Kehidupan yang bermanfaat diperoleh dengan memenuhi seruan Allah swt dan Rasul-Nya. Siapa yang tidak melaksanakan seruan ini, tidak memiliki kehidupan. Hidup yang hakiki ialah bersama Allah dan Rasul-Nya. Mereka inilah yang disebut orang hidup, sekalipun mereka sudah mati. Selain mereka adalah orang-orang yang mati sekalipun badannya hidup. Manusia paling sempurna ialah yang paling saksama dalam memenuhi seruan Rasulullah saw.
Allah swt berfirman dalam Al-Quran,
Wahai orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul jika mengajak kamu kepada yang memberi kamu kehidupan; ketahuilah bahwa Allah berada antara manusia dan hatinya dan bahwa kepada-Nya kamu akan dihimpun kembali. (QS 8:24).
Memenuhi seruan Allah swt dan Rasul-Nya adalah bukti keimanan. Seruan itu menjamin kehidupan jiwa, raga, pikiran, dan kalbu, serta mendatangkan kebaikan dalam hidup di dunia dan akhirat. Allah swt niscaya membuat dinding pemisah yang membatasi manusia dan keinginan hatinya dari bisikan hawa nafsu. Pada saatnya setiap diri akan dihimpun kembali dan dimintai pertanggungjawaban atas segala apa yang pernah dilakukannya di dunia.
Dalam ayat yang senada Allah swt berfirman,
Tidaklah semestinya bagi seorang mukmin, laki-laki dan perempuan – bila Allah dan Rasul-Nya sudah menentukan suatu keputusan – mereka akan memilih yang lain dalam keputusan mereka. Siapa yang tidak menaati Allah dan Rasul-Nya, ia tersesat nyata sekali. (QS 33:36).
Abdullah bin Umar berkata, bahwa ayahnya, Umar bin Khaththab menceritakan kepadanya, “Pada suatu hari, ketika kami sedang di dekat Rasulullah saw, tiba-tiba muncul di hadapan kami seorang laki-laki berpakaian sangat putih dan berambut sangat hitam. Tidak terlihat bekas perjalanan dan tak seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk di dekat Nabi saw lalu menyandarkan lututnya ke lutut Nabi, dan meletakkan kedua telapak tangannya di pahanya.
Laki-laki itu berkata, “Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam.” Nabi saw menjawab, “Islam ialah mengakui tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, dan puasa Ramadhan, serta haji ke Baitullah, jika engkau sanggup melaksanakannya.” Orang itu berkata, “Engkau benar.” Kata ayahku, “Kami heran terhadap orang itu; dia bertanya tetapi dia pula yang mengatakan benar.”
Orang itu pun berkata, “Terangkanlah kepadaku tentang Iman.” Nabi Muhammad saw menjawab, “Iman ialah percaya kepada Allah, percaya kepada para malaikat-Nya, percaya kepada kitab-kitab-Nya, percaya kepada para Rasul-Nya, dan percaya kepada hari akhir, serta percaya kepada qadar, baik maupun buruk.” Orang itu berkata, “Engkau benar.”
Lelaki itu berkata, “Terangkan kepadaku tentang Ihsan.” Nabi Muhammad saw menjawab, “Ihsan ialah menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Sekalipun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” Ia berkata lagi, “Terangkan kepadaku tentang Kiamat!” Nabi Muhammad saw menjawab, “Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.”
Orang itu pun berkata, “Terangkan kepadaku tanda-tandanya!” Nabi saw menjawab, “Apabila hamba sahaya perempuan telah melahirkan majikannya dan orang-orang dusun yang melarat telah bermewah-mewah dengan gedung nan indah menjulang tinggi.” Ayahku berkata, “Orang itu kemudian berlalu. Tak lama kemudian Rasulullah saw bertanya kepadaku, “Tahukah engkau, siapakah yang bertanya itu?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah saw bersabda, “Dia Jibril. Datang mengajarkan agamamu.” (HR Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah saw kemudian membaca ayat: Innallaha ‘indahu ‘ilmus-sa’ah…- Sungguh, ilmu tentang Hari Kiamat hanya pada Allah. Dialah Yang menurunkan hujan, dan tahu apa yang ada dalam rahim. Tiada seorang pun tahu apa yang akan ia peroleh esok; dan tak seorang pun tahu di bumi mana ia akan mati. Sungguh, Allah Maha Tahu, Maha Mengenal (QS 31:34).
