Berkat rahmat Allah Swt dan karunia-Nya kita dapat menjalani bulan Ramadhan tahun 1439 H dengan berpuasa, shalat tarawih, tadarus Al-Qur’an, i’tikaf, shadaqah dan kebajikan-kebajikan lainnya. Allah Swt mendidik kita dengan puasa agar kita merdeka dari penjajahan hawa nafsu dan menjadi orang-orang yang mulia. Inna akramakum ‘indallahi atqakum. (Q.S. 49:13).
Ibadah puasa mengolah jiwa, mencerahkan rohani, dan meningkatkan mutu aqidah, ibadah, mu’amalah dan akhlaq. Puasa menyuburkan iman di dalam dada dan mendorong orang beriman untuk giat bekerja; bermu’amalah dengan sesama secara benar, amanah, tepo-seliro, santun, ikhlas, dan jujur, serta adil.
Takwa mengandung sikap sabar, tawakal, cinta, dan kasih, serta ridha. Takwa memelihara diri dari maksiat kepada Allah Swt dan berbuat buruk kepada makhluk-Nya. Allah Swt berpesan dalam Al-Qur’an,
Wahai orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan takwa yang sesungguhnya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam Islam; dan berpegang teguhlah pada tali Allah dan jangan berpecah-belah… (Q.S. 3:102-103).
Dalam ayat yang lain Allah Swt berpesan,
Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul jika mengajak kamu kepada yang memberi kamu kehidupan; ketahuilah bahwa Allah berada antara manusia dan hatinya, dan bahwa kepada-Nya kamu akan dihimpun kembali. (Q.S. 8:24).
Manusia beriman mempunyai dua dimensi hubungan yang harus selalu dipelihara dan dilaksanakan, yakni hubungan dengan Allah Swt melalui shalat dan ibadah-ibadah lainnya, dan hubungan dengan sesama manusia untuk memperoleh kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat.
Setiap orang mendambakan kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Rasulullah saw pun memberikan panduan dengan bersabda, “Man aradaddunya fa ‘alaihi bil ‘ilmi wa man aradal akhirata fa ‘alaihi bil ‘ilmi wa man aradahuma fa ‘alaihi bil ‘ilmi – Siapa yang menginginkan kebaikan hidup di dunia, maka dengan ilmu. Siapa yang menginginkan kebaikan hidup di akhirat, maka dengan ilmu. Siapa yang menginginkan kebaikan hidup di dunia dan akhirat, maka dengan ilmu.”
Allah Swt adalah tujuan pencarian. Setiap amal yang tidak dimaksudkan karena Allah Swt akan hilang sia-sia. Setiap hati yang tidak dihubungkan dengan-Nya penuh penderitaan. Semua manusia akan binasa, kecuali yang berilmu; semua yang berilmu akan binasa, kecuali yang beramal; semua yang beramal akan binasa kecuali yang ikhlas.
Orang beriman yakin akan adanya dua dimensi kehidupan: kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Setiap orang mendambakan kehidupan yang baik dan penuh kebahagiaan pada keduanya. Untuk itu Allah Swt menuntunkan doa yang paling indah dan sempurna dalam Al-Qur’an,
Ya Tuhan pemelihara kami, anugerahilah kami segala yang baik di dunia, dan segala yang baik di akhirat, serta peliharalah kami dari azab neraka. (Q.S. 2:201).
Allah Swt telah menganugerahkan nikmat yang melimpah dalam kehidupan kita, sebagaimana tertera dalam Q.S. Adh-Dhuha,
(1) Demi waktu dhuha. (2) Dan demi malam apabila hening. (3) Tuhanmu tidak meninggalkan kamu dan tidak pula membencimu. (4) Sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu daripada dunia. (5) Kelak di hari kemudian Tuhanmu pasti memberimu aneka karunia kepadamu sehingga kamu puas. (6) Bukankah Dia mendapatimu seorang yatim, lalu Dia melindungimu? (7) Dia mendapatimu seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk? (8) Dia mendapatimu seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan? (9) Maka, terhadap anak yatim janganlah berlaku sewenang-wenang. (10) Terhadap peminta, janganlah menghardik. (11) Adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka sebarkanlah. (Q.S. 93:1-11).
Bagaimana sikap kita menghadapi hari-hari yang akan datang? Allah Swt berpesan dalam surat berikutnya, yakni Al-Insyirah,
(1) Bukankah Kami telah melapangkan dadamu? (2) Kami tanggalkan bebanmu; (3) Yang memberatkan punggungmu? (4) Dan Kami tinggikan sebutan namamu? (5) Sungguh, bersama kesulitan ada kemudahan, (6) Sungguh, bersama kesulitan ada kemudahan. (7) Maka, apabila engkau telah selesai dari suatu urusan, bekerjalah dengan sungguh-sungguh, (8) Hanya kepada Tuhanmu hendaknya engkau berharap pertolongan. (Q.S. 94:1-8).
Kebahagiaan adalah dambaan setiap manusia. Apa hakikat kebahagiaan dan bagaimana cara menggapainya? Orang-orang bijak berkata,
“Nikmatilah kebahagiaan dari hal-hal yang sederhana.”
“Orang yang tidak merasa bahagia dengan yang sedikit, selamanya tidak akan menemukan kebahagiaan.”
“Kebahagiaan hidup yang sebenarnya adalah hidup dengan rendah hati.”
“Kebahagiaan dirasakan oleh orang-orang yang bisa merasa puas terhadap diri sendiri.”
“Orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri tidak akan mengalami kebahagiaan dalam hidupnya.”
“Kebahagiaan haruslah diperjuangkan, bukan dengan mengeluh, meminta belas kasihan orang lain, atau dengan pasrah kepada nasib.”
“Untuk mencapai kebahagiaan, hiduplah sederhana dan pandai mengatur pengeluaran uang.”
“Kesehatan masyarakat adalah dasar kebahagiaan dan kesanggupan mereka untuk mempertahankan negara.”
“Berbahagialah orang yang menemukan pekerjaan sesuai dengan bakatnya; ia tidak perlu lagi mencari dan mengejar kebahagiaan lain.”
“Kebahagiaan tak mungkin terwujud tanpa dukungan ketabahan.”
“Raja ataupun petani akan merasa bahagia bila mendapat kedamaian dalam rumah tangganya.”
“Keadilan, kebenaran, dan kebebasan, itulah pangkal kebahagiaan.”
“Kebahagiaan adalah keharmonisan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan.”
“Perkawinan yang bahagia adalah sebuah gedung yang setiap hari harus dibangun kembali.”
“Tanpa cinta, engkau tak akan merasa bahagia.”
“Anjurkanlah kepada anak-anak supaya berkelakuan baik; hanya itulah yang dapat menimbulkan kebahagiaan pada mereka, bukan emas atau harta kekayaan.”
“Jalan menuju kebahagiaan: bebaskan hatimu dari rasa dendam dan rasa takut; hidup sederhana, sedikit berharap, banyak memberi; isilah penuh harapanmu dengan kasih sayang; pancarkanlah cahaya matahari; lupakanlah dirimu sendiri dan ingatlah orang lain; perlakukanlah sesama manusia seperti engkau ingin diperlakukan.”
“Berbahagialah atas apa yang kaudapat hari ini dan berusahalah serta mohonlah kepada Tuhan untuk kebaikan hari esok.” (Nabi Muhammad saw).
Sungguh mengherankan, bila kita mengenal Allah Swt tetapi tidak mencintai-Nya; bila mendengar ajakan kebaikan tidak segera memperkenankannya; bila mengetahui kadar keberuntungan berniaga dengan Allah lalu berjual beli dengan selain-Nya; bila mengetahui betapa besar siksa Allah Swt lalu mengundang murka-Nya.
Tak ada baiknya ucapan tanpa pengamalan, pengetahuan tanpa ketakwaan, sedekah tanpa ketulusan, dan kekayaan tanpa kedermawanan. Hati hidup dengan hidayah, mati dengan kesesatan; sehat dengan kesucian, sakit dengan ketergantungan; jaga dengan dzikir, dan tidur dengan kelengahan.
Siapa yang bertakwa dilindungi Allah, siapa yang bertawakal dicukupkan kebutuhannya, siapa yang bersyukur ditambah rezekinya, dan siapa yang bersedekah dilipatgandakan balasannya.
Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang melepaskan seorang muslim dari kesusahan dunia, niscaya Allah melepaskannya dari kesusahan pada hari kiamat; siapa memudahkan seseorang yang mengalami kesusahan, niscaya Allah Swt memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan siapa menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah Swt menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah Swt senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya.” (H.R. Muslim).
Mari kita tingkatkan iman, ilmu, dan amal; songsong masa depan dengan tawakal, hingga kembali ke hadirat Allah Swt dalam suasana radhiyatan mardhiyyah; rela hati dan diridhai.
0 Comments