Supremasi Bulutangkis Indonesia

Rentetan sejarah yang sangat panjang membuat bulutangkis menembus batas-batas realitas2 min


1
1 point
gambar: okezone

Tahun 2019 menjadi salah satu tahun terbaik dalam sejarah bulutangkis Indonesia, terutama di sektor ganda putra. Mendominasinya Ahsan/Hendra dkk di berbagai event super series hingga berhasilnya ganda putra menjaga tradisi medali emas di event Sea Games di Filipina lalu semakin mengokohkan posisi Indonesia dalam perebutan gelar juara.

Pencapaian terbaik diperoleh Kevin/Gideon, selain berhasil mengumpulkan delapan gelar bergengsi selama tahun 2019, pemain yang dijuluki “minions” ini berhasil mencatatkan rekor sebagai ganda putra terlama dalam menduduki peringkat satu dunia BWF, melewati rekor ganda putra Korea Selatan Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong  yang bertahan di peringkat satu dunia selama 117 minggu.

Pencapaian luar biasa ini tentu tidak lepas dari kejeniusan pelatih kepala ganda putra Herry IP datau lebih dikenal oleh media internasional dengan nama ‘coach naga api’. Dalam membantu tugasnya, coach Herry dibantu oleh asistennya coach Aryono Miranat.

Kemahiran dan kejeniusan coach Herry IP memoles anak asuhnya tersebut tak lepas dari kejeliannya membaca taktik lawan dan menyusun strategi. Ciri khas bermain ganda putra yang lebih dikenal dengan gaya permainan ‘Indonesian data-style’ atau yang lebih dikenal dengan gaya bermain no lob menjadi salah satu kunci sukses ganda putra memenangi berbagai gelar bergengsi di tahun 2019.

Pemain yang patut diapresiasi di tahun 2019 adalah Ahsan/Hendra, kedisiplinan dan konsistensi mereka di usia yang tak lagi muda, menjadikan pasangan berjuluk ‘the daddies” ini kokoh di peringkat dua dunia yang secara otomatis memastikan Indonesia membawa dua wakil ganda putra di ajang Olimpiade Tokyo 2020 nanti.

Melihat berbagai prestasi yang diperolah para atlet bulutangkis ini, tidak muluk-muluk jika harus menganalogikan posisi Indonesia di bulutangkis sama halnya dengan posisi negara Eropa seperti Jerman dan Belanda dalam sepakbola.

Sejak era kejayaan Liem Swie King, Rudy Hartono, Susi Susanti, Taufik Hidayat hingga masa kejayaan Ahsan/Hendra dkk, bulutangkis adalah cabang olahraga yang paling optimal dan cukup konsisten memberikan berbagai gelar bergengsi.

Ketika menghadapi Indonesia, negara lain tidak hanya penuh waspada tapi juga turut memberikan rasa hormat. Bulu tangkis sendiri mempunyai titik historis yang sangat panjang. Dari ambisi Presiden Soekarno yang ingin membawa cabang olahraga sepakbola dan bulutangkis sebagai bentuk diplomasi internasional hingga dimasukkannya bulutangkis ke dalam kurikulum pendidikan di Indonesia.

Dalam sejarah yang panjang itu, bulutangkis memeluk seluruh elemen masyarakat yang menggemarinya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya di setiap daerah klub bulutangkis yang melatih anak-anak usia sekolah untuk dididik menjadi atlet masa depan.

Selain itu, di berbagai daerah baik kota ataupun desa, tak jarang hall ataupun aula di kantor desa dan kelurahan yang notabene adalah tempat berkumpulnya masyarakat untuk berdiskusi dan berkumpul ditambah fungsi dan kegunaannya menjadi lapangan bulutangkis untuk kegiatan berolahraga masyarakat. Fenomena ini menggambarkan bahwasanya bulutangkis mempunyai tempat tersendiri di kalangan masyarakat.

Seiring berjalannya waktu, bulutangkis membentuk kontruksi sosialnya sendiri, seperti nilai-nilai budaya dan nilai-nilai sportivitas. Kontruksi sosial yang terbentuk secara positif itu membuat bangsa ini berhutang banyak kepada cabang olahraga ini. Rentetan sejarah yang sangat panjang membuat bulutangkis menembus batas-batas realitas.

Jika membaca lebih dalam lagi, kedekatan masyarakat dengan olahraga yang menggunakan bulu angsa sebagai shuttlecock ini dapat dilihat dari katarsis masyarakat Indonesia sendiri. Agus Mulyadi, melalui tulisannya di Mojok.co menulis, “ada dua hal yang menjadi katarsis bagi banyak orang Indonesia di tengah kondisi hidupnya yang sering ruwet itu: musik dan olahraga”.

Olahraga di sini tentu saja selain sepakbola adalah bulutangkis. Dua cabang olahraga yang penggemarnya cukup banyak di sosial media dan dunia nyata.

Pembangunan bulutangkis dari sisi dimensi sumber daya masyarakat  sudah berjalan dengan baik. Audisi yang dilaksanakan setiap tahun untuk mencari bibit penerus atlet profesional masih tetap dilakukan secara konsisten oleh klub-klub besar seperti PB Djarum, PB Jaya Raya, PB Mutiara Cardinal, serta klub besar lainnya.

Di tahun 2019 ini Indonesia menatap kejuaraan akbar empat tahunan Olimpiade Tokyo 2020. Indonesia diharapkan mendulang medali emas dari event akbar ini. Tugas berat tentu saja berada di pundak PBSI dan atlet. Tapi, dari rentetan sejarah yang panjang dan membanggakan ini, membawa medali ke Indonesia bukanlah hal yang tidak mungkin.


Like it? Share with your friends!

1
1 point

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
1
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
1
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
2
Wooow
Keren Keren
5
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Muhammad Imam Rahmatullah
Ketua Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Riau-Yogyakarta (HMPR-Y) 2018-2019 Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta "Bertinju dengan buku dan tulisan"

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals