Ada sebuah pertanyaan, apa bedanya thoriqoh dengan sihr? Mengapa pertanyaan ini muncul? Karena memang faktanya, ada kelompok atau oknum yang mengklaim sebagai ahlu at-Thoriqoh (pengamal tarekat) tetapi isinya adalah sihr. Maka itu, dalam terminologi Inggris dikenal dua cabang ilmu yaitu misticism (Thoriqoh tasawwuf) dan magic (sihr). Adapun magic atau sihir terbagi dua lagi, yaitu black magic (ilmu hitam) dan white magic (ilmu hikmah). Antara black dan white magic meskipun berbeda tetapi sama-sama magic.
Thoriqoh adalah bagian dari ilmu tasawwuf (misticism), dan tasawwuf adalah salah satu cabang studi Islam (Islamic studies) seperti halnya ushuluddin (theology), fiqh (syari’a), tafsir (exegesis) dan lainnya. Maka, tidak ada istilah tasawwuf sesat atau bid’ah sebagaimana tuduhan kaum wahabi dan salafi, karena ia hanya salah satu cabang studi Islam. Adapun salah dan benarnya adalah tergantung bagaimana memahami, mempelajari dan menpraktekkannya. Seperti halnya tidak bisa di katakan ilmu tafsir atau hadis itu sesat, karena keduanya adalah cabang ilmu ke-Islam-an. Benar atau salah tergantung dari bagaimana memahami dan mempraktekkannya.
Ada juga yang mengatakan bahwa tasawwuf itu tidak ada di zaman Rasul. Tentu saja itu statement yang sangat polos (kurang wawasan). Karena sebagai cabang islamic studies, tasawwuf fokus pada akhlaq. Jadi ilmu yang mempelajari akhlaq itu sebenarnya adalah bagian dari ilmu tasawwuf. Akhlak bertujuan untuk sampai pada ridho Allah dan cinta Rasulullah saw, karena di utusnya Rasulullah saw adalah untuk menyempurnakan akhlaq. Akhlaq juga berguna untuk pembersihan jiwa (tazkiyatul nafs). Nah, pembersihan jiwa untuk sampai pada Allah swt dan cinta Rasulullah saw itulah diperlukan metode, metode itu disebut dengan thoriqoh (tarekat, jalan atau metode).
Jadi, thoriqah adalah bagian dari islamic studies yaitu tasawwuf yang tujuannya utamanya adalah tazkiyatun nafs. Berbeda dengan black atau white magic yang orientasinya kedigdayaan, kesaktian, kekebalan dan sejenisnya. Jika dalam berthoriqah seseorang mendapatkan keistimewaan (mumayyizah atau karomah) itu adalah bonus atau tambahan kecil saja dari Allah swt, karena itu bukanlah tujuan.
Thoriqoh tasawwuf adalah ilmu yang bersumber dari Rasulullah saw, bahkan inti dari diutusnya. Sebagaimana sabdanya “Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq”, dan akhlaq itu adalah inti dari thoriqah tasawwuf. Meskipun istilah “tasawwuf” atau “thoriqoh” belum dikenal pada waktu itu, seperti ilmu nahwu dan shorof.
Awalnya para sahabat meniru akhlaq Rasulullah saw dalam segala hal, perkataan, perbuatan, penampilan dan segala gerak geriknya. pasca wafatnya banyak terjadi penyimpangan khusunya pasca khulafa ar-rasyidin, terjadi perang saudara sesama muslim, banyak pejabat yang terkena virus hubbud dunya, jauh dari akhlaq Rasulullah saw. Maka para ulama yang ingin kembali meneladani akhlaq Rasulullah saw menempuh satu jalan atau metode (thoriqoh) yang bersumber dari ajaran Rasulullah saw yang kemudian menjadi berkembang menjadi ilmu tasawwuf (misticism) yang di dalamnya terdapat banyak thoriqoh.
Di antara akhlak Rasulullah saw itu adalah taat pada kewajiban yang Allah tetapkan. Maka seorang ahlut thoriqoh adalah mereka yang taat menjalankan kewajiban kepada Allah (syariat). Lalu menjalankan sunnah Rasulullah saw dan bergaul dengan akhlaq yang baik. Puncaknya adalah ridho atas ketetapan Allah swt. Maka bagaimana mungkin seorang ahlut thoriqoh mempelajari thoriqoh untuk kesaktian, padahal tujuan berthoriqoh adalah ridho terhadap keputusan Allah swt. Rasulullah saw sendiri sering kali lapar, dihina, bahkan hijrah pun tidak terbang di langit, tetapi menyusuri gersang dan tandusnya Mekkah Madinah. Jadi mencontoh Rasul jelas bukan untuk kesaktian, walaupun pada lain waktu Rasulullah saw menampakkan mu’jizatnya atas izin Allah swt.
Maka, ilmu yang di dalamnya mempelajari zikir atau jimat untuk mendapatkan kesaktian, tenaga dalam, kedigdayaan, bukanlah ilmu thoriqah tasawwuf (misticism) melainkan bagian dari magic (sihr).
0 Comments