Wajah baru pendidikan Indonesia nampak sejak pelantikan kabinet Indonesia maju dalam pemerintahan Presiden Jokowi yang kedua tanggal 23 Oktober 2019. Hal tersebut setidaknya terlihat dari tampilnya tokoh muda yang menjadi Menteri Pendidikan Kebudayaan dan Pendidikan Tinggi (Mendikbuddikti). Sebuah kementerian baru gabungan dua kementerian yang sebelumnya dijabat dua orang professor atau guru besar.
Tokoh muda yang ditunjuk oleh Presiden itu dilahirkan tahun 1984, yang dipercaya mampu merubah mutu pendidikan Indonesia. Adalah Nadiem Makarim, pendiri sekaligus CEO Gojek.
Sosok milenial tersebut dalam hari guru nasional membuat gebrakan yang berbeda dari para pendahulunya. Gebrakan itu terlihat dalam teks pidato hari guru yang ditulis Nadiem.
Sebuah peringatan yang selalu dilakukan setiap tahunnya oleh seluruh guru di Indonesia, tepat pada 25 November. Di hari tersebut seluruh kegiatan belajar-mengajar bahkan diliburkan.
Hal ini bentuk penghargaan pemerintah atas jasa guru dalam tugas-tugasnya.
Sejarahnya, pada tanggal tersebutlah organisasi Perhimpunan Guru Hindia Belanda (PGHB) berubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) di masa Jepang dan kemudian setelah kemerdekaan RI menjadi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Sehingga, 25 November 1945 ditetapkan sebagai hari bersejarah dalam pembentukan wadah guru Indonesia.
Atas peristiwa di atas tepatnya 100 hari setelah kemerdekaan Indonesia. Nama persaudaraan perhimpunan telah berubah baik di masa penjajahan Belanda maupun Jepang. PGRI merupakan nama baru yang disepakati pasa kongres di Surakarta.
Setelah merdeka, nama organisasi perhimpunan guru dikenal dengan PGRI. Atas dasar itulah, peristiwa tersebut ditetapkan menjadi hari guru nasional Indonesia.
Selain Indonesia, ada beberapa negara lain yang juga memperingati hal serupa, misalnya, Singapura diperingati tiap 1 September dan Rusia setiap 5 Oktober. Indonesia sendiri baru dimulai tahun 1994 atau setelah 49 tahun perjalanan Indonesia merdeka. Hal tersebut termaktub dalam Keputusan Presiden No. 78 tahun 1994.
Guru sebagai profesi yang mulia menjadi bagian penting bagi perkembangan generasi baru di Indonesia. Karenanya, guru selalu diharapkan mampu memberikan yang terbaik bagi anak didiknya. Apa yang didapat oleh siswa dari gurunya tidak saja pengetahuan atau yang dikenal hard skill melainkan pula dimensi lain seperti soft skill, yang terkait dengan aspek moral seperti, kejujuran, tanggung jawab, dan nilai-nilai kebaikan (yang selaras dengan kultur masyarakat Indonesia).
Namun, fenomena guru sekarang, lebih memperlihatkan aktivitas birokratis ketimbang misi utamanya, mendidik. Fokus tenaga pendidik habis terkuras oleh hal-hal administratif.
Seorang guru merupakan sosok tenaga pendidik profesional, mulai dari hal mendidik, membimbing, melatih, dan memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik.
Tugas menggembleng masa depan generasi bangsa tersebut merupakan tugas sulit bagi seorang pendidik, sekaligus tugas mulia.
Kenyataan di atas menjadikan pendidikan yang berkembang di Indonesia kurang maksimal dalam menghasilkan generasi bangsa yang prima dan mandiri. Hal tersebut mengharuskan guru untuk merubah tatanan ke arah yang lebih kreatif dan inovatif.
Atas fenomena di atas, sosok menteri muda dalam pidato hari guru nasional mengintruksikan pentingnya perubahan paradigma dan sekaligus implementasinya. Beliau mengharapkan perubahan dengan memulai dari guru dan bukan dari birokrasi yang memakan waktu lama.
Guru yang mulia adalah guru yang mampu mengelola kelas dengan baik dan mampu menjadikan muridnya sukses. Untuk itulah diperlukan perubahan paradigma. Genderang perubahan tersebut sekarang ditabuh oleh mentreri muda tersebut dengan intruksi tepat di hari guru tahun 2019.
Kegiatan sederhana yang dilakukan oleh guru adalah dengan cara mengajak anak-anak di kelas untuk berdiskusi, bukan hanya mendengar saja. Selain itu, guru harus memberikan anak didiknya kesempatan mengajar di kelas.
Selain itu, guru harus mampu membuat proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas. Yang terpenting, seorang guru juga harus mampu menemukan bakat dalam diri murid yang ada baik yang masih kurang percaya diri atau yang lainnya. Selain itu juga diperlukan sinergisitas sesama guru untuk menciptakan inovasi dalam pembelajaran.
Intruksi di atas merupakan ikhtiar perubahan dalam dunia pendidikan Indonesia. Perubahan ini menjadi bagian terpenting dalam kehidupan yang terus berubah. Harapan baru ini harus didukung oleh seluruh guru yang berada di PGRI sehingga mampu mewujudkan pendidikan yang terus maju dan berkembang dari segi kualitas.
Perubahan ini juga mensyaratkan adanya perubahan pada setiap guru sehingga mampu menghasilkan output yang kompetitif di tataran global dan mampu menjadi perekat di antara komponen bangsa.
One Comment