Berdamai dengan Sastra Sukmawati

"Sebagai sebuah karya sastra yang erat dengan satir-satir sindiran tertentu, puisi adalah medium yang unik..."2 min


9
6 shares, 9 points
Foto: Garin Gustavian/kumparan

Belum lama ini beredar luas teks puisi Sukmawati melalui berbagai level media mulai dari media sosial dari individu ke individu lainnya, hingga media masa kaliber nasional. Sebagai sebuah karya sastra yang erat dengan satir-satir sindiran tertentu, puisi adalah medium yang unik dan tidak selalu bisa menggambarkan maksud sesungguhnya dari sang empunya.

Remy Sylado misalkan, dengan puisi belingnya, ia seringkali berhasil mengalihkan sudut pandang pembaca hingga 180 derajat dari alam pikiran sebelumnya. Selalu saja bait terakhir menjadi senjata dalam meletakkan titik balik yang mengantarkan maksud penulis.

Tentang kasus puisi Sukmawati, puisi yang diwakannya dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya tersebut masih bisa dianalisa dan didiskusikan lebih proporsional dan berimbang. Hal ini mengingatkan publik pada sekitar era 90-an tentang statement Gus Dur tau Abdurrahman Wahid yang cukup kontroversial yakni “Tuhan Tidak Perlu Dibela”. Statement ini akhirnya menjadi sebuah buku yang diterbitkan oleh LKiS Yogyakarta.

Awalnya publik merasa kebakaran jenggot atas statement Gus Dur tersebut, namun publik pada akhirnya juga tidak bisa membantah ketika muncul statement berikutnya bahwa “Tuhan telah hebat dengan Dirinya, mana mungkin manusia yang lemah mampu membela Tuhan.” Begitulah, selalu ada makna yang tidak tersurat yang sengaja disimpan di balik sebuah teks.

Bagi pembaca yang kurang berimbang atau terlanjur terintervensi oleh leksikal yang tersurat, maka bagaimanapun Sukmawati tetap bersalah sebagai penista agama. Jika benar bahwa Sukmawati hanya menggunakan bahasa kiasan, maka pembaca mengalami missoriented yang itu artinya komunikasi melalui media tersebut gagal difahami.

Dalam sebuah media komunikasi yang disebut bahasa, terdapat tiga instrument untuk menemukan makna. Tiga instrument tersebut adalah Penulis (Author) yang menyampaikan pesan, Teks (Text) yang menjadi medium, serta Pembaca (Reader) yang menerima informasi. Ketiga isntrumen tersebut sering disebut dengan lingkar hermeneutik. Melalui klarifikasi ketiga instrument tersebutlah seseorang baru berhak menyatakan telah berupaya menelusuri makna secara komprehensif. Dari ketiga instrument tersebut, author adalah yang paling tahu tentang makna. Dari author pulalah makna yang dikehendaki muncul sebagai sebuah ide.

Saat Sukmawati menyampaikan bahwa “kidung Ibu Indonesia lebih indah dari azan mu” maka dari terma “azan mu” publik yang jujur akan memahami bahwa Sukmawati bisa saja sedang melempar kritik kepada kelompok tertentu, buka sedang mengkritik azannya. Artinya menurut Sukmawati, ada nih kelompok yang ritualnya seperti orang Islam tapi perilaku atau hatinya tidak mencerminkan nilai-nilai luhur Islam yang juga menghargai aspek budaya.

Di luar diskusi sastra, bagaimanapun karya sukmawati perlu dikritik. Tidak selalu yang benar itu tepat untuk disampaikan. Namun dalam menyampaikan kebenaran, perlu pula diperhitungkan aspek etika dan estetika. Perlu pula dipertimbangkan manfaat dan gunanya. Selain juga perlu ditakar dampak dan konsekuensi dari kebenaran yang akan disampaikan. Apakah hal itu akan menyinggung perasaan orang lain atau hal itu punya konsekuensi yang akan berhadapan dengan kekuatan hukum.

Konteks menjadi perlu untuk diperhitungkan dalam menampilkan perasaan. Kata-kata yang muncul ke permukaan melalui bahasa harus dikemas dengan menilik situasi dan kondisi. Mulai dari sudut pandang politik, sosial, ekonomi, hingga agama dan kepercayaan.


Like it? Share with your friends!

9
6 shares, 9 points

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
4
Cakep
Kesal Kesal
1
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
10
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
3
Wooow
Keren Keren
7
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Muhammad Barir
Muhammad Barir, S.Th.I., M.Ag. adalah redaktur Artikula.id. Ia telah menulis beberapa karya, diantaranya adalah buku Tradisi Al Quran di Pesisir.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals