Ukhuwwah Wathaniyah Sebagai Fondasi Keutuhan NKRI

Biasa saja, dalam sebuah pertandingan ada yang menang ada yang kalah.2 min


0
1 share

Konsep persaudaraan yang dibingkai oleh nilai-nilai kebangsaan merupakan keniscayaan sejarah (min lawazim al-tarikh). Sebab kita sebagai masyarakat bangsa Indoensia memang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, pilihan partai politik dan bahkan agama. Kebhinnekaan ini mesti kita rawat dan kita kelola dengan baik, agar keutuhan dan persatuan bangsa tetap terjaga.

Al-Qur’an menegaskan bahwa “Wahai manusia sesungguhnya Kami telah menciptakankalian terdiri dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah Swt adalah yang paling takwa” (QS. Al-Hujurat: 13).

Ayat tersebut merupakan argumentasiteologis-filosofis untuk menumbuhkan kesadaran persaudaraan antara anak-anak bangsa yang diikat oleh nilai-nilai ukhuwah wathaniyah.

Pemilu baru saja kita laksanakan, dan hasil yang resmi kita masih harus menunggu dari KPU, meski sudah ada perhitungan Quick Count sementara dari beberapa lembaga survey yang menyatakan 01 unggul dari 02. Kita semua mesti bisa menahan diri, jangan terlalu gembira bereforia bagi yang merasa menang, dan juga jangan terlalu sedih, bagi yang merasa belum menang. Biasa saja, dalam sebuah pertandingan ada yang menang ada yang kalah.

Kemenangan ‘hakiki’ sesungguhnya adalah bagi mereka yang bisa menahan diri dari berlebih-lebihan. Segala bentuk sikap berlebihan tentu tidak baik, karena Al-Qur’an selalu mengajarkan sikap tawassuth/moderasi (Lihat Q.S. Al-Baqarah: 143).

Lalu apa nilai-nilai yang mampu memupuk semangat ukhuwah wathaniyah? Terlebih setelah pemilu ini. Setidaknya ada lima nilai yaitu:

Pertama, nilai cinta dan kasih sayang. Semangat cinta dan kasih sayang sebagai sesama anak anak bangsa harus terus kita tanamkan. Bahwa kita memang memiliki perbedaan agama, suku, bahasa dan bahkan pilihan partai dan organisasi sosial keagamaan. Namun,hal itu jangan sampai merusak ikatan ukhuwah wathaniyah sebagai bangsa Indonesia.

Perbedaan tersebut harus kita dudukkan sebagai sarana untuk berkompetisi (fastabiqul khairat) yakni untuk mendedikasikan prestasi terbaik bagi bangsa Indonesia ini. Semangat cinta kasih (al-mahabbah wal mawaddah) akan mampu mengatasi sekat-sekat etnis, politis, dan ideologis, sebab cinta kasih yang tulus, tentu juga merasa empati bagi pihak pihak yang sedang berduka. Tidak  terlalu bereforia dalam melampiaskan  kegembiraan nya di hadapan  mereka yang sedang  susah.

Kedua, nilai toleransi (al- tasamuh), nilai ini sangat penting untuk memupuk ukhuwah wathaniyah. Bersikap toleran, tidak kaku, saling menghargai dalam perbedaan merupakan keniscayaan dalam kehidupan masyarakat majemuk. Nabi Saw mengajarkanmodel keislaman yang toleran. Dalam salah satu sabdanya,Beliau pernah bersabda,“Saya diutus untuk membawa agama yang samhah (toleran)”.

Ketiga, nilai solidaritas (al-tadlamun). Solidaritas yang tinggi  terhadap sesama anak bangsa jelas sangat diperlukan bagi terwujudnya ukhuwah wathaniyah untuk menjaga NKRI.

Sebagaimanakita ketahui bahwa Indonesia ini juga sering terkena musibah bencana. Maka diperlukan uluran tangan dan bantuan baik moral maupun material buat mereka  yang sedang terkena musibah, tanpa melihat apa suku, partai politik dan agamanya. Membantu ya membantu, tulus karena Allah, tidak tendensius apalagi dibumbui untuk kepentingan partai tertentu.

Keempat, nilai moderasi (tawassuth). Bersikap moderasi dalam beragama, berpikir,bersikap. Tidak ekstrem dalam bersikap, merupakan keniscayaan hidup, di tengah-tengah kehidupan yang multi-agama dan multi-kultur. Al-Qur’an menegaskan bahwa umat Islam ini dijadikan sebagai umat wasathan, umat yang moderat, agar menjadi saksi sejarah dan contoh (Lihat QS. Al-Baqarah :143).

Oleh sebab itu, sikap mederasi ini harus kita realisasikan dalam konteks hubungan antar-umat beragama dan inter-umat beragama sekalipun. Sikap moderasi akan mengantar kepada kesediaan untuk mendengar dan menghargai pendapat orang lain serta terbuka menerima kritik dan saran.

Kelima,nilai ta’aruf (saling mengenali antara satu komunitas dengan yang lain). Dari saling kenal, maka akan muncul upaya mewujudkan hal yang ma’ ruf (baik). Bukankah tak kenal maka tak sayang?  Lalau kita mau saling mengenal dengan baik,  akan tumbuh nilai- nilai  kebaikan yang lain. Dari situ, kita akan dapat melakukan kerjasama untuk memajukan pembangunan bangsa ini.

Walhasil, semangat ukhuwah wathaniyah, yakni persaudaraan yang diikat oleh nilai nilai kebangsaan, sangat penting untuk terus kita rawat. Bagi yang nantinya ditetapkan KPU menang dalam pemilu tahun ini harus mampu merangkul semua anak bangsa, demi keutuhan NKRI. Bagi yang dinyatakan kalah, juga harus legowo. Mari kita kawal proses demokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan ini dengan kritis, tanpa anarkhis,  bijak dan dewasa.Semoga.


Like it? Share with your friends!

0
1 share

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
0
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
2
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
0
Wooow
Keren Keren
1
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Prof. Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag.
Prof. Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag. adalah Guru Besar Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga dan Pengasuh Pesantren Mahasiswa LSQ (Lingkar Studi al-Qur’an) ar-Rohmah Yogyakarta.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals