiasaan di atas sampai akhirnya menimbulkan keprihatunan oleh penguasa setempat. Di mana banyaknya sahabat dan tabi’in yang mennggal maka lahirlah kekawatiran akan musnahnya hadis dari bumi. Kenyataan ini disuarakan oleh Abdullah Umar ibn Abd al-Aziz atau yabg dikenal dengan Umar ke-2. Namun sebagai pelopor dalam hal ini adalah al-Zuhri yang melakukan penghimpunan atas hadis.

Sebagaimana lazimnya, cara ini adalah pertama dalam sejarah hadis, maka dalam hasilnya banyak ditemukan beragam hadis di kitab Muwatta’ al-Hadis tidak hanya bersumber dari Nabi melainkan juga dari sahabat dan tabi’in. Dengan demikian, masa panjang tersebut juga menemukan hal yang samayakni  penghimpunan naskah Arab yang dijadikan bahan hadis pasa masa tersebut.

Sampai pada masa tersebut pola penjagaan atas hadis sudah mengalami perubahan secara mendasar dari tradisi lisan atau orang tradition menjadi tradisi tulis. Kenyataan ini menjadikan adanya penyeragaman redaksi dalam sebuah hadis. Adanya riwayat yang dilakukan secara maknawi sudah tidak ada lagi. Kaidah atas hal ini dijadikan sebagai bahan menentukan kualitas hadis. Dengan demikian, pada perkembangan ini hadis telah tertulis dan terbukukan walaupun masih sifatnya beragam hadis di dalamnya sebagaimana dalam kitab hadis al-muwaththa’.

Masa pembukuan dan penulisan di awal abad ke 2 tersebut dikenal dengan asr al-kitabah wa al-tadwin menurut Muhammad Mustafa Abu Zahwu. Masa ini dalam peneliti lain dikenal dengan tadwinuha muhtalitatun bi alfatawa oleh penulis Tarikh al-Funun fi al-Hadis. Dengan demikian, sesuai penamannya maka pola tersebut  adalah bagian dari pemeliharaan dengan banyaknya hadis yang dikumpulkan bukan dari isi yang ada di dalamnya.

Kreativitas ahli hadis dalam hal pembukuan dan penulisan hadis sangat baik. Hal ini dibuktikan beragamnya produk kitab hadis yang tidak hanya berbentuk al-jami’, sunan, mustadrak, arbain dan sebagainya. Hal tersebut didukung dengan pencarian hadis-hadis yang sahih dan yang tidak. Sehingga menghasilkan kitab yang terbaik sampai sekarang digunakan sebagai bagian dari hujjah keagamaan. Kitab tersebut adalah Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim. Dengan demikian, perkembangan hadis selanjutnya meniscayakan adanya perkembangan yang luar biasa atas hadis.

Dari sejarah di atas, hadis sejak diwahyukan telah mengalami beragam pemeliharaan dari secara hafalan dan tulisan. Pola pemeliharaan tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Keniscayaan tersebut terus berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat sekarang. Dengan demikian, perkembangan selanjutnya adalah menjadikan hadis dipahami dengan baik.

Pemahaman hadis sudah diletakkan oleh ulama hadis dengan baik. Setidaknya hal ini adanya ilmu gharib al-hadis dan syarah al-hadis. Pada awalnya yang dijelaskan secara terbatas yakni hanya perkataan  yang susah atau yang asing saja. Namun, kemudian menjadi dijelaskan secara keseluruhan dalam sebuah hadis. Hal ini menjadi kitab syarah hadis jumlahnya lebih banyak. Dengan demikian, perkembangan pemahaman ini  menjadi sebuah bagian dari kebutuhan yang ada.

Era sekarang ditandai dengan arusnya informasi yang berkembang termasuk ajaran Islam dan hadis di dalamnya bisa terlihat dengan cepat. Adanya hal ini menjadikan beragam pola memahami hadis yang ada. Pemahaman yang berkembang dapat dijumpai secara tekstual dan secara kontekstual. Kedua pemahaman ini satu dengan yang lainnya berbeda. Dengan demikian sering terjadi beragam pemahaman atas hadis dalam hal ini.


Like it? Share with your friends!

1
1 point

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
4
Sedih
Cakep Cakep
2
Cakep
Kesal Kesal
6
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
4
Tidak Suka
Suka Suka
16
Suka
Ngakak Ngakak
5
Ngakak
Wooow Wooow
3
Wooow
Keren Keren
2
Keren
Terkejut Terkejut
1
Terkejut
Alfatih Suryadilaga
Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, S.Ag. M.Ag. adalah Wakil Dekan Bidang Akademik Fak. Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga (2020-2024). Beliau juga menjabat sebagai Ketua Asosasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA) dan Ketua Yayasan Pondok Pesantren al-Amin Lamongan Jawa Timur. Karya tulisan bisa dilihat https://scholar.google.co.id/citations?user=JZMT7NkAAAAJ&hl=id.

One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

  1. Saya suka tulisan panjengan. Bagus, bagus. Berbobot. Tapi saya terkadang, dibuat risih dengan ditemukannya kesalahan ejaan yang tidak sesuai dengan EBI. Mungkin sangat elok jikalau kesalahan dalam pengetikannya diminimalisir. Melakukan editing sebelum di-upload akan lebih begus lagi. Mohon maaf yang sebesar-besarnya. Hanya sekadar masuk saja. Terimakasih.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals