Dakwah ialah kegiatan mengajak dan mengundang umat manusia ke arah kebaikan menuju Allah swt dengan jalan yang bijaksana untuk mencapai kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dakwah adalah proses menghidupkan nilai-nilai Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan yang lebih baik.
Allah swt berpesan dalam Al-Quran,
Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sungguh, Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS 16:125).
Dakwah Islam memberikan pencerahan dan membawa umat memperoleh kearifan atas hal-hal yang dipelajari dan diyakini kebenarannya. Inti gerakan dakwah ialah amar ma’ruf nahi munkar. Allah swt berpesan dalam Al-Quran,
Hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh orang berbuat benar, dan melarang perbuatan mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS 3:104).
Dai niscaya memiliki pengetahun dan wawasan luas tentang Islam, Al-Quran, dan Sunnah Nabi saw; mampu berkomunikasi menggunakan metode sesuai dengan situasi dan kondisi, berakhlakul karimah, memiliki kekuatan, dan daya tarik untuk mempengaruhi serta menggerakkan tingkah laku manusia. Dai memiliki keanggunan nurani dan kemampuan berkomunikasi untuk berbagi pencerahan dan kasih-sayang pada sesama.
Dai memahami fenomena dakwah dalam upaya memberikan solusi atas persoalan umat. Dakwah normatif yaitu pesan dakwah Islam yang bersumber dari Al-Quran dan hadis Nabi saw yang dikaji secara sistematis untuk menangkap pesan moralnya secara utuh. Dakwah historis yaitu realitas dakwah Islam yang berkembang pasca wafatnya Rasulullah saw hingga kini.
Strategi dakwah ialah kepiawaian dai dalam menggunakan metode dan pendekatan untuk melontarkan ide-ide cemerlang guna meraih keberhasilan dengan memahami problematika sasaran dakwah dan mencarikan jalan keluar atas dasar kenyataannya sendiri.
Kualifikasi dai tidak ditentukan oleh kesalehan individual berupa ibadah shalat, puasa, dan haji (hablun minallah) semata, melainkan ditopang oleh kesalehan sosial (hablun minannas) yang dibangun dan dibina terus-menerus.
Peran Nabi Muhammad saw dalam aktivitas dakwah, pertama, sebagai juru dakwah, beliau adalah pribadi yang layak dikagumi dan diteladani. Kesantunan Rasulullah saw merupakan tolok ukur interaksi sosial yang positif di masyarakat. Kedua, sebagai pendidik, Nabi Muhammad saw mampu menciptakan kaderisasi untuk genarasi sesudahnya.
Kunci sukses Rasulullah saw dalam dakwah ialah keteladan dan akhlaknya.
Sungguh, dalam diri Rasulullah kamu mendapatkan teladan yang baik; bagi siapa yang mengharapkan Allah dan hari kemudian, dan yang banyak mengingat Allah. (QS 33:21); Engkau sungguh mempunyai akhlak yang agung. (QS 68:4).
Rasulullah saw benar kata-katanya (sidiq); dapat dipercaya (amanah); menyampaikan kabar kebenaran dan kebaikan (tabligh); cerdas (fathanah) di dalam membaca realitas.
Rasulullah saw menyampaikan pesan dengan saksama.Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari gangguan) manusia. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS 5:67).
Dan jika kamu mendustakan Rasul, maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. Dan kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan agama Allah dengan seterang-terangnya. (QS 29:18).
Rasulullah saw lemah lembut, santun, dan penuh kasih sayang.
Berkat rahmat dari Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Maka apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS 3:159).
Rasulullah saw berdakwah secara bijaksana, sesuai dengan situasi khalayak/auidens, rendah hati, dan tidak sombong, serta penuh tatakrama dalam kata dan gerak-gerik.
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS 31:18).
Para dai niscaya berusaha mewarisi 12 nilai universal, yakni: (1) kedamaian, (2) penghargaan, (3) cinta, (4) toleransi, (5) kejujuran, (6) kerendahan hati, (7) kerja sama, (8) kebahagiaan, (9) tanggung jawab, (10) kesederhanaan, (11) kebebasan, dan (12) persatuan.
Tambahan karakter dan kepribadian para dai, yakni penuh kasih sayang, ketegasan, perhatian, kesediaan, kebajikan, keberanian, kepedulian, keharuan, keingintahuan, kesantunan, kerajinan, kesalehan, kecerdasan, kebijaksanaan, ketabahan, keantusiasan, keluwesan, ketulusan, keriangan, kedermawanan, kelemahlembutan, kebaikan, ketabahan, keuletan, keramahtamahan.
Di samping itu layak ditambahkan karakter berikut, yakni, memiliki jiwa kemanusiaan, persahabatan, keadilan, kesetiaan, kecermatan, keterbukaan, kesatriaan, disiplin, berempati, rasa hormat, kelembutan hati, keteguhan hati, terampil, syukur, suka membantu, pemberi maaf, komitmen, kompetitif, antisipatif, inovatif, inisiatif, produktif, reflektif, kritis, analitis, dan dinamis.
Baca tulisan-tulisan Muhammad Chirzin lainnya: Kumpulan Tulisan Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag.
One Comment