Kitab Maulid Paling Populer

4 min


1
Sumber: Twitter Harish Ashfa

Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw kerap kali berisi beberapa tradisi, salah satunya ialah pembacaan sejarah Nabi. Hal ini bersumber dari kitab-kitab karangan para ulama terkemuka. Kitab-kitab inilah yang lazim kita sebut dengan ‘Kitab Maulid’. Pada dasarnya, kitab maulid tidak hanya dibacakan ketika peringatan maulid Nabi saja. Akan tetapi kita dapat membacanya kapanpun, seperti pada saat pengajian rutinan malam Jumat.

Substansi dari Maulid Nabi saw ini berupa berkumpulnya orang banyak. Mereka membaca Al-Qur’an, membaca kisah-perjalanan Nabi saw (kitab maulid), dan umumnya berakhir dengan makan bersama (Bahruddin Achmad, 2021: 13).

Di kalangan masyarakat Indonesia ada beberapa kitab maulid yang cukup populer saat periayaan maulid Nabi, di antaranya:

Kitab Maulid ad-Diba’i

Istilah “ad-Diba’i” berasal dari nama pengarangnya yaitu Al-Imam Wajihuddin Abdur Rahman bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Diba’I Asy-Syaibani Al-Yamani Az-Zabidi Asy-Syafi’i. Belaiu lahir pada bulan Muharram tahun 866 H. Syaikh ad-Diba’i diasuh oleh kakek dari ibunya, seorang yang ma’rifat, berilmu, dan sholeh. Yaitu Syaikh Syarifuddin bin Muhammad Mubariz. Hal ini karena ayahanda Syaikh ad-Diba’i pergi dari kota kelahirannya pada akhir tahun saat beliau lahir.

Beranjak dewasa ad-Diba’I melakukan perjalanannya guna menuntut ilmu di Arab. Ia belajar kepada pamannya dan para ustadz. Di sana, ad-Diba’I mempelajari ilmu hisab, matematika, ilmu debat, ilmu faraidh dan fiqih.

Maulid ad-Diba’i adalah sebuah kitab yang berisi syair dan pujian kepada Nabi Muhammad Saw. Maulid ad-Diba’I terdiri atas 4 qasidah 21 natsr (prosa) dan 2 ayat Al-Qur’an yang terletak usai qasidah kedua. Di dalam Kitab Maulid ad-Diba’I, pengarang mengawali pasal pertamanya dengan memuji-muji Allah Swt dengan pujian yang menyertakan sifat-sifatNya. Walaupun kitab ini amat masyhur, akan tetapi sangat sulit menemukan syarah (penjelasan) terhadap kitab ini. Mungkin hanya syarah maulid Syaraful Anam yang mendapatkan syarah maulid ad-Diba’I (Yanuardy Chandara, 2020: 48).

Para ulama sepakat bahwa keutamaan membaca kitab ad-Diba’I ini tidak terhitung jumlahnya. Karena ketika membaca Kitab ad-Diba’I sudah sekaligus membaca Al-Qur’an, hadis, shalawat. Selain itu kita ini menjadi media pengingat dalam meneladani Rasulullah saw.

Baca juga: Tradisi Berjanjen Masyarakat Kedungharjo

 Kitab Maulid Barzanji

Pengarang kitab Al-Barzanji adalah Sayyid Ja’far ibn Husain ibn Abdul Karim ibn Muhammad ibn Rasul Al-Barzanji.  Dia adalah seorang ulama besar dan terkemuka yang terkenal dengan ilmu serta amal kesalehannya. Syaikh Ja’far Al-Barzanji juga seorang imam, guru besar di Masjid Nabawi dan merupakan satu di antara pembaharu Islam di abad XII. Selain itu beliau juga memiliki Kitab Maulid dengan nama ‘Iqd Al-Jawhar (kalung permata).

Namun nama asli ‘Iqd Al-Jawhar (kalung permata) ini tidak populer. Justru masyarakat lebih mengenal kitab beliau dengan sebutan Al-Barzanji. Nama kitab tersebut menukil dari nama belakang beliau, yang merupakan penanda tempat kelahiran, yakni daerah Birzinj (Kurdistan). Nama tersebut sempat populer di dunia Islam pada tahun 1920 ketika Syaikh Ja’far Al-Barzanji memimpin pemberontakan nasional Kurdi terhadap Inggris yang waktu itu menguasai Irak (Aziz, 2001: 241).

Karya tulis Syaikh Ja’far Al-Barzanji yang berkaitan dengan maulid ada dua, yaitu Maulid Al-Barzanji dalam bentuk natsr (prosa) dan maulid Al-Barzanji Nadzam dalam bentuk puisi. Kitab Maulid Al-Barzanji memiliki tujuan untuk meningkatkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad saw. Selain itu, supaya umat Islam meneladani kepribadian Nabi Muhmmad saw, sehingga menjadi orang yang mampu memahami sekaligus menjadi contoh sifat-sifat, perilaku serta akhlak beliau (Sholikin, 2009: 49).

Karya ini terdiri dari 76 halaman yang terbagi menjadi dua bagian yaitu, dalam bentuk prosa dan dalam bentuk syair. Kitab ini dibaca dalam berbagai upacara keagamaan di dunia Islam, termasuk di Indonesia, sebagai bagian dalam tradisi. Salah satu daerah di Jawa Timur yang masih melaksanakan pengajian rutin pembacaan kitab Barzanji ialah Kecamatan Ngluyu Kabupaten Nganjuk. Masyarakat Ngluyu melakukan rutinan Al-Barzanji setiap minggunya pada malam Jumat dan malam Minggu. Terlepas dari itu, tentunya juga banyak daerah di luar Jawa Timur yang juga melaksanakan pembacaan rutin Maulid Barzanji ini.

Qasidah Burdah

Penggubah Qasidah Burdah yaitu, Imam Bushiri juga disebut-sebut berdarah Maroko dari marga Bani Habnum. Ibunya berasal dari Bushir, sedangkan nenek moyangnya dari garis ayah tinggal di Dalash. Oleh karena itu, kadang ia disebut Al-Bushiri, kadang Ad-Dalashi, kadang Ad-Dalashiri gabungan dari Dalashi dan Bushiri.

Awal studinya bermula dengan menghafal Al-Qur’an, lalu ke Kairo bergabung dengan para pelajar yang menuntut ilmu di Masjid Syekh Abd Az-Zahir. Pada tahun 1250 M, saat al-Bushiri berusia 40 tahun mulai mempelajari dan menekuni ilmu-ilmu tasawuf. Ternyata pada tahapan kehidupan selanjutnya, ajaran tasawuf yang ia tekuni itu berpengaruh cukup besar terhadap pola pemikiran dan orientasi karya sastranya (Adib, 2009: 13).

Bait-bait shalawat burdah terdiri dari 10 tema pokok pembahasan yaitu; (1) Prolog cinta sang kekasih, berjumlah 12 bait; (2) Peringatan akan bahaya menuruti hawa nafsu, sebanyak 16 bait; (3) Pujian kepada Nabi Muhammad saw, sebanyak 30 bait; (4) Kisah kelahiran Sang Nabi, sebanyak 13 bait; (5) Mukjizat Nabi Muhammad, sebanyak 16 bait; (6) Kemuliaan Al-Qur’an, sebanyak 17 bait; (7) Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, sebanyak 13 bait; (8) Jihad Rasulullah, sebanyak 12 bait; (9) Tawassul kepada Nabi Muhammad, sebanyak 12 bait dan ada yang berpendapat sebanyak 19 bait.

Imam Bushiri mengatakan bahwa burdah ini sangat mujarab untuk mengabulkan hajat-hajat kita dengan izin Allah Swt. Burdah dalam Bahasa Arab memiliki arti mantel. Pada suatu ketika, Imam Bushiri pernah menderita penyakit setengah lumpuh. Tak lama kemudian, Bushiri bermimpi bertemu Rasulullah saw yang memerintahkan untuk Menyusun syair yang memuji Rasulullah. Maka beliau mengarang syair burdah tersebut. Setelah selesai mengarang syair burdah, Bushiri kembali bermimpi bertemu Rasulullah saw yang menyelimutinya dengan burdah (mantel).

Ketika bangun, sembuhlan Bushiri dari penyakit setengah lumpuh yang ia derita. Sebagai pembaca yang ingin khasiat dari burdah dapat mujarab, terdapat syarat-syarat yang harus terpenuhi, yaitu istiqomah, mengulangi bait “maula ya sholli wa sallim”, berwudhu, menghadap kiblat, memahami makna bait-bait, membacanya dengan himmah (tekad) yang besar, beradab, serta memakai wewangian.

Baca juga: Resepsi Hadis ‘Maulid Nabi’ di Sulawesi Selatan: Studi Tradisi ‘Baku’ di Masyarakat Pulau Balang Caddi

 Refrensi

Achmad, Bahruddin. 2021. Terjemah Husnul Maqsid fi ‘Amalil Maulid. Bekasi: al-Muqsith Pustaka.

Adib, Muhammad. 2009. Burdah Antara Kasidah, Mistis dan Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Aziz, Dahlan Abdul. 2001. Ensiklopedi Hukum Islam Jilid I. Jakarta: PT Ichtiar Baru Ven Houven.

Chandra, Yanuardy. 2020. Nilai-Nilai Pendidikan Aqidah dalam Kitab Maulid Ad-Diba’i. Skripsi, Jakarta.

Sholikin, Muhammad. 2009. 17 Jalan Menggapai Mahkota Sufi Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailani. Yogyakarta: Mutiara Media.

https://www.republika.co.id/berita/qiuwhp366/tiga-kitab-yang-sering-dibaca-saat-maulid-nabi-muhammad

Editor: Ahmad Mufarrih
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Catatan: Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected]

Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂

Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!

Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

1