Hidup berkesadaran di era digital adalah sebuah kemewahan. Karena sejak era digital, gadget menjadi satu kesatuan dalam setiap aktivitas keseharian. Efeknya membuat manusia kehilangan dirinya. Hal itu setidaknya tercermin dari menurunnya kehangatan hubungan sosial akibat hadirnya smartphone.
Sehubungan hal tersebut, mari melihat laporan we are sosial tahun 2021. Mereka menyatakan bahwa rata-rata penggunaan internet harian orang Indonesia berkisar 8 jam 52 menit. Hal ini terjadi akibat inovasi dari pengembang software yang terus belajar untuk membajak perhatian kita. Tentu dengan tujuan agar kita menikmati layanan mereka dengan durasi maksimal.
Sejak saat itu, gadget dan internet menjadi teman wajib kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mulai dari berkomunikasi, belajar, bermain, bekerja, hingga ragam rutinitas lainnya.
Terlebih di saat pandemi Covid-19, kita merasa bahwa teknologi telah membantu banyak pekerjaan kita, bukan? oleh karena itu mari belajar hidup berdampingan dengan teknologi. Agar tetap hidup berkesadaran di era digital yang serba cepat.
Baca juga: Transformasi Pendidikan dan Keberagamaan di Era Pandemi |
Perkembangan dan Masalah Era Digital
Sejak pandemi, fasilitas digital mengalami peningkatan signifikan. Ditambah kemauan kita sebagai pengguna untuk mengeksplorasi potensi digital juga meningkat. Karena sejak wabah covid, kita berhadapan dengan gadget solusi pengganti pertemuan tatap muka.
Kondisi ini telah mengubah perilaku kita dari interaksi langsung menjadi interaksi daring. Selain itu mempengaruhi perilaku hidup berkesadaran kita di era digital. Tentu perubahan ini tidak hanya membawa manfaat namun pasti ada efek samping yang menyertainya.
Contohnya keinginan kita untuk berlama-lama memanfaatkan fasilitas digital dengan alasan gabut. Aktivitas seperti scroll media sosial tanpa tujuan, belanja berlebih karena tergiur promo toko online, dan aktivitas lainnya.
Pemaparan di atas sejalan dengan konten dari channel youtube Tedx Talk yang dibawakan Chris Bailey penulis buku Hyperfocus: How to Be More Productive in a World of Distraction. Ia menuturkan bahwa hidup kita hari ini adalah soal kita dan “layar”—interaksi antara kita dan teknologi atau gadget.
Interaksi yang intens dengan gadget telah memicu otak menerima distraksi (gangguan) berlebihan sehingga membuat kita sulit fokus. Kondisi ini membuat manusia larut dalam dekapan digital yang melenakan. Serta sulit untuk tetap hidup berkesadaran di era digital yang serba cepat.
Tips Menghadapi Distransi Virtual
Paparan di bawah merupakan cara agar kita tetap hidup berkesadaran di era digital yang serba cepat dengan menjaga jarak ideal dan memanfaatkan teknologi sesuai kebutuhan kita. Bukan malah candu, hingga tidak dapat mengendalikan diri dari distraksi digital yang berlebihan.
1. Menjadwalkan semua aktivitas kita
Penjadwalan ini membantu kita menjalani hari dengan maksimal. Serta mengondisikan diri selalu sadar tentang aktivitas yang berlangsung sebagai prasyarat tetap hidup berkesadaran dalam menghadapi cepatnya era digital. Karena setiap waktu telah kita alokasikan secara presisi dalam list kegiatan harian.
Sebagai permulaan membuat jadwal, kita bisa mengisinya dengan kegiatan rutin kita seperti membaca buku, bersih-bersih, belajar atau kerja, hingga waktu makan dan tidur. Tentu penjadwal ini menyesuaikan dengan kewajiban harian kita serta aktivitas harian lainnya.
Setelah jadwal telah tersusun, tinggal kita mendisiplinkan diri mematuhi jadwal yang telah dibuat. Lakukan secara bertahap dari satu-dua aktivitas yang dilaksanakan kontinu sesuai jadwal, hingga semua jadwal terlaksana dengan baik.
2. Melakukan evaluasi dan perencanaan secara berkala
Evaluasi penting untuk melihat kembali efektivitas jadwal yang telah tersusun. Lebih detail kita juga bisa melakukan evaluasi terhadap jenis kegiatan, cara melakukannya, hingga jam pelaksanaanya.
Selain itu, evaluasi juga berfungsi untuk menerapkan penghargaan dan hukuman, yaitu dengan memberi hadiah pada diri atas pencapaian dan menghukum jika melanggar komitmen.
Dalam evaluasi pertanyaan semacam apakah kegiatan ini memang penting untuk dijadwalkan? Sudah efektifkah pelaksanaan kegiatan ini? Bagaimana progresnya? Apa goal “tujuan” selanjutnya? Akan mewarnai dan terkadang membuat sedikit pusing.
Pertanyaan di atas membuat kita tetap hidup dengan berkesadaran di era digital ini.
Untuk itu berdiskusi dengan teman, orang tua, atau mencari informasi di internet berguna sebagai masukan agar mendapat cara, trik, dan jawaban atas segala kebingungan dalam proses evaluasi.
Momen ini juga dapat berisi refleksi apa pun tentang semua aktivitas kita, tidak terbatas pada jadwal. Sikap, tindakan, bahkan kesalahan-kesalahan yang kita buat selama aktivitas, juga dapat menjadi bahan evaluasi.
Dari proses ini akan muncul catatan-catatan perbaikan ke depan. Tentu sebagai bekal agar tetap hidup berkesadaran di era digital yang cepat ini.
3. Perencanaan dalam merealisasikan catatan
Pada bagian ini kita akan merombak jadwal, memulai rutinitas baru, atau hanya sekedar menggeser waktunya. Perencanaan juga berperan memaksimalkan waktu yang masih kosong untuk diisi kegiatan agar lebih maksimal. Serta tentu memaksimalkan pola hidup berkesadaran era digital.
Walau tentu porsi waktu untuk aktivitas jeda perlu mendapat porsi. lebih lanjut, tunggu tulisan tentang aktivitas jeda.
Momen ini juga penting untuk merencanakan perbaikan watak, sikap, dan kesalahan-kesalahan kita selama beraktivitas, seperti mengontrol emosi saat berselisih dengan teman, memperbaiki kemampuan presentasi, dan strategi mengantisipasi nerves di saat-saat genting.
Terlepas besar-kecilnya perubahan yang terjadi, komitmen adalah kunci yang tepat agar penjadwalan, evaluasi, dan perencanaan perbaikannya dapat efektif.
Tiga rangkaian tips di atas adalah upaya sadar agar kita tetap hidup berkesadaran dan tidak kerasukan cepatnya era digital.
Cara agar berkomitmen dengan Jadwal yang Kita Buat
Membuat jadwal tanpa komitmen adalah sebuah kenihilan. Namun setidaknya dengan menjadwalkan sudah ada progres yang terjadi tinggal langkah selanjutnya adalah membuat komitmen dengan jadwal tersebut. hal ini penting agar kita benar-benar tetap hidup berkesadaran dalam arus era digital yang cepat.
Adaptasi dan Persiapan
Adaptasi adalah kata kunci dalam menjalankan laku hidup berkesadaran di era digital. Karena penjadwalan dapat membentuk pembiasaan diri secara nyaman.
Adaptasi ini peting karena pembiasaan yang terlalu memaksakan akan membuat diri kita tidak nyaman dan akhirnya menjadikan kita gagal mempertahankan penjadwalan secara berkelanjutan.
Selain beradaptasi kita juga perlu melakukan persiapan sebagai pelaku hidup berkesadaran di era digital. Persiapan di sini adalah segala pemenuhan segala kebutuhan dari aktivitas selanjutnya dan menjadi transisi dari aktivitas sebelumnya.