Manusia tidak lepas dari dua jenis kehidupan. Pertama, kehidupan fisik, badan, jasad, tubuh. Jika ada yang kurang dalam kehidupan ini, dia akan merasa sakit atau lemah. Karena itu hidup orang yang sakit, sedih, takut miskin, dan hina, berbeda dari kehidupan orang yang sehat sejahtera.
Kedua, kehidupan ruh, yang dengannya dia bisa membedakan antara yang haq dan batil, sesat dan lurus, hawa nafsu dan petunjuk, lalu dia memilih yang haq dan meninggalkan yang batil. Jika hati tidak berfungsi, maka kemampuan untuk membedakan juga tidak bisa berfungsi.
Wahyu Allah swt adalah ruh dan cahaya. Siapa yang mendapat hembusan utusan malaikat dan utusan manusia, dia mendapatkan dua kehidupan. Siapa yang mendapat satu hembusan, dia mendapatkan satu kehidupan.
Allah swt berfirman,
Apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang dalam kegelapan yang karenanya ia tak dapat keluar dari sana? Begitulah terbayang oleh orang kafir memandang indah apa yang mereka lakukan. (QS 6:122).
Allah swt menghimpun cahaya dan kehidupan bagi orang yang beriman kepada Al-Quran, sebagaimana Ia menghimpun kematian dan kegelapan bagi orang yang berpaling dari Kitab-Nya.
Sungguh Al-Quran tak lebih suatu peringatan bagi alam semesta; bagi siapa di antara kamu yang ingin menempuh jalan lurus. Tetapi kamu tidak dapat berkehendak, kecuali jika Allah Tuhan alam semesta menghendaki. (QS 81:27-29).
Banyak dari kalangan jin dan manusia yang Kami siapkan untuk jahanam; mereka mempunyai hati, tidak juga mau menyadari, mereka mempunyai mata, tidak juga mau melihat, dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak juga mau mendengar. Mereka sudah seperti ternak, bahkan lebih sesat lagi, karena mereka sudah lalai. (QS 7:179).
Allah swt mengatur makhluk-Nya antara memberi dan menahan atas dasar hikmah yang tinggi dan sempurna. Allah swt menghimpun petunjuk dengan kelapangan dada dan kehidupan yang baik, menghimpun kesesatan dengan kesesakan di dada dan kehidupan yang sempit.
Siapa yang dikehendaki Allah akan mendapat petunjuk, Ia akan membukakan dadanya menerima Islam; dan siapa yang dikehendaki menjadi sesat Ia akan menyempitkan dan menyesakkan dadanya, seolah ia hendak mendaki langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada mereka yang tiada beriman. (QS 6:125).
Rasulullah saw bersabda, ”Tidak sempurna iman seseorang hingga hawa nafsunya mengikuti ajaran agama yang kubawa.”
Luqman Al-Hakim berpesan kepada anaknya, ”Wahai anakku, bekerjalah untuk duniamu sebatas lama tinggalmu; bekerjalah untuk Allah sekadar kebutuhanmu kepada-Nya; bekerjalah untuk neraka sebatas daya tahanmu terhadap panas apinya; janganlah memohon kecuali kepada yang tidak pernah butuh kepada siapa pun; kalau engkau hendak bermaksiat, carilah tempat yang tak terlihat Allah.” Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah.
Baca tulisan-tulisan Muhammad Chirzin lainnya: Kumpulan Tulisan Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag.
0 Comments