KHA Dahlan, pendiri Muhammadiyah pada 1912, merenungkan ayat-ayat Alquran dan mengajarkan kepada murid-muridnya. Di antara mereka menghimpun tujuh belas tafsir kelompok ayat Al-Quran sebagai berikut (1-7).
1. Membersihkan diri sendiri.
Sudahkah kaulihat orang yang mempertuhan hawa nafsunya dan Allah membiarkannya sesat padahal Dia tahu, dan Dia pun mengunci mati pendengaran dan hatinya dan memasang penutup di matanya? Maka siapakah yang akan membimbingnya sesudah Allah membiarkannya sesat? Tidakkah kamu sadari? (QS Al-Jatsiyah/45:23).
KHA Dahlan menulis ayat itu pada papan tulis kecil di atas meja tulis. Maksudnya, agar setiap beliau duduk dan bekerja di meja itu dapat membacanya, melakukan introspeksi, dan mawas diri secara berkesinambungan.
KHA Dahklan yakin bahwa umat Islam tak akan hidup bahagia di dunia dan akhirat apabila tidak dapat melawan hawa nafsunya, kemudian hanya tunduk kepada Alquran dan sunnah Rasulullah saw. Untuk itu KHA Dahlan memerintahkan kepada murid-muridnya agar membersihkan hati dengan membuang apa saja yang terdapat dalam hati.
Pertanyaan pertama dan utama KHA Dahlan berkenaan dengan ayat tersebut ialah, “Apakah kamu sudah punya iman?” Lalu beliau menjelaskan tiga cara untuk membersihkan hawa nafsu: (1) mengingat Allah; (2) shalat; (3) memikirkan bahaya-bahaya akhirat.
2. Menggempur hawa nafsu mencintai harta benda.
(17) Tidak sekali-kali! Tetapi kamu tidak menghormati anak-anak yatim. (18) Dan tidak mendorong orang lain memberi makan orang miskin. (19) Dan kamu melahap harta warisan dengan sangat serakah. (20) Dan sangat mencintai harta benda secara berlebihan. (21) Tidak sekali-kali! Bila bumi sudah berbenturan sampai lumat, (22) Dan Tuhanmu datang, dan para malaikat berbaris-baris, (23) Dan hari itu neraka dibawa berhadap-hadapan; maka hari itu manusia akan ingat, tapi apa gunanya ingatan buat dia? (QS Al-Fajr/89:17-23).
Siang dan malam KHA Dahlan memikirkan ayat tersebut dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada dirinya sendiri dan kepada murid-muridnya: (1) “Apakah engkau berani membuang kebiasaan mencintai harta benda?” (2) “Beranikah engkau menjalankan agama Islam dengan sesungguh-sungguhnya?” (3) “Beranikah engkau mengorbankan harta bendamu pada jalan Allah?” (4) “Apakah kamu tidak takut akan siksa Allah di hari kiamat?”
3. Orang yang mendustakan agama.
(1) Adakah kaulihat orang yang mendustakan agama/hari kiamat? (2) Dialah orang yang mengusir anak yatim dengan kasar, (3) Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. (4) Maka celakalah orang-orang yang shalat, (5) yang alpa dalam shalat mereka, (6) Yang hanya ingin dilihat orang, (7) Tetapi menolak memberi bantuan. (QS Al-Ma’un/107:1-7).
KHA Dahlan berpesan kepada murid-muridnya: (1) “Bacalah satu, dua, atau tiga ayat dengan tartil dan tadabur;” (2) “Apa artinya?” (3) “Bagaimana Tafsirnya?” (4) “Bagaimana maksudnya?” (4) “Apakah ini larangan dan apakah kamu sudah meninggalkannya?” (5) “Apakah ini perintah yang wajib dikerjakan dan sudahkan kita menjalankannya?”
4. Apakah artinya agama itu?
Maka hadapkanlah wajahmu benar-benar kepada agama; menurut fitrah Allah yang atas pola itu Dia menciptakan manusia. Tiada perubahan pada ciptaan Allah; itulah agama yang baku; tetapi kebanyakan manusia tidak tahu. (QS Ar-Rum/30:30).
KHA Dahlan berpendapat bahwa agama adalah cenderungnya ruhani berpaling dari nafsu, yang naik ke angkasa kesempurnaan, yang suci, yang bersih dari tawanan benda-benda. Tauhid artinya hanya satulah yang dimuliakan, yang dicintai, yang ditakuti, ialah Allah swt.
5. Islam dan sosialisme.
(34) Wahai orang yang beriman, banyak di kalangan orang alim Yahudi dan rahib Nasrani yang memakan harta orang dengan jalan batil dan merintangi orang dari jalan Allah. Dan mereka menimbun emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah. Maka peringatkanlah akan adanya azab yang dahsyat. (35) Pada hari ketika panas keluar dari harta dalam api neraka, dengan itu dahi, lambung, dan punggung mereka dibakar. “Inilah harta yang kamu timbun untuk dirimu sendiri. Rasakanlah apa yang sudah kamu timbun.” (QS At-Taubah/9:34-35).
Ayat itu mengguncangkan hati KHA Dahlan sehingga beliau mengadakan perubahan besar dalam dirinya sendiri untuk mengorbankan harta pribadinya.
6. Surat Al-Ashr.
(1) Demi waktu sepanjang sejarah. (2) Sungguh, manusia dalam kerugian, (3) Kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan dan saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran dan ketabahan. (QS Al-Ashr/103:1-3).
KHA Dahlan berpendapat, sebagaimana ucapan Imam Syafi’i, “Seumpama Allah swt tidak menurunkan kepada makhluk-Nya hujjah kecuali surat ini, niscaya surat al-‘Ashr itu telah mencukupi untuk memberi petunjuk.”
7. Iman/kepercayaan.
(1) Alif lam mim. (2) Apakah manusia mengira, bahwa mereka akan dibiarkan berkata, “Kami beriman”, padahal mereka tidak diuji? (3) Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, dan Allah pasti tahu siapa yang benar dan pasti tahu siapa yang berdusta. (QS Al-‘Ankabut/29:1-3).
KHA Dahlan berpendapat bahwa iman itulah yang membawa jiwa naik ke alam suci yang luhur, terus naik, dan tidak turun kembali, yaitu seperti iman yang ada pada Rasul.
Baca tulisan-tulisan Muhammad Chirzin lainnya: Kumpulan Tulisan Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag.
0 Comments