Era Digital Mengubah Budaya dalam Kajian Hadis

Perkembangan atas digitalisasi hadis merupakan sebuah keniscayaan. Hal ini merupakan sebuah pergeseran yang terus terjadi dalam dunia transmisi keilmuan dalam Islam.1 min


1
Sumber gambar: Sparkyhub.com

Perkembangan atas digitalisasi hadis merupakan sebuah keniscayaan. Hal ini merupakan sebuah pergeseran yang terus terjadi dalam dunia transmisi keilmuan dalam Islam. Kelahiran kitab baik dalam tradisi penulisannya maupun tradisi cetak melahirkan pergeseran peran hafalan di dalamnya. Pergeseran ini terus terjadi di era digitalisasi. Dengan demikian, transmisi keilmuan dalam hal ini melalui guru ke murid telah berubah.

Perubahan di atas menggeser peran fisik kitab hadis. Kitab hadis yang merupakan hasil cetak sering dijadikan alat sebagai pembelajaran kini tidak berkembang bahkan cenderung mati dikarenakan sepinya transaksi atas buku cetak ini. Kenyataan inilah yang menjadikan dunia cetak mencetak mengalami kemunduran hebat. Dengan demikian, perubahan ini mengisyaratkan perubahan di dalamnya.

Peranan hadis di era digital sangat luar biasa. Pada awalnya banyak orang yang menghafal ribuan bahkan ratusan ribu hadis menjadi bagian bacaan dengan ratusan kitab hadis. Bahkan era digital mensyaratkan kemudahan dalam mengakses ribuan kitab digital dan pengelolaannya. Sehingga fenomena ini menjadikan seseorang malas berkunjung ke perpustakaan. Dengan demikian, terdapat pergesaran paradigma dalam hal pengelolaan data.

Perubahan ini seharusnya juga dibarengi oleh perubahan paradigma perpustakaan. Sebagai gudang ilmu yang menyimpan secara fisik beragam judul dan bacaan mengharuskan perpustakaan betrasformasi ke arah yang sama yakni menuju digitalisasi. Karya-karya yang dihasilkan dunia akademik pun harus menjadi bagian digital sehingga memudahkan semua orang mengkasesnya. Dengan demikian, menjadi sebuah keharusan mengubah paradigma untuk medapatkan kunjungan yang banyak.

Cara yang terbaik adalah perpustakaan memilikilayananan yang variatif dan memadai dalam ketersediaan akses internet. Hal ini merupakan bagian pelayanan atas pengunjung di dalamnya. Akses yang cepat dan memadai akan menjadikan pengunjung senang dalam mencari data secara online maupun offline melalui program yang ada. Dengan demikian, peningkatan performa inilah yang menjadikan seseorang pengguna perpustakaan semakin banyak pula.

Kenyamanan pelayanan juga bagian terpenting. Sehingga mahasiswa dalam mencari data baik dalam penelitian hadis tidak hanya senang di kafe-kafe atau mall yang menyediakan akses internet secara memadai dan mudah. Pelayanan dan model pergesaran sebagaimana di atas merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan di era digital ini. Dengan demikian, perpaduan koleksi dan pelayanan menjadikan mahasiswa milenial dengan senang belajar mencari ilmu.

Model program hadis secara digital pun beragam. Hal ini dapat dilihat dalam tiga model yakni model online, model offline dan model gabungan keduanya yakni offline dan online. Kelemahan model online adalah ketika listik padam atau jaringan internet terbatas. Namun, jika offline yang digunakan menjadikan lebih asyik dan mudah karena tidak tergantung inernet namun sifatnya statis atau lambat dalam hal upgrade yang di dalam data digitalnya. Oleh karena itulah maka diperlukan upaya memadukan software dengan kedua basis tersebut yakni online dan offline. Dengan demikian, kajian yang dilakukan ahli hadis kekinian menjadikan kajian lebih mudah dan nyaman sesuai yang diinginkan melalui model yang diakses.


Like it? Share with your friends!

1
Alfatih Suryadilaga
Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, S.Ag. M.Ag. adalah Wakil Dekan Bidang Akademik Fak. Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga (2020-2024). Beliau juga menjabat sebagai Ketua Asosasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA) dan Ketua Yayasan Pondok Pesantren al-Amin Lamongan Jawa Timur. Karya tulisan bisa dilihat https://scholar.google.co.id/citations?user=JZMT7NkAAAAJ&hl=id.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals