Berikanlah pengajaran, pendidikan, ketauladanan, dan kasih sayang kepada anak, baik itu kepada anak perempuan maupun anak laki-laki. Anak merupakan kebanggaan sekaligus amanat yang mana orang tua harus berbangga karena dipercaya Allah Swt untuk memegang dan memelihara amanat-Nya. Memiliki anak berarti memiliki berkah dan rahmat yang tercurah dari Allah Swt. Dengan memilikinya banyak keuntungan yang dapat diperoleh orang tua.
Nabi Muhammad Saw bersabda kepada kepada putrinya Fatimah RA: “Wahai Fatimah, tidaklah seorang wanita yang meminyaki rambut kepala anak – anaknya lalu menyisirnya dan mencucikan pakaiannya, melainkan Allah Swt menetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan kepada seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian kepada seribu orang yang telanjang.”
Ali Bin Abi Thalib juga pernah berkata: “7 tahun pertama jadikan anak bak seorang Raja. 7 tahun kedua jadikan anak seperti budak, dan 7 tahun ketiga jadikan anak seperti teman.” Anak adalah investasi masa depan yang semua harapan dan cita-cita orang tua berada dalam genggamannya. Maka, pola hidup sejak dinilah yang menentukan apa semua itu akan terwujud.
Imam Nawawi RA. Mengatakan ada 4 kebaikan yang didapat dari anak, yaitu: dengan meki anak, berarti mengekalkan jenis manusia; Memperoleh cinta Rasulullah Saw dengan memperbanyak umatnya untuk dibanggakan oleh beliau pada hari kiamat; Mendapat keberkahan do’a anak shaleh; Mendapatkan syafaat dengan sebab matinya anak kecil, jika ia meninggal sebelum orang tuanya.
Ja’far bin Muhammad berkata: “Anak-anak perempuan adalah kebaikan. Anak-anak laki-laki adalah kenikmatan. Kebaikan akan berbatas pahala. Sedangkan kenikmatan akan dimintai pertanggungjawabannya.”
Kemudian agama juga merupakan tanggung jawab para orang tua. Sebagaimana Abdullah Bin Umar berkata: “Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.”
Anak merupakan rahasia dari orang tuanya, yang sejak awal perkembangannya berada dalam garis keturunan dari keagamaan orang tuanya. Jika orang tuanya muslim, otomatis anaknya menjadi muslim, dan jika merka kafir maka anaknya akan menjadi kafir pula. Dalam HR. Muslim yang menyatakan bahwa:
كل انسان تلده امه على الفطرة وابواه بعد يهودانه وينصر انه ويمجسانه فان كانا مسلمين فمسلم
“Setiap orang dilahirkan oleh ibunya atas dasar fitrah (potensi dasar untuk beragama), maka setelah itu orang tuanya mendidik menjadi beragama Yahudi dan Nasrani dan Majusi; Jika orang tua keduanya beragama Islam maka anaknya menjadi muslim (pula).”
Anak sebagai makhluk suatu kebulatan dalam pendidikannya, dimana kelakuan anak dibentuk menurut corak kelakuan kelompok atau iklim (suasana) kelompok tempat ia berada, yang mana akan memberikan pengaruh sosial pertama kepada anak di luar keluarga.
Masa sebagai anak senantiasa merupakan fase yang berproses untuk menemukan eksistensi kediriannya secara utuh. Oleh karena itulah diperlukan pihak orang yang telah dewasa untuk membina dan mengarahkan proses penemuan diri bagi anak agar mencapai hasil yang lebih efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam proses ini orang tua sebagi pihak yang bertanggung jawab terhadap anggota keluarga tentu memiliki peran utama dan pengaruh yang kuat dalam pendidikan anaknya di masa kecil. Masa kecil sebagai masa dimana anak hanya bisa meniru dan mencontoh serta meneladami perilaku orang tuanya. Perilaku masa kecil akan tertanam sampai masa dewasa nantinya. Pada masa kecil ini anak lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan terdekatnya yaitu keluarga atau orang tuanya.
Besarnya pengaruh orang tua dan keluarga dalam menentukan keberhasilan pendidikan anak, mengisyaratkan bahwa perhatian dan kesungguhan orang tua dalam mendidik anaknya merupakan prioritas utama dalam pendidikan Islam. Anak yang shaleh yang senantiasa mendo’akan kedua orang tuanya adalah prototype anak yang didambakan oleh setiap muslim. Merupakan kesadaran orang tua menjadikan keshalehan itu harus dipersiapkan dan dididikkan semenjak usia dini.
Anak adalah titipan Allah SWT yang sangat mulia kedudukannya. Penghargaan terhadap anak harus didasarkan kepada kesadaran bahwa anak adalah rahmat Allah SWT yang diamanatkan kepada manusia. Amanah ini wajib dilaksanakan dan dipelihara. Allah SWT telah mengungkapkan tentang kewajiban manusia menunaikan amanah Allah SWT yang dititpkan kepada manusia.
Dalam menjalankan fungsi dan perannya, orang tua selalu mendidik, mengasuh, dan membimbing anak-anak sehingga menghasilkan anak yang berkarakter dan berprestasi. Seperti yang pernah dikatakan oleh Ki Hadjar Dewantara: “Di alam kehidupan seorang anak terdapat alam keluarga, perguruan dan pergerakan atau masyarakat. Oleh sebab itulah, keluarga melalui pendidikan yang diberikan orang tua menjadi komponen paling penting untuk menghasilkan anak yang berkarakter dan berprestasi.”
Keluarga adalah tempat di mana kehidupan dimulai dan cinta yang tidak pernah berakhir. Keluarga berkewajiban mengajarkan akhlak kepada anak, seperti kejujuran, keikhlasan, kesabaran, kasih sayang, pemurah, pemaaf, penolong, bersahaja dan sebagainya. Mendekatlah kepada anak, curahkan semua perhatian dan cinta kasih kepada mereka, ajak dan ajarkanlah mereka berbicara, kemudian berikan mereka kebaikan dan pemahaman yang bermanfaat. Ajarkanlah merka Al-Qur’an, maka Al Qur’an akan mengajarkan segalanya kepada mereka.
Ajarkan anak sikap Qana’ah dan selalu bersyukur, serta pandangan positif agar dapat menghadapi segala ujian dari Allah SWT dengan penuh kesabaran yang disertai dengan sikap pemberani, bertanggungjawab, suka menolong, dapat mengendalikan amarah, mandiri, ajari anak membaca surat Al-Fatihah yang mana ia akan terus membacanya dalam setiap shalatnya selama hidupnya dan akan menjadikan amal jariyah kepada orang tuanya kelak yang diiringi dengan pahala yang berlipat ganda.
0 Comments