Mencintai dan Dicintai

Cinta ada semenjak manusia ada. Manusia ada karena cinta.3 min


6
10 shares, 6 points
Sumber gambar: 100braidststudios.com

Cinta adalah anugerah Ilahi. Cinta punya bahasanya sendiri. Selalu bergerak dari hati ke hati, yang nada mistisnya hanya cinta yang mengetahui. Karena itu, bila ada cinta di hati yang satu, pasti ada cinta di hati yang lain lagi. Demikian menurut sebait puisi Persia.

Cinta ada semenjak manusia ada. Manusia ada karena cinta. Cinta adalah emosi manusia yang paling puitis dan kebutuhan yang paling mendasar. Manusia tak mungkin hidup tanpa cinta. Tak ada manusia tanpa cinta. Komponen cinta ialah kedekatan, yakni keinginan untuk selalu dekat dengan yang dicintai; kepedulian, yaitu perhatian kepada yang dicintai; dan keintiman, ialah keinginan untuk berkomunikasi dan kontak lebih dekat dan saling mempercayai.

Bersatu dengan orang lain adalah kebutuhan terdalam dari setiap manusia, kata Erich Fromm. Basis kedekatan adalah komunikasi. Karena setiap manusia sudah mengalami ketersendirian, maka mereka merindukan bisa bersatu dengan orang lain melalui cinta. Begitulah, menurut Rollo May. Konon, bila sedang jatuh cinta, orang akan bisa mengatasi rasa kesendirian atau keterpisahan.

Cinta itu bukan ilmu pengetahuan. Biarkan saja cinta tetap menjadi misteri. Bukankah misteri itu yang membuat cinta makin menarik hati, kata Senator William Proxmire. Cinta lebih sering berdasarkan feeling, bukan rasio. Jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah kesesuaian jiwa, dan jika itu tidak pernah ada, maka cinta itu takkan tercipta dalam hitungan tahun, bahkan abad. Demikian, tulis Kahlil Gibran.

Cinta adalah satu hati dalam dua tubuh. Cinta itu memberi, bukan meminta, apalagi memaksa. Karena cinta dan demi cinta langit dan bumi diciptakan. Atas dasar cinta makhluk diwujudkan. Dengan cinta semua gerak mencapai tunjuannya. Dengan cinta semua jiwa meraih harapan dan mendapatkan idaman serta terbebas dari segala keresahan.

“Hidup dalam cinta adalah agamaku,” kata Jalaluddin Rumi. Naluri berpasangan melahirkan dorongan untuk melanjutkan generasi. Sepasang merpati bercumbu sambil merangkai sarang. Bunga-bunga mekar merayu lebah agar mengantarkan benih ke kembang lain.

Pernikahan adalah sarana memperoleh keturunan dan kebajikan, memperkokoh kekerabatan dan mewariskan cita-cita kepada anak cucu hingga akhir zaman.

Allah swt berfirman dalam Al-Quran,

Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasanganmu dari jenismu sendiri, supaya kamu hidup tenang dengan mereka dan Dia menanamkan rasa cinta dan kasih  sayang di antara kamu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS 30:21).

“Hai umat manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan menciptakan pasangannya; dan dari keduanya Ia memperkembangbiakkan laki-laki yang banyak dan perempuan. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu meminta dan hormatilah rahim yang mengandung kamu; Allah selalu menjaga kamu.” (QS 4:1).

Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, dan kaum kerabatmu, kekayaan yang kamu peroleh, perniagaan yang kamu khawatirkan kebangkrutannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai – lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang menyepelekan agama. (QS 9:24).

Rasulullah saw meriwayatkan dari Allah swt, “Cinta-Ku wajib untuk dua orang yang saling mencintai karena Aku, dan cinta-Ku wajib untuk dua orang yang saling bergaul karena Aku. Dan cinta-Ku wajib bagi dua orang yang saling mengunjungi karena Aku.” (HQR Ahmad); “Hati manusia masing-masing memiliki kesatuannya; yang saling mengenal akan menyatu dan yang berseteru akan berpisah.” (HR Muslim); “Pengikat tererat iman adalah engkau mencintai karena Allah dan engkau membenci karena Allah.” (HR Tabrani); “Seseorang itu tergantung pada agama rekan dekatnya. Untuk itu, hendaklah kalian melihat siapa yang dijadikan sebagai sahabatnya.” (HR Abu Dawud).

Diriwayatkan dalam hadis yang lain bahwa Rasulullah saw bersabda, “Ada seorang laki-laki yang berkunjung ke tempat saudaranya di kampung lain. Kemudian Allah mengikutkan satu malaikat atas perjalanan laki-laki tersebut. Ketika malaikat itu sampai kepadanya, maka ia bertanya, “Ke mana engkau hendak pergi?” Lelaki itu menjawab, “Aku pergi ke tempat saudaraku.” Malaikat  bertanya kembali, “Apakah engkau mempunyai kepentingan sehingga engkau menemuinya?” Ia menjawab, “Tidak, selain sesungguhnya aku mencintainya karena Allah.” Malaikat berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membawa kabar bahwa Allah mencintaimu seperti engkau mencintai saudaramu karena Allah.” (HR Muslim).

Pada kesempatan yang lain Rasulullah saw bersabda,”Ada tiga hal, siapa yang mencapainya akan merasakan manisnya iman: Allah dan Nabi-Nya lebih ia cintai dibandingkan yang lain; ia mencintai seseorang semata-mata karena Allah; ia membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran itu, sebagaimana bencinya dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah saw juga pernah bersabda, “Tujuh golongan orang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya: pemimpin yang adil; pemuda yang tumbuh dengan senantiasa beribadah kepada Allah; orang yang hatinya terpaut kepada masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, bertemu karena Dia dan berpisah karena Dia; orang yang dibujuk untuk melakukan perbuatan terlarang oleh wanita yang berkedudukan dan cantik tetapi dia mengatakan, “Aku takut kepada Allah” ; orang yang memberikan sedekah secara sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya; dan orang yang berdzikir kepada Allah di keheningan malam hingga meneteskan air mata.” (HR Bukhari).

Ibrahim Al-Khawwash berkata, “Obat hati itu lima perkara: (1) membaca Al-Quran dengan tadabur; (2) mengosongkan perut; (3) bangun malam memohon dengan sungguh-sungguh; (4) merendahkan diri di waktu sahur, dan (5) bermajelis ta’lim dengan orang-orang salih.”

Rasulullah saw bersabda pula, “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kamu tidak akan masuk surga sampai kamu beriman; dan kamu tidak akan mencapai iman sampai kamu saling mencintai satu sama lain. Maukah kuberitahukan tentang sesuatu yang jika kamu lakukan akan menyebabkan kamu saling mencintai? Sebarkan salam di antara kamu sekalian.” (HR Muslim); ”Orang-orang beriman, dalam persahabatan, kebaikan hati dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh yang jika satu bagiannya sakit maka bagian yang lainnya ikut panas dan demam.” (HR Muslim).

Umar bin Khaththab berkata, “Kamu harus bersaudara dengan orang-orang yang jujur, niscaya kamu hidup dalam lingkungan mereka. Hindarilah kawan, kecuali yang tepercaya, dan tidak ada yang tepercaya kecuali orang yang takut kepada Allah.”

Tidak selayaknya seseorang menyepelekan dalam memilih sahabat, karena persahabatan memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi seseorang. Persahabatan dan cinta adalah kunci bahagia.

Rumah tangga bagaikan surga 
Bila suami istri suka sekata. 
Suami istri cinta agama 
Perkawinan mereka akan sentosa.

Suami istri suka mengaji 
Silang sengketa sukar terjadi.
Suami istri suka belajar 
Silang sengketa akan terhindar.
(Sulaiman Yusuf)


Like it? Share with your friends!

6
10 shares, 6 points

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
1
Sedih
Cakep Cakep
4
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
12
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
4
Wooow
Keren Keren
3
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Muhammad Chirzin
Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag. adalah guru besar Tafsir Al-Qur'an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Anggota Tim Revisi Terjemah al-Qur'an (Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur'an) Badan Litbang Kementrian Agama RI.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals