Maulid Nabi: Hadirnya Nabi Muhammad Sebagai Simbol Kehormatan Perempuan

Muhammad pembawa panji kehormatan bagi perempuan2 min


1

Muhammad pembawa panji kehormatan manusia. Peringatan maulid nabi bukan hanya sebagai simbol kelahiran seorang nabi panutan umat Islam. Nabi Muhammad dilahirkan untuk memperbaiki akhlak manusia.

Lahir dari seorang keluarga bangsawan tidak membawanya terbelenggu dalam arogansi strata sosial. Allah sudah membersihkan jiwanya dari segala keburukan. Hanya akhlak mulia yang tertanam kuat dalam dirinya. Al-Qur’an telah mengabadikannya, yakni

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab: 21)

Al-Qur’an bukan hanya mengabadikan tentang bagiamana akhlak Nabi Muhammad, akan tetapi sebagai umat Islam, kita patut untuk meneladani akhlaknya dan spirit perjuangannya yang perlu diaktualisasikan hingga saat ini.

Salah satu perjuangannya yang harus diteladani adalah bagaimana ia hadir bukan hanya sebagai pembawa rahmat untuk umat Islam secara umum, namun rahmatnya juga secara eksplisit terkhusus kepada para perempuan yang kala itu mengalami ketertindasan yang begitu menjijikkan dari konstruk budaya patriarkhi.

Nabi Muhammad membawa angin segar terhadap perempuan. Fungsinya diturunkan dan dinobatkan sebagi nabi pembawa risalah terhadap seluruh alam,

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. al-Anbiya’: 107)

Rahmat disini juga wujudnya adalah rahmat kepada perempuan. Perempuan dalam sejarahnya dipandang manusia kelas kedua, manusia yang diciptakan hanya sebagai pelengkap belaka. Akan tetapi, hadirnya Nabi Muhammad membawa angin segar dalam kehidupan para perempuan.

Perempuan yang dulu tugasnya hanya ruang domestik dan dalam ruang domestik pun mereka tidak mempunyai kuasa atas hak pribadinya menjadi perempuan yang derajatnya memiliki kehormatan di mata laki-laki dan konsep strata sosial. Nabi Muhammad merubah paradigma dehumanisasi dan tindak diskriminasi menjadi masyarakat yang mencoba menghormati hak perempuan sebagai makhluk ciptaaan Tuhan.

Nabi Muhammad melakukan pergeseran paradigma (shifting paradigm) terhadap perempuan, yakni dalam hal pernikahan, pendidikan, perekonomian, dan ia juga melakukan redefinisi terhadap otoritas laki-laki.

Pernikahan yang dulunya bercorak patrilineal dan patriarkhi yang sangat kental dirubah oleh Nabi Muhammad. Sistem pranata sosial yang dibangun Nabi Muhammad adalah diberikannya paternitas dan hak-hak kaum laki-laki dalam hal seksualitas yang manusiawi. Sebagaimana diabadikan al-Qur’an tentang pembatasan pernikahan dan persyaratan ketat terhadap poligami.

Sama halnya dalam pendidikan, Nabi Muhammad merubah mindset masyarakat yang menganggap perempuan tidak berakal menjadi masyarakat yang menghargai perempuan untuk mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh pengetahuan. Majelis-majelis ilmu yang dibuat oleh Nabi Muhammad kala itu menunjukkan bahwa perempuan mempunyai hak yang sama untuk memperluas pengetahuannya.

Begitu pun dengan dunia perekonomian, Nabi Muhammad merubah tradisi dan adat istiadat yang menempatkan perempuan tidak mempunyai hak sebagai pelaku keonomi. Dalam QS. An-Nisa: 32 dengan jelas dikatakan bahwa perempuan diberikan hak untuk membelanjakan harta.

Impikasi dari ajaran Islam yang disampaikan lewat Nabi Muhammad tersebut adalah perempuan diberikan hak waris dan mahar (mas kawin). Ini merupakan suatu pengakuan atas paternitas perempuan dalam kehidupan perekonomian, meskipun masih dalam bentuk dan cara yang sederhana. Selanjutnya, hal ini tidak menutup kemungkinan dan memang menjadi suatu keharusan paternitas pelaku ekonomi bagi perempuan.

Spirit egaliter tersebut telah ditanamkan oleh Nabi Muhammad. Kehadiran Nabi Muhammad menjadikan perempuan mempunyai daya tawar atau bargaining position di hadapan laki-laki. Ia menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan kodratnya adalah sama.

Oleh karena itu, di hari lahirnya Nabi Muhammad yang diperingati oleh umat Islam di seluruh dunia ini perlu menjadi suatu kaca bagi kita semua bahwa nabi Muhammad berkontribusi besar terhadap peradaban perempuan yang bisa kita rasakan hingga saat ini.

Semoga peringatan hari Maulid Nabi Muhammad ini mejadikan kita untuk tetap menjaga kehormatan perempuan sebagaimana Nabi Muhammad memperjuangkan kehormatan perempuan waktu itu.


Like it? Share with your friends!

1
Adrika F. Aini
Adrika Fithrotul Aini, M.Ag. adalah dosen di IAIN Tulungagung dan juga Direktur Pusat Studi al-Qur'an dan Hadis (PSQH) IAIN Tulungagung.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals