SAAT ini kita berada pada era global. Arus globalisasi –tentunya- membawa dampak terhadap karakter bangsa dan masyarakatnya. Globalisasi –bisa saja– memunculkan pergeseran nilai, nilai lama semakin meredup, yang digeser dengan nilai-nilai baru yang belum tentu pas dengan nilai-nilai kehidupan di masyarakat. Globalisasi, selain berdampak pada pergeseran nilai, juga berdampak pada paradigma pendidikan sebuah bangsa. Salah satunya adalah pergeseran dari paradigma pendidikan ke arah paradigma pengajaran.
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting, bukan hanya menghasilkan masyarakat belajar dengan prestasi tinggi tetapi juga harus mampu melahirkan generasi baru yang memiliki karakter baik dan “bermanfaat” bagi masa depan bangsa. Penanaman pendidikan karakter sudah tidak bisa ditawar untuk diabaikan, terutama pada pembelajaran di sekolah dengan tidak mengenyampingkan pendidikan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Kita semua menyadari bahwa pendidikan sesungguhnya bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan (transferofknowledge) melainkan sekaligus juga transfer nilai (transferofvalue). Untuk itu, penanaman nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam pendidikan merupakan pilar penyangga demi tegaknya pendidikan di Indonesia.
Sejatinya, Penguatan Pendidikan Karakter bukanlah suatu kebijakan baru sama sekali, karena sejak tahun 2010 pendidikan karakter di sekolah sudah menjadi Gerakan Nasional. Dalam website http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/ dipaparkan bahwa Pendidikan karakter merupakan kunci yang sangat penting di dalam membentuk kepribadian anak. Selain di rumah, pendidikan karakter juga perlu diterapkan di sekolah dan lingkungan sosial. Pada hakikatnya, pendidikan memiliki tujuan untuk membantu manusia menjadi cerdas dan tumbuh menjadi insan yang baik.
Buku “Pendidikan Karakter” ini hadir untuk ikut memberikan sumbangsih konkret dalam mewujudkan visi pembangunan nasional dalam membentuk insan kamil yang berkarakter. Program penguatan pendidikan karakter untuk membentuk manusia Indonesia berkarakter kuat sudah sangat mendesak untuk dikawal.
Penulis yang tergabung dalam Grup WhatsApp Komunitas Sahabat Pena Nusantara (SPN) ini menyumbangkan pikirannya untuk memperkaya bahan penguatan pendidikan karakter. Masing-masing penulis menawarkan ide dan gagasannya tentang praktik penguatan pendidikan karakter dalam perspektif “keunikannya” masing-masing. Inilah yang menjadi salah satu keunggulan buku ini. Berisi gagasan menarik dari para kontributor yang memiliki latar belakang berbeda-beda dan cara pandang yang beragam. Hal ini menyebabkan ulasan dalam buku ini memiliki kaya perspektif.
Penyajian dan sistematika tulisan dalam buku ini –sengaja– tidak disusun secara tematik, berdasarkan urutan tema tertentu. Ada dua bagian besar, pertama tulisan-tulisan yang mengurai landasan umum pendidikan karakter, sedangkan bagian kedua menyajikan pendidikan karakter dalam tataran praktik di lapangan. Oleh karena itu,pembaca dapat memilih secara acak tulisan mana yang terlebih dahulu untuk dibaca atau tulisan mana yang “diakhirkan”.
Yang jelas, semua tulisan “karakter” dalam buku ini tidak boleh ada yang diabaikan begitu saja. Semuanya penting untuk dibaca. Tidak hanya dibaca. Namun juga harus diamalkan dan diinternalisasikan. Sebagai bahan renungan pembaca, di setiap akhir tulisan, dapat menikmati “kata kunci” yang disediakan. Hal ini untuk membantu kemudahan pembaca dalam menemukan “hikmah” dan merenungkan “mutiara” yang terkandung di dalamnya.
Di akhir ulasan ini, saya ingin menyuguhkan pernyataan menarik dari Prof. Ir. Joni Hermana, M.Sc,.Es,. Ph.D (Rektor ITS, Surabaya) yang telah berkesempatan untuk “mengantar” buku dengan cover warna merah ini. Di bagian akhir pengantarnya, Prof. Joni mengingatkan kepada kita semua, bahwa transformasi mengubah perilaku memang butuh waktu lama.
Prof. Joni ingat di Australia, guru-guru di sana lebih khawatir anak-anak mereka tidak bisa menerapkan sopan-santun daripada tidak bisa berhitung dalam matematika. Karena memperbaiki anak salah berhitung hanya memerlukan beberapa jam atau hari saja, sedangkan memperbaiki ahlak seseorang diperlukan waktu tahunan untuk mengubahnya! Prof. Joni menegaskan bahwa ciri insan yang berkarakter, yaitu tidak sekedar cerdas tapi juga berakhlak mulia.
Sebagai editor, tentu saya menyadari bahwa masih banyak karakter positif yang belum termaktub dalam ulasan dalam buku ini. Buku ini hanya mampu menghidangkan sebagian kecil dari sekian banyak karakter positif yang ada. Namun, saya tetap berharap –meski demikian– pembaca dapat memetik manfaat dan hikmah dari penerbitan buku ini.
Insyaallah semua karakter yang dikupas penulis dalam buku ini, jika diinternalisasikan secara maksimal dalam kepribadian kita, niscaya kita akan mendapatkan tambahan energi positif. Dan, selanjutnya, kita akan berhasil menjadi pribadi yang lebih baik. Dan, harapan saya, pastinya buku ini akan terus menginspirasi Anda, untuk merasakan energi positif demi membangun pribadi yang lebih baik.
2 Comments