Contoh sederhananya, semisal kita akan belajar atau bekerja maka perlu menyiapkan beberapa hal seperti laptop, mengecek jaringan, buku, dan lain sebagainya.
Ini berguna agar kita nyaman saat melaksanakan dan tidak perlu memusingkan masalah akibat kurang persiapan.
Selanjutnya adalah meminimalkan gangguan seperti mematikan suara notifikasi ponsel sementara dan meletakkan ponsel di luar jangkauan agar bisa fokus, memilih tempat yang aman dan nyaman dari gangguan sekitar.
Fokus dan Istirahat
Fokus ini penting agar setiap aktivitas dapat terlaksana secara maksimal. Mengingat manusia adalah makhluk yang sebenarnya tidak bisa multitasking atau mudahnya fokus melaksanakan kegiatan dalam satu waktu.
Kekurangan itu membuat manusia hanya bisa memindah dari satu fokus ke fokus lainnya secara cepat sehingga terkesan mampu multitasking.
Multi-tasking akan menghemat waktu namun banyak juga kekurangannya, yaitu cepat lelah, tidak maksimal dalam mengerjakan masing-masing aktivitas, dan mengurangi kemampuan fokus secara berkala yang membuat kita semakin sulit fokus.
Berkurangnya fokus membuat kita sulit untuk tetap hidup berkesadaran di era digital, karena berpengaruh dengan aktivitas kita.
Untuk itu, jika harus segera merespons, lebih baik menjeda sebentar aktivitas yang sedang berlangsung untuk merespons dan menuntaskannya sebelum kembali ke aktivitas semula. Daripada menjalankan kedua aktivitas secara bersamaan.
Jika tidak harus dilakukan segera, lebih baik menuntaskan satu persatu dan respons dikerjakan setelah aktivitas selesai. Sikap seperti ini memang perlu dilatih, hingga terbiasa.
Setelah berfokus ria, kita harus menunaikan kewajiban terhadap tubuh, yaitu beristirahat. Istirahat perlu mendapat perhatian jika aktivitas yang berjalan memiliki durasi, panjang seperti bekerja. atau setidaknya memastikan kita tetap bugar untuk melaksanakan aktivitas dengan penuh fokus.
Di saat pandemi ini aktivitas pekerjaan membuat kita semakin fleksibel memilih waktu tetapi kadang kita hanya mengejar agar pekerjaan segera selesai.
Sebagai korbannya, kita memaksa tubuh untuk segera melaksanakan tugas agar cepat selesai. Kata yang mencerminkan kebiasaan ini “nanggung ah”. untuk itu istirahat penting untuk memastikan tetap hidup berkesadaran di era digital yang begitu fleksibel tanpa batas ruang-waktu.
Padahal kita juga harus memperhatikan durasi sehingga kita bisa menentukan kapan saatnya kita istirahat.
Tidak perlu waktu lama, hanya beberapa menit, cukup peregangan ringan, mengalihkan pandangan mata dari layar dan meminum air putih. Aktivitas sederhana ini membuat kita lebih bugar dan siap melaksanakan tugas-tugas selanjutnya.
Baca juga: Era Baru Pasca-Pandemi: Mengembalikan Manusia Ruang yang Mulai Usang |
Penutup
Penggunaan gadget dan jaringan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan. Jika memang aktivitas kita membutuhkan maka kita dapat menggunakannya. Tetapi jika aktivitas kita tidak membutuhkan hal itu maka jauhkan dari jangkauan. Kita juga dapat mematikan notifikasi yang tidak penting dan berpotensi mengganggu.
Semua pemaparan ini membuat kita tetap hidup berkesadaran sebagai manusia seutuhnya dengan kemampuan memilah benefit dari era digital yang sejalan dengan tujuan hidup.
Editor: Sukma Wahyuni
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂
Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!
Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
0 Comments