Pengetahuan bagi lembaga pendidikan merupakan aset intelektual yang paling berharga, dan lembaga pendidikan merupakan tempat untuk memproduksi pengetahuan sekaligus sebagai distributornya. Pengetahuan akan memberi dampak pada dunia secara global kalau ada sistem pengelolan yang terpadu dan terintegrasi.
Perubahan dunia global saat ini menunjukkan bahwa sumber ekonomi bukan lagi dalam bentuk money capital atau sumber daya alam, tetapi sudah mengarah pada knowledge capital. Pengetahuan memegang peranan penting dalam perubahan peradaban suatu negara, oleh karena itu institusi pengetahuan harus mampu mengelolanya.
Pengetahuan tacit atau pengetahuan yang dimiliki Individu yang tersimpan pada pikirannya yang didapatkan bertahun-tahuan sebagai pelaku pengetahuan harus mampu dikonversikan menjadi pengetahuan explisit (diungkapkan). Sehingga pengetahuan tidak hanya berhenti pada diri sendiri, tetapi dapat diungkapkan dalam bentuk dokumen dan data base berupa karya ilmiah baik cetak maupun elektronik (digital).
Publikasi karya ilmiah merupakan parameter diakuinya eksistensi lembaga pendidikan dan eksistensi negara di dunia Internasional, karena publikasi ilmiah menjadi ruh dari keberlangsungan ilmu pengetahuan. Data yang dirilis Thomson Reuters/ISI Web of Science bahwa, pada tahun 2015 Indonesia mempunyai 6643 publikasi karya ilmiah.
Indonesia menempati urutan 10 dari negara-negara Islam seperti Turki, Iran, Malaysia, Mesir, Saudi Arabia, Pakistan, Tunisia, Maroko, dan al-Jazair. Indonesia berada di bawah negara tetangga yaitu Malaysia yang menempati urutan ketiga dengan mempunyai Publikasi Ilmiah sejumlah 34141.
Sedangkan untuk produktifitas publikasi karya ilmiah negara Muslim di web Scopus, menggambarkan bahwa negera-negara Muslim masih berada di bawah negera-negara non Muslim seperti: Amerika, Australia, Jepang, Inggris, Prancis, China, Kanada dan lain-lain. Negara Muslim yang paling tinggi produktifitasnya seperti Turki hanya menempati urutan ke 20, dan untuk Indonesia sendiri berada diurutan 52 dengan jumlah dokumen 75220 dengan jumlah sitasi sebanyak 466289.
Publikasi karya ilmiah tidak bisa dilepaskan dari sistem pengelolaan pengetahuan di lembaga pendidikan. Perguruan Tinggi Islam khusunya, perlu untuk melakukan terobosan dalam melakukan pengelolaan pengetahuan. Realitas pengelolaan pengetahuan di Perguruan Tinggi Islam, yaitu meliputi: produksi, penyimpanan dan distribusi. Produksi pengetahuan dihasilkan dari penelitian, pengabdian masyarakat, konsorsium keilmuan, diskusi ilmiah, seminar, workshop dan lain-lain yang dilakukan oleh para pelaku pengetahuan.
Penyimpanan pengetahuan dilakukan melalui cetak seperti penerbitan jurnal, prosiding, majalah, buletin, dan lain-lain yang dapat ditemukan di perpustakaan. Penyimpanan melalui elekronik yaitu melalui online journal system (OJS), repositori dan website, sedangkan distribusi pengetahuan juga dilakukan melalui cetak dan elektronik serta lisan seperti melalui konsorsium keilmuan, perkuliahan, seminar, diskusi ilmiah dan lain-lain.
Sementara ini relaitas di lapangan, publikasi karya ilmiah di Perguruan Tinggi Islam hanya terbatas pada hasil penelitian, sedangakan untuk pengabdian masyarakat dan konsorsium keilmuan belum dipublikasikan. Tidak semua hasil penelitian bisa menjadi karya ilmiah yang dipublikasikan, karena masih banyak hasil penelitian yang hanya berhenti pada laporan institusi.
Sebagai contoh Perguruan Tinggi Islam yang sudah lama berdiri seperti UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mempunyai koleksi repositori 26877 karya ilmiah. Rangking Websitenya di Dunia yaitu menempati urutan ke 4183, di Asia menempati urutan ke 1583, di Asia Tenggara urutan ke 141, sedangkan di Indonesia pada urutan ke 45, masih berada di bawah Perguruan Tinggi lainnya. UIN Sunan Kalijaga menjadi representasi realitas pengelolaan pengetahuan Perguruan Tinggi Islam di Indonesia yang dinilai masih kurang.
Pengetahuan di era digital dapat dijumpai dan diakses di mana saja, maka lembaga pendidikan harus mampu memberikan layanan pengetahuan kepada masyarakat melalui media internet. Distribusi pengetahuan di era digital tidak hanya terbatas pada transfer pengetahuan di dalam kelas, ruang diskusi dan seminar, tetapi dapat dilakukan melalui berbagai macam media seperti: repositori, website, jurnal online dan lain-lain.
Layanan media internet hanya meningkatkan produktifitas bermedia sosial seperti: Facebook, Youtube, Twitter, Instagram dan Whatshapp yang contennya lebih didominasi oleh berita, hiburan, ekonomi dan politik. Media internet belum mampu menjadi agen distribusi pengetahuan ilmiah, kunjungan-kunjungan ke website ilmu pengetahuan masih lemah dibandingkan dengan negara-negara lain.
Minat masyarakat untuk mengunjungi gudang-gudang pengetahuan yang ada wibsite lembaga pendidikan masih rendah, hal ini disebakan karena semangat berpengatahuan yang rendah dan kurangnya layanan penyediaan pengetahuan. Sebaliknya kampus-kampus sebagai pelopor pengetahuan juga belum masifuntuk mengunjungi gudang online pengetahuannya.
Perlu adanya dorongan dari berbagai pihak untuk meningkatkan produktifitas dan kosumsi karya ilmiah sebagai wujud kepedulian kita terhadap perkembangan pengetahuan. Semoga dengan adanya aplikasi portal Morabase dan Moraref oleh Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI, diharapakan mampu meningkatkan reproduksi pengetahuan khususnya di Perguruan Tinggi Islam sebagai ikhtiar solutip atas keprihatinan terhadap lemahnya pengelolaan pengetahuan.
0 Comments