Akademisi kampus sering mengenal software tertentu dalam membantu kegiatan dalam mencari data dalam menyelesaikan tugas akademiknya. Hal ini untuk memudahkan dalam mengutip beragam teks dalam kitab-kitab yang menjadi rujukan namun di perpustakaan terkadang tidak ditemukan. Dengan demikian, software ini menjadi sebagai sebuah kebutuhan.
Di awal tahun 1998, lewat kawan yang studi di luar negeri diperoleh beragam software. Hal ini setidaknya ada lima buah yaitu Maktabah Alfiyyah li al-Sunnah al-Nabawiyyah, Maktabah al-Fiqh wa Usuluhu, Maktabah al-Tafsir wa Ulumuh, Maktabah al-Tarikh wa Khadharat al-Islamiyyah dan Maktabah al-Aqaid wa al-Milal. Kelima kumpulan software tersebut dalam bentuk CD yang dapat di-install di komputer. Dengan demikian, beragam software tersebut masih terpisah antara satu keilmuan dengan keilmuan yang lain.
Selain lima program software di atas juga hadir Mawsuat al-Hadis al-Syarif dari Sahr. Program ini secara sederhana menampilkan kitab-kitab hadis baik berjumlah sembilan atau enam. Dalam perkembangannya rujukan yang digunakan bisa beragam tergantung yang melakukan editing atau tahqiq. Dengan demikian, software ini dapat menjadi bagian dari peneliti dalam melakukan pencarian hadis dan yang terkait dengannya.
Cara operasionalisasi program Mawsuat di atas juga sangat mudah dan dapat menggambarkan kebutuhan akan takhrij dan penelitian hadis. Hal ini seperti menentukan nama lengkap periwayat hadis, guru dan murid serta jarh wa ta’dil. Hal lain adalah bagan yang menjadi sebuah kegiatan i’tibar sanad semakin mudah. Dengan demikian, melalui software ini dapat mempermudah kegiatan takhrij dan penelitian hadis.
Pemahaman hadis melalui kitab syarah hadis dapat diperoleh melalui software tersebut. Hal ini sebagaimana menu di dalamnya yang memuat kitab syarah hadis dan dapat dibandingkan satu dengan lainnya. Cara ini adalah bentuk mempermudah dalam melaksanakan upaya pemahaman hadis. Dengan demikian, software buatan Sahr ini dapat dijadikan dalam mendapatkan data pemahaman hadis.
Selain hal di atas juga ditemukan beragam tanya jawab seputar ilmu hadis dan literatur yang digunakan di dalamnya. Hal ini dapat dilakukan untuk melatih pemahamah atas ilmu hadis dan kemantaban dalam menggunakan software melalui rujukan pokoknya. Dengan demikian, melalui software ini menjadikan kegiatan pembelajaran hadis dapat dilakukan dengan baik.
Biografi pengarang kitab hadis yang berjumlah sembilan merupakan bagian penting dalam hal ini. Informasi ini diperoleh dengan lengkap di dalam software . Setidaknya melalui kehidupannya para imam mukharrij al-hadis diperoleh keteladanan baik dalam hal rihlah ilmiyyah dalam pencarian hadis maupun dalam hal guru-guru serta cerita kehidupannya dari kelahiran sampai wafatnya. Dengan demikian, melalui software kecil ini dapat dijadikan sarana mempermudah dalam mengkaji hadis.
Namun, kenyataan di atas masih ditemukan kekurangan karena tidak semua masyarakat dapat mengakses dengam baik. Hal ini dikarenakan bahasa yang digunakan masih menggunakan bahasa Arab. Oleh karenanya banyak usaha kekinian melakukan penerjemahan dengan menggunakan bahasa Indonesia melalui misalnya lidwapusaka. Dengan demikian, akses atas hal ini akan semakin mudah digunakan secara umum.
Beragam program di atas kemudian berubah menjadi Maktabah Syamilah. Software ini merupakan sejarah panjang dalam perjalanan pembuatan software. Awalnya bentuk dari Maktabah Syamilah adalah terbatas. Al-Ajza’ adalah program awal sebelum yang terlihat sempurna seperti sekarang ini. Inisiasi pertama adalah negara Yordania. Dengan demikian, tidak ada apapun berasal dari yang besar, semuanya dari yang kecil.
Dari bagian kecil yang dikenal dengan al-Ajza’ kemudian berkembang. Perkembangan itu selanjutnya menjadi Maktabah Alfiyyah li al-Sunnah al-Nabawiyah. Sebagaimana dari judulnya memuat ribuan hadis dan kitab lainnya. Dengan demikian, perkembangan ini mengisyaratkan adanya perubahan yang signifikan atas perkembangan software hadis secara berkelanjutan.
Sebagai sebuah software kitab-kitab klasik, Maktabah Alfiyyah dapat digunakan sebagai referensi akademik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil searching yang dapat menunjukkan data real yang ada dalam setiap bagian yang dicari baik teks maupun rujukannya. Setidaknya, informasi atas hal tersebut mengenai penulis, judul kitab, tahun terbit, penerbit dan kota tempat penerbitan serta halaman dan pen-tahqiq-nya. Dengan demikian, pola rujukan yang dihasilkan dalam software ini dapat digunakan dalam sitasi akademik.
Ragam subyek kitab yang menjadi bagian data dalam software sangat beragama. Hal ini tidak saja atas kitab hadis baik ilmu hadis maupun hadis dan syarah hadisnya melainkan juga kitab-kitab lain seperti kamus, tafsir, fiqih dan lain-lain. Dengan demikian, software ini menjadi bagian terpenting yang dapat digunakan dalam kajian Islam terutama lewat turats klasik.
Perkembangan selanjutnya, lahirlah Maktabah Syamilah sebagai bentuk penyempurnaan Maktabah Alfiyyah. Software ini dari tahun ke tahun juga mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Namun, dari sisi keunggulannya hanya mampu menampilkan teks secara pasif dan seperti yang lain berbasis windows. Dengan demikian, melalui program ini menjadikan data semakin banyak dan pengelolaannya belum maksimal.
Dalam ranah perkembangan software hadis di atas adalah bagian dari digitalisasi hadis. Hal ini merupakan perkembangan fase hadis selanjutnya setelah penjagaan melalui hafalan di awal perkembagannya. Kemudian berkembang ke dalam kebutuhan akan pembukuan hadis dengan beragam metode penulisan di dalamnya. Hal inilah menjadikan hadis memiliki beragam kitab turats klasik sebagai warisan perkembangan ilmu hadis. Dengan demikian, Hadis sebagai ajaran Islam sudah berkembang menjadi tradisi tulis dari tradisi oral dan hafalan.
Geliat kodifikasi dan perkembangan kitab-kitab di atas juga melahirkan dinamisasi pada keilmuan di dalamnya. Hal ini secara tidak langsung menjadikan keilmuan hadis juga berkembang pesat hingga sekarang.
Kajian ini tidak saja berkaitan dengan persentuhan di antara ahli hadis melainkan sampai pada outsider seperti orientalis. Kenyataan ini setidaknya ditemukan dalam kebangkitan keilmuan ini setelah mengalami masa kemunduran. Dengan demikian, beragam kegiatan keilmuan hadis juga seiring dengan perkembangan studi hadis.
Perkembangan di atas kemudian melahirkan upaya percetakan kitab-kitab hadis dan keilmuannya. Hal ini dapat dilihat sebagai pelopornya adalah Dar al-Fikr dari kota Libanon dan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah dari Mesir. Kedua penerbit ini menjadi trade mark validitas dalam menjaga otentisitas hadis dalam kontrks percetakan dalam sebuah kitab yang tersebar luas di dunia. Dengan demikian, tradisi cetak ini melahirkan editor yang sangat teliti dalam menghadirkan otentisitas sebuah hadis.
Penjelasan di atas sebagai sebuah perjalanan software hadis menunjukkan bahwa tradisi cetak adalah dilanjutkan dengan tradisi digitalisasi. Wujud dari proses digitalisasi ini adalah teks kitab-kitab hadis dalam aksesnya.
Teks hadis yang ada dalam software Maktabah Syamilah sifatnya adalah pasif. Hasil dari penelusuran di dalamnya tidak dapat diolah bahkan hasil penelusurannya tidak bisa menghasilkan sebuah kegiatan penelitian atas kualitas hadis tertentu misalnya. Dengan demikian, kehadiran Maktabah al-Syamilah ini mampu melahirkan teks yang dicari walaupun secara statis.
Kelahiran digitalisasi yang dapat menghadirkan teks sebuah kitab hadis yang paling dinamis adalah melalui Mawsuat al-Hadis al-Syarif. Sebagaimana penjelasan di atas sehingga dapat dengan mudah seorang menelusuri hadis yang akan diteliti baik dari otentitas maupun pemahaman hadis. Hal inilah yang membedakan software lima jenis keilmuan yang terpisah salah satunya dalam hadis yakni Maktabah Alfiyyah li al-Sunnah li al-Nabawiyyah.
Predikat teks dinamis adalah merupakan bagian dari kemudahan tertentu. Hal ini dilakukan dalam bentuk visa disalin ke teks ke program dokumen dan sekaligus mengolahnya. Namun, kitab yang ada sangat terbatas. Dengan demikian, sebagai teks yang dinamis Mawsuat al-Hadis al-Syarif menjadikan kemudahan dalam melakukan penelitian bagi pemula dalam melakukan kegiatan ini.
Perkembangan di atas juga mengisyaratkan perkembangan digitalisasi hadis. Hal ini dijumpai dengan maktabah al-waqfiyyah atau saeed.net. Hal ini menjadikan akses kepada model ini data lebih akurat dan dapat dijadikan referensi dalam karya tulis ilmiyah.
Namun, dengan model ini menjadikan data yang diperoleh adalah data mentah.Kreativitas pencari dalam melalukan analisis menjadi penting dalam hal ini. Tentu saja, selain kemahiran bahasa Arab juga harus diikuti oleh kemahiran metodologi dalam melakukan analisis data sehingga hasil penelitian yang diperoleh menjadi baik. Dengan pola demikian, menjadikan penelitian hadis lebih mudah dan menjadikan seorang diera digital ini menjadi orang yang alim dengan kecanggihan menguasai kitab-kitab di dalamnya.
Menurut yang saya ketahui DKI itu terbitan Lebanon sedangkan Dar Al Fikr itu yang dari Mesir,itu telah terbukti dengan bukti yang shorih,