Bulan Ramadan merupakan bulan penuh keberkahan. Berbagai insan saling berlomba-lomba meraih kemenangan. Berbagai cara dilakukan untuk meraih amal ibadah dengan bersedekah, memperbanyak salat sunah, atau bahkan menghadiri pengajian taklim yang ada di pesantren maupun madrasah.
Pesantren merupakan sentral pendidikan salaf yang masih eksis di kehidupan yang modern ini. Di mana seluruh tempat sedang mengembangkan pendidikan berbasis teknologi, namun berbeda dengan pondok pesantren yang masih mempertahankan nilai-nilai tradisional dulu, kini, esok hingga lusa. Pondok pesantren akan terus mempertahankan nilai-niali religius, apalagi di bulan Ramadan, bulan yang sangat khusus.
Salah satu kegiatan Ramadan yang dilakukan secara unik di pondok pesantren adalah “ngaji kilatan”. Ngaji kilatan merupakan proses belajar mengajar kitab klasik al-mu’tabaroh dengan sistem menghatamkan kitab selama bulan Ramadan. Kegiatan ini hampir selalu dilakukan di bulan Ramadan, tidak pernah sepi dan selalu ramai oleh santri yang sudah lama mengaji atau yang baru saja memulai belajar ngaji, sejak dari zaman dahulu sampai sekarang.
Sebab ramainya ngaji di bulan Ramadan terdapat tiga perkara. Pertama untuk ngabuburit, jelas menanti buka puasa yang terkesan lebih lama dengan ngaji menjadi tidak terasa, kedua sebab Pak Kyai atau Bu Nyai yang mengajar selalu menyajikan kajian agama dengan jenaka sehingga kajian kitab agama mudah diterima dengan bahagia, ketiga lebih baik mengaji dari pada tidur sepanjang hari.
Biasanya seseorang saat ibadah puasa mengalami dehidrasi dan lemas sebab dahaga. Itulah mengapa setiap bulan puasa muncul hadis naumus shaimin ibadatun. Hadis tersebut agaknya perlu diteliti kembali. Selain sanadnya yang dhaif, hadis tersebut merupakan hadis tentang fadlilatil amal, sehingga setiap amal harus terus ditingkatkan.
Memahami hadis harus secara komprehensif dan menyeluruh. Hadis tentang tidur saat puasa benar dianggap ibadah, namun bukan berarti ibadahnya orang puasa itu tidur. Berangkat dari hal tersebut ulama salafus salihin menyikapinya dengan penuh kearifan, salah satunya dengan diberi kegiatan ngaji di bulan Ramadan.
Mengapa ngaji menjadi ibadah yang paling utama saat Ramadan? Dapat dilihat bahwa nabi Muhammad saw dengan jelas memberikan arahan bahwa ulama itu warasatul anbiya’, keutamaan ulama adalah selalu takwa kepada Allah, dari hal ini jelas bahwa menjadi orang alim ulama adalah ajaran yang ingin ditekankan kepada umat nabi Muhammad saw, tentunya jalan utama untuk menjadi alim adalah belajar mengaji.
Mengaji adalah jalan Ilahi. Mengaji dapat menjadikan seseorang selamat dari dosa. Orang yang bisa mengaji akan membuat akalnya terasah untuk bersikap kritis dan analisis, sehingga dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Berangkat dari hal tersebut sebenarnya nabi sejatinya sedang menuntun umatnya, bahkan seakan nabi masih menyertai setiap hari.
Tradisi mengaji di bulan suci merupakan cara paling baik untuk umat agar selalu dekat dengan nabi, dan tetap dalam jalan Ilahi. Bulan Ramadan merupakan bulan puasa, bulan untuk mendapatkan banyak pahala sekaligus kesempatan untuk menebus dosa.
Jika diibaratkan dengan supermarket, maka bulan Ramadan merupakan sebuah diskon yang sangat besar. Karena itu, sayang sekali jika obral diskon amal besar di bulan Ramadan hanya dilewatkan, tanpa adanya kesungguhan dalam setiap amal kebaikan. Mengaji di bulan suci adalah pilihan terbaik untuk menuju kemengan entah itu mengaji kitab, fiqih, hadis, terlebih lagi Alquran.
0 Comments