Khauf: Bagaimana Rasa Takut Diindustrialisasi?

Takut gemuk, takut keriput, takut terlihat tidak cantik, berapa banyak kosmetik, aplikasi dan perawatan yang diciptakan hanya untuk itu semua?2 min


1
Gambar: Rappler

Diantara ujian (balâ) yang disiapkan untuk manusia dan pasti terjadi adalah khauf (rasa takut), “Wa lanabluwannakum bi syain minal khaufi…”. Siapapun dan di manapun seseorang pasti akan diuji dengan khauf. Namun agaknya tidak semua yang ditakuti itu mesti ada, boleh jadi ada boleh jadi tidak, intinya manusia itu bisa merasa takut dengan sendirinya tanpa ada objek yang ditakuti.

Seperti orang yang takut dengan kuntilanak, apakah itu benar-benar ada? Yang jelas belum ada yang bisa membuktikannya secara ilmiah dan gamblang, semuanya tentang kuntilanak itu abstrak. Meski begitu kita –khususnya umat Muslim, beriman bahwa jin itu ada.

Baca juga: Hantu Gentayangan dalam Perspektif Hadis

Seiring waktu, setan-setan lokal semakin banyak, dari hanya kuntilanak, genduruwo, tuyul, adalagi Si Manis jembatan Ancol, Jelangkung hingga Suster Ngesot, bahkan ada sumber mengatakan ada empat puluh nama hantu di Indonesia, belum lagi ditambah yang internasional.

Pertanyaannya, dari mana nama-nama itu ada? Ya, manusia yang menciptakannya, lalu takut kepadanya. Tetapi, apakah yang telah dinamai itu benar-benar ada? Siapa yang mau membuktikan? Atau hanya katanya dan katanya.

Baca juga: Kertas Azimat Penanda Mitologis Paling Laris

Baik, anggaplah kuntilanak itu ada. Tapi, apakah sifatnya seperti yang dibayangkan dan ditakuti selama ini? Menghantui ibu-ibu hamil, takut dengan gunting dan sebagainya, benarkah itu? Atau itu semua hanya ciptaan khayalan manusia yang ditakuti. Dengan kata lain, manusia menakuti khayalannya sendiri, atau menciptakan sesuatu dalam ilusinya untuk ditakuti. Atau, manusia menciptakan itu untuk menakuti manusia lain? Tapi untuk apa menakuti orang lain?

Agaknya kita bisa mengatakan bahwa dalam ketakutan itu ada keuntungan bagi pihak tertentu. Takut hantu misalnya justru membuat film horor semakin banyak diminati, takut tidak lulus membuat tempat-tempat bimbingan belajar hingga ruang guru muncul, takut masuk angin ada Tolak Angin. Begitu juga dengan takut gemuk, takut keriput, takut terlihat tidak cantik, berapa banyak kosmetik, aplikasi dan perawatan yang diciptakan hanya untuk itu semua? Inilah kemudian yang merubah takut itu dari ujian (balâ) menjadi industri, ya, berharap bahkan mempertahankan khauf itu ada dan berkelanjutan agar bisnisnya laku.

Baca juga: Cantik itu Ada Standarnya?

Dalam perspektif Psikologi, kemampuan menciptakan ketakutan ini dibutuhkan dalam beberapa momen, seperti dalam perang, bukankah Rasulullah SAW membolehkan pasukannya untuk menghitamkan rambut guna menipu mata musuh agar terlihat muda? Begitu pun dalam politik, bukankah para politisi satu sama lain saling menebarkan rasa takut kepada rakyat jika bukan kelompoknya yang menang? Lalu, setelah selesai pemilu apakah ketakutan-ketakutan itu muncul? Mungkin muncul, tapi berapa persentasenya dari ketakutan yang disebarkan saat kampanye yang benar-benar ada?

Pada akhirnya yang penting untuk kita adalah kemampuan untuk membedakan: Mana ketakutan yang wajar dan nyata dan mana ketakutan yang ilutif-khayali?

Baca juga: Cara Merawat Pikiran Positif Untuk Tetap Bahagia (Psikologi)

Takutnya Musa kepada Firaun itu wajar karena Firaun nyata, punya pasukan dan kekuatan. Tetapi, takutnya Musa kepada ular penyihir itu ilutif, karena Musa dibuat berkhayal oleh para penyihir seakan-akan ular itu hidup padahal tidak. Saat ini (31/03/20) kita –masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia sedang didera ketakutan yang luar biasa, apakah ini nyata? Biar Tuhan yang memberitahu kita.[]

 _ _ _ _ _ _ _ _ _                                                             
Catatan: Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected]

Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂

Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!

Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

1
Dr. Mukhrij Sidqy, MA.
Dr. Mukhrij Sidqy, MA. adalah doktor di bidang Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen di STIQ Baitul Qur'an, Kelapa Dua, Depok. Ia menjabat sebagai Ketua Ikatan Da'i Muda Indonesia Depok, Wakil Pengasuh PP. Al-Wutsqo Depok, dan Pembina Tahfidz LPTQ Al-Muhajirin BPI Depok.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals