4 Bukti Terpeliharanya Hadis Nabi: Bantahan atas Tuduhan Para Inkarul Hadis

Sangat keliru jika ada sebagian orang yang menganggap bahwa hadis merupakan sesuatu yang tidak perlu dirujuk dan digunakan karena banyaknya hadis palsu.5 min


1
Sumber: http://muslimsincalgary.ca/

Islam sebagai agama yang diyakini oleh umat muslim memiliki dua rujukan utama, yakni Al-Qur’an dan hadis. Hadis itu sendiri sering pula disebut juga sebagai As-Sunnah.

Hadis merupakan penjabaran dari sumber yang pertama, dan dalam kaitan ini fungsi hadis menjadi sangat strategis bagi kehidupan umat Islam.

Dasar-dasar ajaran Islam yang terdapat di dalam sumber utamanya, yakni Al-Qur’an yang memerlukan penjelasan dan rincian supaya dapat dilaksanakan, sedangkan rincian serta penjelasan tersebut tertuang di dalam hadis Nabi. Dengan begitu hubungan antara keduanya begitu erat dan tidak dapat dipisahkan, bahkan Imam Al-Auza’i dalam kitabnya Al-Muwafaqat pernah menyatakan:

الكتاب أهواج إلى السنة من السنة إلى الكتاب

“Al-Kitab (Al-Qur’an) lebih membutuhkan sunnah daripada kebutuhan sunnah terhadap Al-Qur’an.” (Al-Syatibi, 1998)

Namun begitu, dalam perjalanan sejarah ternyata posisi dan fungsi hadis yang strategis itu tidak saja mengalami distorsi, dipalsukan, tetapi juga bahkan diingkari oleh sebagian kalangan tertentu umat Islam. Padahal mereka dalam menegakkan salat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji, dan lainnya secara tidak disadari semua itu diperoleh dari rincian hadis Nabi atau sunnah.

Terkait dengan kedudukan hadis Rasulullah saw. yang diragukan sebagian kalangan seperti para orientalis dan golongan inkarul hadis yang di era modern dipelopori Qasim Ahmad dan Ahmad Amin yang menganggap pengumpulan dan penyusunannya terlambat sehingga cukup Al-Qur’an saja yang dijadikan landasan umat Islam dengan menyampingkan hadis.

Qasim Ahmad dan Ahmad Amin menggencarkan pemikiran inkarul hadis kepada para pengikut-pengikutnya yang kemudian terciptalah dua kelompok inkarul hadis, yakni inkarul hadis mutlak (mengingkari seluruh hadis) dan inkarul hadis sebagian (mengingkari sebagian hadis ahad saja sedangkan hadis mutawatir masih digunakan).

Dalam hal ini, Qasim Ahmad berada pada posisi inkarul hadis secara mutlak (dapat dilihat penyataanya dalam kitab yang ia tulis dengan judul “I’adatu Taqyim al-Hadits: al-‘Audah ila al-Qur’an”). Sedangkan Ahmad Amin berada pada posisi inkarul hadis sebagian (dapat dilihat penyataanya dalam kitab yang ia tulis dengan judul “Fajr Al-Islam”).

Melihat hal tersebut, M. Mustafa Al-Azami dan M. Mustafa As-Siba’i yang dikenal sebagai tokoh pembela hadis kemudian merespons pemikiran para inkarul hadis sekaligus juga merespon para orientalis yang berusaha menjatuhkan kedudukan hadis.

Baca Juga: Mengenal Proses serta Metode Penerimaan dan Periwayatan Hadis

Beberapa bukti yang setidaknya penulis ajukan untuk membantah pemikiran inkarul hadis di antaranya sebagai berikut:

1. Bukti Penulisan Hadis Telah Ada di Masa Rasulullah

Ketika para orientalis yang berusaha menjatuhkan kedudukan hadis dan diikuti kelompok inkarul hadis yang menganggap hadis Nabi baru dicatat setelah Nabi wafat, ini merupakan hal yang keliru. Bahkan penulisan hadis sudah terjadi semejak zaman Rasulullah masih hidup.

