Uberman dicitrakan teramat dalam benaknya
Kompleksitas kesempurnaan dalam genggam pendefinisiannya
Hampir tak ada jejak bekas luka kemanusiaannya
Kian nampak, hanya sejuta kebaikan yang diusungnya
Nir celah teruntuk dihardik barang sebersit lirikan mata
Sebab hadirnya ibarat dahaga di musim kemarau melilit nyata
Tergambar jelas, penantian panjang penuh harapan terukir di muka
Pun pelupuk kuncup Sakura dirayu mekar menghiasi rimbunan senja
Ah, selilit prasangka kian kambuh menaruh curiga
Mengimbuh tanda Tanya besar yang menjadi benalu di tempurung kepala
Selalu saja menarik ruang dalam ocehan yang menggila
Cibir sini-sana tanpa menghela nafas yang berirama
Mungkinkah mereka lupa akan bhinneka tunggal ika?
Hingga sampai hati bermain api dengan tetangga
Membual serentet ketidakpuasan dalam segenap perkara
Atau bahkan itu hanya nyingiran bentuk ketidakberpihakannya
Aneh, memang adanya
Ego eklusivitas erat dirangkulnya
Pun sumpah-serapah janji terasa kenyang baginya
Mengakrabi pihak sini menjadikan lawan bullian di pihak sana
Berkaca mata kuda keahliannya
Menunggang gentingnya persoalan ‘umat’ kepiawainnya
Menebar stigmatif nasab asupan gizi kebutuhannya
Mengorek borok setiap waktu menjadi hobinya
Tugas barunya, cukup lantang menafikan dan memukul rata
Sekalipun pengakuan telah sirna terkurung tanda kutip nan penuh sia-sia
Di matanya, tak ada secuilpun bakti nyata jasa yang mengena
Pun sekadar tak pernah cukup yang terlontar dalam umpatnya
Ketus menggigil mendengarnya
Gerangan siapakah mereka?
Jika pada akhirnya hanya labelitas sesaat meruntut euphoria
Hilang sudah paham demokrasi dalam dirinya
Beriring lenyap azas kemanusiaan adil dan beradab, falasafah hidupnya
0 Comments