Langgar Kami
Masih ingat, tiga belas tahun lalu
anak-anak kecil dengan peci miring
menenteng Iqro bergambar Pak Tua berkacamata
sekarang kutahu, beliau orang besar dalam
masa kecil kami
di surau
kami diajar bagaimana mencintai
alif, ba’, ta’
hingga kami benar-benar hapal
mendarah daging
huruf-huruf itu merumuskan
arah hidup kami dalam
perjalanan panjang menuju
Tuhan
di langgar
kami temukan canda tawa
duka seringkali kami tanggung bersama
seperti perkelahian kecil
yang menitikkan air mata
dan kami usap secara bergantian
di langgar
guru kami membimbing
dengan sabar melafalkan
dengan cetho huruf hijaiyyah
kata beliau, hidupmu akan tenang
jika kau sudah bisa baca kalam Tuhan
sekali lagi, aku memutar kenangan itu
dalam ruang penuh tumpukan potret
sambil berharap, bisakah
kutemukan kedamaian itu lagi?
Casablanca, 2019
Mantra Ya Kayuku Ya Kayumu
Ya kayuku
ya kayumu
jabang bayi anak putu
ngguya-ngguyu lemu-lemu
Ya kayuku
ya kayumu
sawah-tambak, warung-bengkel pabrik paku
panen besar, laris manis, utang ludes, sayang kamu
Ya kayuku
ya kayumu
isuk sore ngeluku
urip mung mampir ngguyu
ya kayuku
ya kayumu
maut datang tubuh terbujur kaku
pasrahkan saja segala urusan pada Tuhanmu
ya kayuku
ya kayumu
ini jimat dariku
ingatlah, bahwa dunia hanyalah semu
ya kayuku
ya kayumu
Ya Hayyu Ya Qayyum
La haula wal quwaata Illa Billah
Casablanca, 2019
Hilangnya Tuhan
Alamak
benarkah kabar heboh itu
orang-orang semburat entah kemana
berkerumun membentuk lingkaran
besar, seperti black hole yang agung
lalu bercerai begitu kacaunya
berjatuhan di ceruk tak berdasar
mereka bingung
Tuhan yang mereka imani
menghilang entah kemana
iman mereka berusaha
untuk tetap percaya
Oh, Tuhan
kau maha pencipta
apakah kau mesti menjelma
gawai agar engkau selalu nampak
di depan mata hambamu
tapi, dengan bodohnya mereka
melupakanmu tanpa pernah
mengingatmu lagi
“Ampuni kami, gusti!”
Rabat, 2019
Menepi
Setelah dia kenyang dengan gemerlap
dia hanya butuh menepi
memeluk tabir Tuhan hingga terlelap
tapi begitulah manusia
cupai dan cuai adanya.
Juli, 2019
Amorfat
Air matamu
adalah tempat
dimana aku bersuci
dari segala keraguan hati
tempat awal mula
aku menemukan diriku
yang terombang-ambing
dalam lautan ketidakpastian
air matamu
titik nadir dari segala
hal yang pernah kita kenang
lalu dengan bahagia
kita larung segala duka cita
ijinkan aku bersemayam
dan menjadi petapa satu-satunya
dalam keheningan bola matamu
tersesat dan tak pernah kembali
Desember, 2018
0 Comments