Ini dibuktikan dengan banyak peristiwa yang salah satunya bagaimana Rasulullah menulis surat kepada para penguasa seperti Muqawqis (penguasa Mesir), Heraclius (penguasa Romawi), Kisra (penguasa Persia), dan ini merupakan bagian dari hadis Nabi, karena jelas sekali Nabi menulis surat dengan stempel ‘Muhammad Rasulullah”, dan surat ini diserahkan kepada sahabat untuk dikirim menghadap kepada para penguasa tadi.

Berikutnya dikenal sebuah perjanjian di masa Rasulullah seperti perjanjian Hudaibiyah yang di surat ini dituliskan poin-poin perjanjian rasulullah dan ini merupakan bagian dari hadis Nabi saw. Bahkan ada sejumlah sahabat yang terkenal sebagai juru tulis Rasulullah, bukan juru tulis Al-Qur’an namun juru tulis hadis Nabi saw.

Prof. Dr. Muhammad Mustafa Al-A’zami yang merupakan salah seorang ulama dari India sekaligus menjadi guru besar Ilmu Hadis di King Saud Riyadh, melakukan penelitian terkait siapa saja dan berapa orang yang terlibat menjadi juru tulis hadis Nabi, maupun mereka yang memiliki catatan hadis untuk diri mereka sendiri. Ternyata jumlahnya mencapai tujuh puluh lebih sahabat, sedangkan jumlah tersebut tergolong cukup banyak di masa itu. (A’zami, 1968)

Beberapa juru tulis hadis di kalangan sahabat yang terkenal adalah: ‘Ali bin Abi Thalib, ‘Abdullah bin ‘Amr bin Ash, Jabir bin ‘Abdullah al-Anṣari dan ‘Abdullah bin ‘Abbas. Ada beberapa dari mereka yang tersisa dan ditemukan, kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang pasca mereka. (Al-Bagdadi, 2011)

Meskipun dalam sejarah tercatat bahwa Rasulullah pernah melarang para sahabat untuk menulis hadis karena dikhawatirkan terjadinya campur aduk antara Al-Qur’an dengan hadis Nabi. Namun begitu Rasulullah juga memberikan kewenangan bagi beberapa sahabat yang memang dianggap cermat bisa membedakan mana Al-Qur’an dan mana hadis Nabi.

2. Bukti Telah Muncul Embrio Ilmu Hadis Kedua Hijriyah

Memasuki abad kedua hijriyah, para muhaddis (ahli hadis) mencatat hadis-hadis dan non-hadis (baik pendapat para sahabat maupun tabi’in) dalam kitab-kitab mereka. Pada periode ini tidak terdapat sensitifitas serius terhadap status riwayat-riwayat, apakah ia sahih, saqim, mursal atau musnad.

Banyak tokoh hadis terkenal pada abad kedua yang memiliki sahaif (kumpulan-kumpulan hadis) seperti kitab Musnad Ibnu Juraij karya Ibnu Juraij, Sahifah Hammam bin Munabbih karya Ibnu Munabbih, Al-Jami’ Al-Ṡauri karya Sufyan al-Sauri, dan Al-Muwatto’ karya Malik bin Anas. (Al-Suyuti, 1952)

Selain itu, hal yang paling penting dari adanya upaya pengumpulan hadis dalam berbagai kitab adalah untuk menjaga kemurnian hadis itu sendiri. Karena banyak ditemukan hadis-hadis palsu di masa lalu (abad pertama hijriyah) disebabkan demi kepentingan politik.

3. Bukti Ketatnya Upaya Pemeliharaan Hadis pada Abad Ketiga Hijriyah

Di masa pemerintahan Harun Al-Rasyid, beliau pernah menangkap sekaligus mengeksekusi mati seorang pemalsu hadis. Sebelum dieksekusi mati, pemalsu hadis tersebut berkata “Engkau ingin mengeksekusiku, sedangkan aku telah memalsukan ribuan hadis, apa yang akan engkau lakukan dengan hadis-hadis yang telah kupalsukan itu?”

Kemudian Harun Al-Rasyid menjawab “Saya memiliki para pakar hadis yang dapat membongkar semua hadis yang kau palsukan, dan tidaklah kau berbohong mengatasnamakan hadis Nabi di pagi hari, melainkan kebohongan tersebut akan terbongkar di sore hari”. (Zahw, 1984)

Beberapa pakar hadis yang dimaksud Harun Al-Rasyid tadi adalah; Yahya bin Ma’in, Ahmad bin Hanbal, Utsman bin Abi Syaibah, Abdullah bin Musa Al-Abbasi Al-Kufi, Musaddad Al-Bashri. (Khatib, 1998)

Upaya verifikasi ataupun pemurnian hadis sangat gencar dilakukan. Terbukti dengan adanya Kitab Al-Jami’ As-Sahih karya Imam Al-Bukhari, juga Al-Jami’ As-Sahih karya Imam Muslim, Sunan Abu Dawud karya Imam Abu Dawud, Al-Musnad karya Imam Ahmad, dan lain-lain yang itu semua menghimpun hadis-hadis yang dianggap paling sahih dan baik kuat untuk dijadikan sebagai landasan hadis Nabi.

Maka dari itu, merupakan suatu keagungan dari Allah yang memunculkan para pakar di bidang hadis seperti Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, dan imam-imam lain untuk menangani dengan menyeleksi yang mana merupakan benar-benar hadis Nabi dan mana yang bukan hadis Nabi (hadis palsu).

4. Temuan Orientalis yang Menguatkan Kedudukan Hadis

Seorang orientalis abad ke-21 bernama Harald Motzki melakukan penelitian sejarah hadis untuk membuktikan keontentikan hadis Nabi. Hasil temuannya membuktikan bahwa hadis yang tersebar dan digunakan oleh umat Islam saat ini, murni merupakan hadis dari Nabi dengan bukti adanya kitab hadis otentik di abad pertama hijriyah yakni kitab Mushannaf Abdur Razaq karya Abdur Razaq As-Shan’ani.

Bukti dari temuannya kemudian meruntuhkan teori para orientalis pendahulunya yang menganggap bahwa hadis adalah buatan atau rekayasa ulama abad ketiga hijriyah.

Baca Juga : Harald Motzki dan Kontribusinya dalam Ilmu Hadis

Sebagaimana Al-Qur’an yang disusun oleh para sahabat yang terpilih, hadis juga demikian ditulis oleh sahabat yang terpilih dan pengumpulan hadis dilakukan oleh para pakar yang memang cermat di bidangnya.

Maka dari itu, merupakan sebuah kekeliruan bagi beberapa kelompok inkarul hadis yang menganggap bahwa hadis tidak perlu dijadikan rujukan dan tidak perlu diamalkan. Apalagi jika mengingat posisi hadis sebagai bayanul qur’an (penjelas Al-Qur’an).

Tidak mungkin seseorang hanya berpatok menggunakan Al-Qur’an saja dengan mengenyampingkan hadis, karna untuk memahami Al-Qur’an, mengistinbath hukum (mengambil kesimpulan) harus melalui hadis.

Sebagaimana Allah berfirman:

بِالْبَيِّنٰتِ وَالزُّبُرِۗ وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ اِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

“(Mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad-Dzikr (Al-Qur’an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan”. (QS. An-Nahl [16]: 44)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Rasul saw. bertugas memberikan penjelasan tentang kitab Allah. Penjelasan Rasul itulah yang dikategorikan sebagai hadis.

Maka dari itu Al-Qur’an bersifat kully (menyeluruh) dan ‘am (umum), sedangkan yang juz’iy (rinci) adalah hadis Nabi. Seperti di dalam Al-Qur’an terdapat perintah salat, sedangkan rincian tata cara salat, dan ibadah-ibadah lain petunjuknya terdapat di dalam hadis.

Dengan demikian, jelas bahwa sangat keliru jika ada sebagian orang (para inkarul hadis) yang menganggap bahwa hadis merupakan sesuatu yang tidak perlu dirujuk dan digunakan karena terdapat banyak problematika mengenai benar atau palsunya suatu hadis.

Upaya penjagaan hadis juga telah dilakukan pada masa Rasulullah dan diteruskan di masa selanjutnya dengan bertahap membangun kaidah-kaidah ataupun pondasi penyeleksian suatu hadis.[MJ]
_ _ _ _ _ _ _ _ _

Bagaimana pendapat Anda tentang tulisan di atas? Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! 

Anda juga dapat membaca kumpulan hikmah menarik lainnya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

1
Hadi Wiryawan

Tim Redaksi Artikula.id | Orcid ID : https://orcid.org/0000-0002-7620-6246

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals