Tebar Manfaat Hapuskan Ujaran Kebencian

Ujaran kebencian merajalela terutama di media sosial, ulama dicela, pemimpin dicaci, orang lain dituduh sesat, dituduh penyebar bid’ah dan mengkafirkan.2 min


3
21 shares, 3 points
Sumber gambar: detik.com

Lidah bisa lebih tajam dari pedang, orang terluka oleh pedang memiliki banyak tempat untuk berobat. Jika hati terluka, tidak mudah untuk sembuh. Islam mengajarkan agar saling mengingatkan bahwa, jika tak mampu berkata baik, lebih baik diam.

Kalimat tersebut merupakan hadis Nabi saw dalam kitab Sahih al-Bukhary (buku hadis dinilai paling sahih oleh ulama hadis), bab tentang bagaimana beriman kepada Allah dan Hari akhir, Juz 8 halaman 11. Arti lengkap sanad dan matannya sebagai berikut, Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Abu Al Ahwash dari Abu Hashin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia berkata baik atau diam. Hadis itu juga diriwayatkan oleh imam Muslim, dan imam Abu Daud.

Abul Qasim Al- Qusyairi Rahimahullah mengatakan bahwa diam demi kedamaian adalah hal yang menjadi dasar, diam pada waktunya adalah sifat kesatria, sebagaimana bicara pada waktu yang tepat merupakan perangai mulia.

Hadis diatas merupakan hal penting dibaca, dimengerti dan difahami, terutama untuk menghadapi berbagai persoalan beragama, berbangsa dan bernegara.

Berkata baik sebagai warga beragama, berbangsa dan bernegara, lebih tepat dimaknai berkata benar dan tepat, berkata harus memiliki referensi tepat, tidak langsung serobot jika mendengar peristiwa, harus tabayyun dan menguasai topik pembicaraan. Berkata-kata tidak saling menyakiti sesama, lisan menembus yang tidak mampu ditembus oleh jarum.Hikmah orang bijak bahwa jika pedang melukai tubuh masih ada obat untuk sembuh, jika lisan melukai hati kemana obat hendak dicari. Lidah tak bertulang berbahaya dan menimbulkan hal yang sangat besar. Dari itu jaga lisan, jangan sampai menyakiti hati sesama.

Ujaran kebencian merajalela

Indonesia dilanda krisis berkata-kata baik, di dunia nyata dan media sosial. Ujaran kebencian merajalela terutama di media sosial, ulama dicela, pemimpin dicaci, orang lain dituduh sesat, dituduh penyebar bid’ah dan mengkafirkan. Peristiwa tersebut memprihatinkan, pemahaman agama dan nilai-nilai kebangsaan mulai terkikis karena melupakan jati diri sebagai bangsa bermoral dan beragama. Bangsa Indonesia memiliki nilai kearifan, ramah dan saling menghormati sesama. Beragam suku, agama dan budaya menjadi sebuah keharusan untuk rukun dan damai.

Di media sosial memprihatinkan saat keburukan disebarluaskan. Pendapat saling meyalahkan orang lain, merasa paling benar dari siapapun. Kasus orang awam menyalahkan cendikiawan lulusan Doktor al-Azhar Cairo Mesir yang telah banyak membaca kitab, banyak menulis buku bahkan merupakan keturunan Rasulullah saw. Dimedia sosial Pencaci umara’ (pemimpin, presiden) bermunculan. Slogan “Ganti Presiden” tersebar dimana-mana (baju, demo, status dimedia sosial). Hal tersebut wajar-wajar saja, namun salah ketika slogan itu beriringan dengan cacian dan hinaan. Jika ingin mengganti presiden, sharusnya berkampanye sesuai dengan aturan yang berlaku, santun dan damai terhadap siapapun. Jika waktu pemilihan, harus datang ke TPS memilih presiden pilihan pada tahun 2019 mendatang.

Berargumentasi itu hak setiap orang, kapan pun dan dimanapun berhak dikeluarkan, namun dalam hidup berbangsa dan bernegara memiliki aturan yang berlaku.

Pesan Ulama

Syekh Ali Jum’ah berpendapat bahwa “kandungan Alquran dan Hadis dalam agama Islam 95% tentang wahyu dan hidayah untuk membangun aqidah, akhlak, paradigma dan cara pandang seorang muslim. 5% sisanya tentang hukum, ulama mampu membahas sekitar 1.200.000 masalah hukum pada kitab fikih, sekitar 100 masalah populer diperdebatkan tentang perbedaan pendapat dan kefanatikan. Berarti menjadi pertentangan hanya 1% dalam Islam, para pengkaji lupa 99 persen lainnya. Jika manusia mengetahui dan memahami cara berIslam sesungguhnya, tidak akan ada yang lambat untuk memeluk dan mengakui ajaran Islam”.

Hikmah dari pesan syekh Ali Jum’ah bahwa masih banyak ajaran Islam jarang dikaji bahkan diabaikan. Akibat dari fanatisme guru dan bacaan, merasa hanya gurunya yang benar orang lain salah. Hanya kelompoknya benar, kelompok yang lain salah. Ada yang memiliki pandangan bahwa syariat lebih utama dari akhlak. Pegangan dalam hidup berdampingan akhlak lebih utama dibandingkan syariat. Wilayah ushuliyyahwajib bersatu, pada wilayah furu’iyyah tidak mengapa berbeda.

Ujaran mengandung kebencian harus diubah menjadi ujaran mengandung senang hati. Hal yang dimaksud jika tak senang terhadap suasana di sekitar minimal koreksi diri, untuk menyajikan hal-hal bermanfaat. Tidak berujar sesuatu melibatkan kebencian, prasangka negatif dan saling mencaci. Berbenah agar menyebarkan manfaat kepada orang lain, sebagaimana ajaran luhur bahwa manusia terbaik itu adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.


Like it? Share with your friends!

3
21 shares, 3 points

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
2
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
3
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
2
Wooow
Keren Keren
2
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Muhammad Asriady
Muhammad Asriady, S.Hd., M.Th.I. adalah penulis buku Sepercik Inspirasi untuk Nurani. Ia sekarang menjabat sebagai Ketua Dewan Mahasiswa Pascasarjana UIN Alaudin Makassar periode 2016-2018.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals