Fenomena Islam Nusantara membanjiri wacana keislaman di Indonesia, dalam hal ini KH. Said Agil mengatakan bahwa Islam Nusantara adalah cara dalam mempertahankan jati diri umat Islam dalam konteks Indonesia di era yang keras dan terbuka saat ini.
Afifuddin Muhajir juga mengatakan bahwa “Apa yang disebut Islam Nusantara tidak boleh melampui wilayah (syariat). Maka tidak semua ajaran Islam bisa dinusantarakan”.
Dua pendapat tersebut mengandung pemahaman bahwa Islam Nusantara merangkul budaya Indonesia, selama budaya tersebut tidak melanggar syariat Islam. Lebih jauh, Said Agil menekankan posisi Islam Nusantara sebagai jalan menuju Islam yang moderat di tengah kehidupan yang ‘keras’ saat ini.
Eksistensi Islam Nusantara bukan sesuatu yang baru, karena secara pemahaman Abdurrahman Wahid dengan ide “pribumisasi Islam” menyampaikan makna yang serupa dengan Islam Nusantra, ia menyatakan:
“Pribumisasi Islam “tidaklah mengubah Islam, melainkan hanya mengubah manifestasi dari kehidupan agama Islam”. Selain itu, “pribumisasi Islam” tidak lantas menempatkan Islam dalam subordinatif budaya dan tradisi, tidak pula melakukan “jawanisasi” atau sinkretisme.
Tujuannya adalah bagaimana agar Islam “dipahami dengan mempertimbangkan faktor-faktor kontekstual, termasuk kesadaran hukum dan rasa keadilannya, dan bagaimana agar kebutuhan-kebutuhan lokal dipertimbangkan dalam merumuskan hukum agama, tanpa mengubah hukum itu sendiri.”
Sederhananya, memahami Islam Nusantara layaknya orang pulau –yang biasanya menggunakan kendaraan kapal- hendak melakukan perjalanan keliling sembari menikmati kota, maka kendaraan kapalnya cukup sampai di pelabuhan saja, sebab kapal tidak dapat digunakan keliling kota, yang tepat adalah menggunakan kendaraan darat –misalnya mobil, motor, bus, dan sebagainya.
Ia harus paham kapan dan di mana kapal itu boleh digunakan dan tidak. Inilah yang disebut kontekstualisasi. Demikian pula ketika ajaran Islam hendak diterapkan di Indonesia, umat Islam dituntut untuk mampu mendialogkan ajaran Islam (yang termuat dalam al-Quran dan hadis) dengan konteks Indonesia
Pembacaan ajaran Islam dengan kontekstualisasi menjadi keharusan untuk selalu diterapkan. Ajaran Islam diserap melalui cara (metode) yang sesuai kebutuhan kehidupan di Indonesia. Upaya pencarian pesan-pesan ilahi harus terus dilakukan, yang kemudian dilanjutkan pada penerapan dalam konteks Indonesia.
Hal inilah pada dasarnya telah dilakukan oleh para penyebar Islam awal di Indonesia, yang dikenal sebagai Walisongo. Para penyebar ajaran Islam tersebut senantiasa mendialogkan ajaran Islam dengan budaya lokal yang dijumpainya, sehingga Islam yang lahir adalah Islam yang serasi, damai, dan ramah kepada masyarakat yang dijumpainya.
Para walisongo tersebut sangat tahu dan dapat membedakan mana yang menjadi ajaran Islam yang disebarkan Nabi Muhammad, dan mana konteks kehidupan Nabi Muhammad di Arab.
Singkatnya, umat Islam harus mampu memahami dan membedakan Muhammad sebagai Nabi dan Muhammad sebagai bagian masyarakat Arab. Muhammad sebagai Nabi adalah utusan Tuhan yang ditugaskan menyebarkan ajaran Islam (dalam al-Quran dan hadis) ke semua umat manusia.
Sementara Muhammad sebagai masyarakat Arab adalah pribadi yang hidupnya dibentuk, dipengaruhi dan atau mempengaruhi budaya-budaya Arab. Islam memang lahir di Arab, tapi ia tidak hanya untuk Arab. Islam harus tersebar, karenanya ia harus dipahami secara kontekstual berdasarkan konteks yang ditemuinya.
Allah menjadikan Nabi Muhammad sebagai rasul (utusan) dalam menyebarkan ajaran Islam, dalam konteks ini masyarakat Arab menjadi sasaran pertama yang ditemuinya. Agar ajaran Islam itu dapat dipahami oleh masyarakat Arab, maka Tuhan (melalui Rasulullah) menggunakan pra-pemahaman Masyarakat Arab.
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂
Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!
Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
0 Comments